Bab 38 : Saudari Seiman

79 8 13
                                    

 بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْم

Mencintai karena Allah, berteman karena Allah, bersahabat karena Allah hingga apa pun yang dilakukan murni karena Allah semata pasti akan Allah kumpulkan kembali di jannah-Nya kelak.

Assalamualaikum Ya Ukhty
Epina Mardiana

🌻🌻🌻

Mungkin ini yang namanya janji Allah. Dimana saat kita mengalami musibah dan menjadikan Allah semata untuk kita berharap, maka Dia akan memberikan pertolongan dari arah mana saja. Dimana saat kita mengalami kebimbangan dan menjadikan Allah semata sebagai tujuan utama meminta solusi, maka Allah akan memberikan jalan keluar yang membuat kita merasa takjub akan kuasa Allah.

Dan dimana saat kita mengalami puncak ketakutan akan bagaimana kehidupan di masa depan lalu menjadikan Allah semata untuk kita yakini bahwa Dia-lah sebaik-baik penentu takdir, maka Allah akan menjamin kehidupan kita kelak di masa mendatang. Apapun yang kita alami dan rasakan tidak lepas dari segala rancangan takdir yang telah Dia tulis dalam kitab lauhul mahfudz.

Sama halnya seperti hari ini, peristiwa yang sampai kapan pun tidak pernah Lechia lupakan bahkan akan ia kenang seumur hidup. Peristiwa menunjukkan betapa nyata janji Allah, betapa benar segala firman Allah tentang janji-Nya pada orang sabar, dan betapa benar janji Allah akan segala pertolongan-Nya kepada orang yang memiliki niat baik pasti Dia permudah jalannya. Itu semua merupakan segelintir nasihat dari Mbok Siti sebelum bahkan setelah masuk masjid.

Maka disinilah Lechia sekarang, berada di depan seluruh jamaah masjid Raudhatul Jannah. Suasana tenteram, nyaman dan sejuk tatkala Lechia menginjakkan kaki di masjid yang sering ia kunjungi bersama Mbok Siti. Rasanya sungguh mendebarkan ketika niatnya selama ini akan segera terlaksana dan keraguan itu pada akhirnya sirna setelah ia mengucap syahadat.

Iris mata Lechia pun tidak tinggal diam menelusuri setiap beberapa deretan jamaah yang kini berhadapan dengannya. Senyum tulus mulai tercetak jelas di wajah Lechia ketika menemukan ketiga sahabatnya menatap dengan pandangan... ah, Lechia sendiri pun sulit bagaimana menjelaskannya.

Terharu dan menangis bahagia. Mungkin itu yang bisa Lechia simpulkan ketika melihat ekspresi dari ketiga sahabatnya. Zahra tersenyum lebar, Syahla menyeka pipi yang basah karena air mata sedangkan Aisyah tengah menyeka ingus sedari tadi keluar begitu saja padahal Lechia belum juga bersyahadat. Sungguh, ingin sekali rasanya Lechia tertawa melihat ekspresi lucu mereka apalagi Aisyah, membuat Lechia gagal fokus melihat kelakuan absurdnya. Tapi ini bukan saat yang tepat menertawakan mereka.

Bismillah. Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Hari ini, di masjid Raudhatul Jannah, masjid di mana umat muslim menunaikan ibadah salat, kita semua baru saja kedatangan tamu yang masyaaallah, mualaf dari negara Korea Selatan. Dan, tepat di hari ini juga Allah mendatangkan kepada kita sosok perempuan yang insyaallah sebentar lagi akan menjadi bagian dari kita dan seutuhnya menjadi saudara seiman kita. Sungguh betapa besar kuasa Allah dan betapa besar rencana Allah menjadikan masjid ini sebagai saksi bertambahnya mualaf.”

“Baik, sebelumnya saya ingin bertanya kepada saudari Lechia,” ujar Ustazah Shofiyya duduk menyamping sembari tersenyum kepada Lechia dari balik cadar. “Apakah keputusan masuk islam ini murni berasal dari diri kamu atau ada paksaan dari orang lain?”

“Semua murni atas kemauan saya, Ustazah. Tidak ada seorang pun memaksa saya masuk Islam. Mbok Siti sebagai perantara untuk saya mengenal Islam secara keseluruhan, sampai pada akhirnya saya duduk di sini memutuskan sesuatu yang sudah saya inginkan sejak dulu.”

Assalamu'alaikum Ya UkhtiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang