Bab 29 : Musibah dan Ujian

79 10 5
                                    

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

Tidaklah musibah tersebut turun melainkan karena dosa. Oleh karena itu, tidaklah bisa musibah tersebut hilang melainkan dengan taubat.” (Al Jawabul Kaafi, hal. 87)

Assalamu'alaikum, Ya Ukhti ~
Epina Mardiana

🌻🌻🌻

Setiap permasalahan pasti ada penyebab. Dan setiap permasalahan pasti ada jalan keluar. Kendatipun, setiap permasalahan tidak bisa kita tangani sendiri. Harus ada campur tangan guna menyelesaikan permasalahan yang ada. Harus ada keterlibatan dengan-Nya supaya permasalahan segera usai.

Yakinlah, apa pun yang terjadi di muka bumi sepenuhnya kehendak Allah. Tidak terkecuali permasalahan menimpa seorang hamba. Segala macam cara dikerahkan untuk menyelesaikan suatu masalah, tetapi tidak melibatkan Allah di dalamnya, mustahil masalah cepat selesai. Tanpa bantu Allah, masalah sepele pun tidak akan bisa selesai.

Namun, jika kita selalu meminta kepada Allah, menyerahkan diri hingga berpasrah pada Allah, tanpa kita sadari masalah menimpa kita telah menemukan jalan keluar. Tidak terkecuali atas pertolongan Allah untuk para hamba-Nya.

Hati kita tenang tatkala masalah usai begitu saja dalam kurun waktu tak terduga. Allah. Siapa lagi kalau bukan Dia yang membantu kita? Hanya kepada-Nya kita meminta dan memasrahkan segala kegundahan yang ada. Percayalah, Allah pasti mengabulkan doa kita dan menolong apa-apa yang menimpa kita.

Ada rasa senang tersendiri dalam benak Syahla saat duduk berdua bersama Maira. Kebahagiaan tiada tara melihat Maira menyanggupi permintaannya menjelaskan permasalahan yang ada. Meskipun hanya muka datar Maira tunjukkan, tidak masalah bagi Syahla. Mungkin, Maira butuh waktu lebih banyak lagi.

“Apa kabar?”

Hening. Syahla paham alasan Maira enggan menjawab pertanyaannya. Kalau boleh jujur, Syahla sekadar basa-basi bertanya tentang keadaan Maira meskipun ia tahu kondisi Maira memang tidak sedang baik-baik saja. Psikis Maira sangat terguncang akan peristiwa naas itu.

“Udah lama ya Mai, kita nggak kayak gini.” Tidak peduli Maira menganggapnya aneh atau gila karena bicara seorang diri. Tetapi yang jelas Syahla tidak sendiri melainkan bersama Maira. Mungkin Maira malas berbicara atau memang masih menyimpan rasa tak suka padanya.

“Oh ya, kemarin pas kita ngobrol kamu lihat ada tiga perempuan, kan? Nah, mereka namanya Zahra, Lechia dan Aisyah. Kapan-kapan aku kenalin sama mereka, pasti mereka seneng banget ketemu kamu.” Sejenak Syahla terdiam mencerna kata per kata keluar dari bibirnya. Tersadar akan sesuatu, Syahla merutuki dirinya sendiri. Sudah jelas Maira tidak suka kedekatannya bersama Zahra, dengan gamblangnya ia malah menceritakan Zahra di depan Maira.

Duh... jadi orang pinter banget sih, Syahla.

Suasana semakin canggung setelah Syahla menyebut nama Zahra. Tidak tahu apa yang harus dilakukan, Syahla menghela napas menyadari Maira masih setia akan diamnya dan tak kunjung membuka mulut sekadar bicara sepatah kata. Membuat Syahla diliputi rasa bersalah semakin dalam.

“Mai... aku minta maaf. Aku nggak ada niat sedikit pun ninggalin kamu. Ini udah keputusan aku ninggalin mereka yang pernah aku idolain. Aku cuma ninggalin mereka, lupain mereka, bukan kamu, Mai...”

Terdengar helaan napas pelan dari Maira. Berharap Maira menanggapi penjelasan Syahla, entah dengan kalimat apa pun itu, terserah. Syahla hanya ingin Maira bicara padanya, itu saja.

Assalamu'alaikum Ya UkhtiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang