Bab 22 : Berusaha

171 16 6
                                    

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

Sahabat.
Satu kata.
Satu hati.
Satu rasa.
Satu tujuan.
Kemana ... ?
Jannah-Nya.

~ Assalamu'alaikum, Ya Ukhti ~
Epina Mardiana

🌻🌻🌻

Memiliki perasaan lebih terhadap lawan jenis adalah fitrahnya manusia. Boleh saja menaruh rasa kagum ataupun cinta kepada seseorang. Tetapi yang harus diperhatikan bagaimana cara mengekspresikan rasa kagum dan cinta itu pada seseorang..

Jangan berlebih menaruh rasa pada seseorang, ditakutkan akan membuat hati terlena hingga melupakan-Nya. Semakin besar rasa cinta kepada seseorang tanpa melibatkan Allah di dalamnya, maka semakin besar pula rasa kurangnya cinta yang sebenarnya kepada Sang Pemilik Hati.

Jika mencintai atau mengagumi seseorang, libatkan Allah di dalamnya. Supaya bisa membatasi diri dari kejadian yang tidak diinginkan sama sekali. Meminta, memohon serta berdoa kepada Allah agar tidak berlebih dalam menaruh rasa terhadap ciptaan-Nya. Bukan hanya rasa kagum maupun cinta, namun bisa juga memiliki rasa benci terhadap seseorang.

Perasaan benci terhadap seseorang lumrah terjadi ketika sikap atau perilakunya membuat hati tidak suka saat melihat bahkan berdekatan dengannya. Namun tetap saja, rasa benci yang berlebihan tidak baik untuk diri apalagi untuk hati, bisa menjadikannya mati hingga suuzon tanpa melihat sisi baik dari orang yang dibenci.

Membenci seseorang dibolehkan jika rasa benci itu terletak pada tempat seharusnya. Membenci karena Allah, itulah yang dibolehkan dan di tempat yang seharusnya. Selain daripada itu, termasuk perkara tidak baik ditambah jika rasa benci tidak kunjung berkurang.

Seperti tengah dirasakan Syahla. Dia bukan membenci, melainkan sebagai orang yang di benci. Tiga tahun lamanya tidak bertegur sapa, tidak saling berkirim pesan dengan kata lain lost contact. Seharusnya hari ini adalah hari bahagia bagi Syahla, mengingat murid baru di sekolah tadi ialah Maira, sahabat semasa SMP. Tetapi, rasa bahagia itu lenyap seketika mendapati Maira bermuka masam persis tiga tahun yang lalu ketika Syahla menyatakan dirinya hijrah dari dunia K-Pop.

Semenjak saat itu, Maira memutuskan tali persahabatan karena menuduh Syahla telah mengingkari janji persahabatan untuk selalu bersama dan tidak meninggalkan demi yang lain. Namun cara berpikir Maira salah, Syahla hijrah bukan berarti meninggalkan Maira apalagi mengingkari janji persahabatan. Melainkan dengan berhijrah dirinya bisa mengajak Maira berjalan bersama di jalan yang benar.

Tapi apa benar ... Maira benci sama aku?

"Jangan suuzon dulu, coba kamu ajak bicara baik-baik. Mungkin Maira nggak benci, tapi kecewa."

"Kecewa?"

Selepas shalat isya', Syahla masuk ke kamar Rizfan berjalan menuju balkon. Menyadari wajah Syahla tidak seperti biasanya, Rizfan berinisiatif turun ke dapur membuatkan susu untuk Syahla dan moccacino tentu saja untuk dirinya. Sudah menjadi kebiasaan Syahla jika ada masalah, harus ada susu di atas meja.

Tidak berselang lama, Syahla bercerita tentang apa yang tengah dia rasakan saat ini. Apalagi kalau bukan mengenai kedatangan Maira sebagai murid baru di sekolahnya. Sepanjang Syahla bercerita, Rizfan tidak memotong sedikit pun, mendengarkan dan fokus pada permasalahan Syahla, itulah yang dia lakukan.

"Kamu sama Maira udah temenan lama, bahkan sampai sahabatan, 'kan? Mungkin ... Maira kecewa kalau kamu hijrah dari dunia K-Popmu itu, kamu juga bakal tinggalin dia."

Assalamu'alaikum Ya UkhtiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang