Bab 6 : Sayangnya Kakak

288 32 7
                                    

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

"Bersikap baik kepada lebih tua. Jangan sia-siakan nasehat darinya. Entah kapan nikmat ini akan Allah cabut, tetaplah buat mereka bahagia bersamamu."

~ Assalamu'alaikum, Ya Ukhti ~
Epina Mardiana

🌻🌻🌻

Syahla termenung di atas balkon sembari menatap gemerlap bintang. Terhitung lima belas menit ia melakukan hal yang tak kunjung ada kepastian. Pemikiran tidak jauh dari kebersamaan dengan Lechia siang tadi di perpustakaan. Meskipun Lechia mengatakan pertanyaan tadi berasal dari temannya, Syahla tetap berharap jika Lechia lah yang mengemukakan pertanyaan itu.

Layaknya rol film, kejadian tersebut masih berputar di kepalanya.

Tiga tahun bersama. Tiga tahun bercanda ria. Tiga tahun bersusah payah. Tiga tahun menciptakan kekonyolan. Tiga tahun itulah Lechia bersahabat dengannya, Aisyah dan juga Zahra. Mungkinkah kebersamaan membuat Lechia tertarik akan islam?

Syahla memejamkan mata merasakan dingin udara malam menyentuh permukaan kulitnya. Menarik nafas kemudian dikeluarkan secara perlahan, berulang sebanyak tiga kali. Tidak lupa melantunkan kalimat istighfar sebanyak mungkin.

Banyak pertanyaan menyelimuti kepala Syahla, tetapi tidak satupun terjawab.

"Eh."

Syahla terlonjak kaget merasakan sentuhan lembut di pundaknya. Ia menoleh menemukan Rizfan disamping membawa segelas susu coklat. Dia menyodorkan gelas berisi susu kearah Syahla.

"Makasih, Kak," ujar Syahla sembari mengambil alih susu coklat dari tangan Rizfan. "Sejak kapan Kakak disini? Kok Syahla nggak sadar."

"Lima menit yang lalu. Kamunya khusyuk melamun, jadi nggak sadar ada cowok ganteng disini," jawab Rizfan santai.

"Sombong banget," Syahla tertawa geli mendengar penuturan Rizfan.

Tidak dipungkiri Syahla membenarkan ucapan kakaknya, kalau dia bisa dibilang memiliki paras rupawan. Hidung mancung, alis tebal, bibir merah murni karena Rizfan bukan tipe perokok dan satu lagi yang membuat Syahla kagum pada kakaknya, dia seorang hafiz.

Laki-laki itu berhasil mengkhatamkan hafalan 30 juz dalam kurun waktu kurang lebih enam bulan. Saat itulah dia manfaatkan untuk berdua bersama Al-Quran hingga terlihat hasilnya.

Syahla berdecak kagum. Dirinya merasa termotivasi untuk menghafalkan 30 juz Al-Quran, sama seperti Rizfan. Ingin sekali membuat kedua orang tua bangga. Jikalaupun Syahla belum bisa membahagiakan mereka didunia, setidaknya masih ada peluang memberi kebahagiaan diakhirat kelak.

Banyak sabda Rasulullah membahas bagi penghafal Al-Quran.

1. Penghafal Qur’an adalah Shahibul Qur’an

Syaikh Muhammad Nashiruddin Al Albani menyatakan, “Ketahuilah, makna dari shahibul Qur’an adalah orang yang menghafalkannya di hati. berdasarkan sabda nabi Shallallahu’alaihi Wasallam : "Hendaknya yang mengimami sebuah kaum adalah yang paling aqra’ terhadap kitabullah.”

Maksudnya yang paling hafal. Maka derajat surga yang didapatkan seseorang itu tergantung pada banyak hafalan Al Qur’annya di dunia, bukan pada banyak bacaannya, sebagaimana disangka oleh sebagian orang. Maka di sini kita ketahui keutamaan yang besar bagi pada penghafal Al Qur’an. Namun dengan syarat ia menghafalkan Al Qur’an untuk mengharap wajah Allah tabaaraka wa ta’ala, bukan untuk tujuan dunia atau harta.” (Silsilah Ash Shahihah, 5/281).

Assalamu'alaikum Ya UkhtiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang