17 - Dalam Kamera

5 0 0
                                    

Setelah keluar dari pameran, David membawa Gita pulang. Tetapi ia tidak langsung ke rumah gadis itu. Di depan gerbang masuk kompleks, David menghentikan mobilnya. Selama sepuluh menit mereka hanya saling diam. Tidak ada yang mengawali pembicaraan. David melirik Gita tapi gadis itu sedang menunduk.

“Maaf!” ujarnya lirih.

Belum ada jawaban dari Gita. David tidak tahu apa yang ada dalam pikiran gadis itu. Seandainya ia diberikan kesempatan untuk bisa membaca pikiran satu orang, ia akan memilih untuk bisa membaca pikiran Gita.

Entah sejak kapan David menjadi begitu memperhatikan perasaan Gita. Entah saat pertama kali bertemu, melihat kegusaran Gita, atau saat orang lain memandang gadis itu dengan sebelah mata. Yang jelas David merasa harus mengembalikan keceriaan Gita.

“Bukan Kak David yang salah.”

“Tetap saja—“

“Aku udah bilang bukan Kak David yang salah,” potong Gita. David terdiam. Ia mengerti. Gita saat ini sedang tidak dalam mood yang baik. Maka dia melajukan mobilnya kembali untuk menuju rumah Gita.




***



“Selamat pagi Kak Pandu!”

“Eh, Gita. Selamat pagi!”

Pandu membukakan pintu studio untuk Gita agar gadis itu bisa masuk. Seperti biasa ia juga akan mendorong kursi roda gadis itu sampai ke ruangan milik David. Gadis yang manis dengan dress selutut itu tampak ceria. Gita menyapa semua orang dan tidak sungkan membagikan roti yang sengaja Gita beli untuk para karyawan David.

Karena itu kini Pandu membawa Gita langsung ke ruang pemotretan. David sedang melakukan pemotretan dengan sebuah merek. Dari setengah tujuh tadi sudah siap semuanya dan kini di jam sembilan, mereka masih belum selesai.

“Gita.” Fokus David langsung teralih begitu melihat sosok Gita ada sana. Ia menghentikan sejenak agar para modelnya juga bisa beristirahat.

“Kak David sudah sarapan? Aku dengar dari Kak Pandu tadi Kakak sudah bekerja sejak pagi buta.”

“Iya, belum sempat,” jawab David. Ia mengangkat Gita untuk dipindahkan ke sofa agar duduknya lebih nyaman.

“Eh, apa yang Kak David lakukan?” Gita terkejut dan cukup merasa malu sebab semua orang yang ada di sana jadi memperhatikan dirinya. Pasti setelah ini mereka akan membicarakan dirinya.

“Biar kamu bisa nyaman. Jawab pertanyaanku kenapa pagi begini kamu sudah ada di sini? Tidak ke kampus? Kamu gak marah lagi?” ujar David memborong pertanyaan.

Gadis itu membuang pandangannya dari mata David. Berusaha menemukan sesuatu yang bisa digunakan untuk mengalihkan perhatian laki-laki itu.

Hari ini Gita membolos dari kampusnya. Ia tidak ingin masuk. Lagi pula hanya ada satu kelas lalu setelahnya adalah acara kampus. Gita tidak ingin merepotkan Pak Usman untuk bolak-balik menjemputnya. Jadi ia memutuskan untuk ke studio David saja. Di sana ia bisa seharian. Apalagi lukisannya juga masih belum diselesaikan.

“Bagaimana rasanya difoto di sana?”
David mengikuti arah pandangan Gita yang tertuju pada background putih yang menjadi objek dari pekerjaannya. “Kamu mau?” tantang David. Meski laki-laki itu mengetahui bahwa Gita sedang mencoba berkelit dari pertanyaannya. Biar nanti ia akan bertanya lagi. Mumpung hari ini Gita sangat cantik dengan dresnya, David ingin mengabadikan Gita dalam bidikan kamera.

“Eh, gak mau. Gita gak suka difoto,” dalih gadis itu menolak dengan menggeleng keras. David terkekeh dan ia lalu mengangkat tubuh Gita tanpa seizin pemiliknya, tentu saja. Karena saat ini Gita sudah teriak-teriak minta diturunkan.

Dear You, Gita! ✔ [Sudah Terbit]Where stories live. Discover now