Bab 40 : Kabar Menggemparkan

78 8 2
                                    

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْم

Bagaimanapun ujian menimpa diri, percayalah, Allah pasti menolong hamba-Nya yang sabar, yang selalu berdoa kepada-Nya dan yang selalu yakin bahwa Allah akan mendatangkan bala bantuan dari berbagai macam arah, yang mana tidak pernah kita duga sedikit pun.

Assalamualaikum Ya Ukhti
Epina Mardiana

🌻🌻🌻

Berita mengenai Lechia masuk Islam begitu cepat menyebar luas di sekolah. Kini, hampir seluruh murid berkumpul di sepanjang koridor sekolah membuktikan kebenaran jika Lechia memang seorang mualaf. Ada juga sebagian murid sengaja berkumpul di tempat parkir dan lapangan.

Orang yang di bicarakan pagi itu terkejut melihat pemandangan tak biasa. Banyak pasang mata menatapnya penuh intimidasi. Saling berbisik menyatakan bahwa fakta itu memang benar adanya. Lechia datang mengenakan jilbab sebagaimana perempuan muslim pada umumnya.

Merasa diperhatikan sang empu hanya terdiam membisu, tidak seperti biasa. Gadis itu bingung apa yang harus ia lakukan. Berusaha menenangkan diri tatkala ratusan pasang mata tak henti memandang takjub dan tidak percaya akan dirinya telah masuk Islam.

“Jadi benar beritanya, kalau Lechia mualaf?”

“Nggak kaget lagi sih, orang gengnya aja pada alim-alim.”

“Lechia kalau pakai hijab makin cantik aja, ya.”

Masyaaallah, bidadari surga gue udah turun!”

“Mimpi aja sono, jodoh gue itu. Lulus langsung gue khitbah, deh!”

“Najis, amit-amit cewek se-alim Lechia mau sama cowok playboy cap gajah kayak lo!’

Dan masih banyak lagi bisikan-bisan atau bahkan ucapan yang memang sengaja dibesarkan agar Lechia dengar. Sepanjang perjalanan hampir semua siswi menyapa dengan kalimat salam dan tanpa ragu Lechia menjawab salam tersebut. Sontak reaksi beberapa siswi yang mendapat jawaban salam Lechia seketika terenyuh.

“Emang benar, ya. Kalau udah pindah agama salamnya terasa adem banget sampai relung.”

“Yee... lebay, lo!”

“Bodo amat! Emang kenyataan kayak gitu.”

Lechia tersenyum maklum menanggapi celoteh teman sekolahnya. Tidak henti bibir itu menyunggingkan senyuman lebar. Ia bahagia, sangaat... bahagia atas keputusan yang ia pilih.

Allah... terima kasih atas segala kemahabaikan-Mu.

Maasyaaallah... Lechia, nih?”

Mendadak tubuhnya terjingkat mendengar suara seseorang dari belakang. Ia pun menoleh seraya mengelus dada melihat siapa gerangan membuat jantungnya hampir dalam kondisi tidak aman. Untung saja masih terletak di posisi yang sama.

“Adinda! Kaget gue!”

Sorry... habisnya gue antara percaya nggak percaya kalau lo mualaf. Eh, tapi beneran lo mualaf, ‘kan? Nggak lagi acara prank-prank, gitu?”

Astaghfirullah, itu mulut mau gue colekin sambal? Agama mana bisa dipermainkan, sih, Din? Gue serius masuk Islam dan nggak niat bikin acara prank bawa-bawa agama, kalau pun bikin prank bukannya senang malah sengsara dapat dosa.” Entah bagaimana bisa Adinda berpikiran se-konyol itu jika Lechia sedang nge-prank menjadi mualaf. Ia menggelengkan kepala memperhatikan teman sekelasnya ini. Aneh.

Assalamu'alaikum Ya UkhtiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang