Bab 35 : Menjadi Saksi

91 11 14
                                    

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

Dan Tuhan-mu berfirman, "Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahanam dalam keadaan hina dina".
[Q.S Gafir : 60]

Assalamualaikum Ya Ukhty
Epina Mardiana

🌻🌻🌻

Setelah memarkirkan sepeda motor di garasi, Lechia masuk lewat pintu utama dengan tinggi lebih dari dua orang pria dewasa. Butuh jasa khusus untuk membersihkan dua pintu raksasa dari serangga kecil yang tanpa seizin pemilik rumah membuat beraneka sarang disana.

Hampir tiap seminggu sekali Lechia melihat para pekerja jasa datang membersihkan rumah yang bisa saja disebut sebagai istana. Kedua orang tua Lechia kerja banting tulang dari pagi menuju malam, malam menuju pagi sampai sekarang mereka berhasil merasakan hasilnya.

Semua dilakukan demi anak perempuan tercinta, Lechia Anastasya. Begitu besar kasih sayang mereka bahkan saking besarnya, sejak kecil nama Lechia sudah tercantum dalam sebagian besar saham orang tuanya. Belum lagi amanat dari sang ayah kepada paman untuk rutin men-transfer uang ke rekening Lechia.

Sering Lechia menolak secara halus dengan dalih uang dari ayah ketika masih hidup lebih dari cukup, sesering itu pula paman Lechia tidak menerima penolakan. Amanah tetaplah amanah yang harus dijalankan, kalimat selalu keluar dari bibir pamannya seketika membuat Lechia mau tidak mau menerima pemberian tersebut.

“Eh, Mbok Siti ngapain? Kok banyak gamis disini? Atau jangan-jangan... Mbok Siti mau berhenti kerja terus beralih profesi jadi penjual baju muslim? Aduh, jangan dong Mbok. Lechia bakal naikin gajinya deh asal Mbok tetep disini nggak usah pakai acara berhenti segala, ya Mbok ya... “

Tatkala melewati ruang tamu, sepasang mata Lechia melihat tumpukan gamis di atas karpet berwarna monokrom. Bukan hanya gamis, melainkan ada khimar, kaos kaki, handsock, ciput bahkan cadar sekali pun. Ruang tamu berhasil disulap Mbok Siti menjadi toko baju muslim.

“Huss... kalau ngomong di saring dulu, Non. Siapa juga yang mau berhenti? Non Lechia udah Mbok anggap anak sendiri, ya mana mau Mbok pergi jauh dari Non Lechia. Ini itu pakaian muslimah khusus buat Non. Pilih aja mau pakai gamis yang mana nanti Mbok setrikain,” ujar Mbok Siti antusias bahkan dengan santai menarik Lechia duduk di atas karpet.

Begitu tulus cinta Mbok Siti hingga rela menyiapkan apa saja kebutuhan Lechia saat momen sakral itu berlangsung. Tanpa menanggapi ucapan Mbok Siti, tubuh masih berbalut seragam sekolah itu memeluk Mbok Siti, mendekap erat merasakan hangat kasih sayang seorang ibu kepada anak.

Air mata mengalir begitu saja mengingat perjalanan yang ia tempuh akan usai, segala kegundahan dan kegelisahan hati serta keraguan dalam diri segera sirna. Usapan lembut di punggung menenangkan membuat Lechia mengurai pelukan, menatap Mbok Siti sembari tersenyum.

Bahagia tidak terkira memiliki Mbok Siti, seseorang yang berhasil membuatnya yakin akan Islam dan seseorang yang tidak pernah menyerah memberi sepatah dua patah kata demi berhasilnya menghilangkan keraguan akan Islam.

“Lechia nggak tahu lagi mau bilang apa sama Mbok Siti. Pokoknya, terima kasih baanyaak atas semua yang pernah Mbok Siti lakukan sampai berhasil bikin Lechia percaya dan yakin dengan Islam. Lechia sayang Mbok Siti... sampai kapan pun. Apapun yang terjadi, Lechia harap Mbok Siti tetap di samping Lechia, jangan pergi kemana-mana.”

Tangis haru terdengar mengalun di ruang tamu. Jemari Mbok Siti terangkat menangkup wajah Lechia seraya mengusap cairan bening membasahi kedua pipinya. Senyum Mbok Siti melebar pertanda bahwa hari ini adalah hari istimewa yang sudah sekian lama ia dambakan.

Assalamu'alaikum Ya UkhtiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang