Bab 9 : Masa Lalu

246 24 6
                                    

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

"Setiap orang pasti punya masa lalu. Jadikan ia sebagai pembelajaran. Jangan membenci, mengelak ataupun menyalahkannya. Dengan masa lalu kita bisa menjadi lebih baik, memahami apakah itu layak untuk kehidupan kita nantinya."

~ Assalamu'alaikum, Ya Ukhti ~
Epina Mardiana

🌻🌻🌻

Dari kejauhan, Syahla dan Zahra duduk diteras masjid melihat kedua sahabatnya tengah membersihkan ruang kelas 12. Meskipun tidak sendirian, Reni dan kawan-kawan ikut serta didalamnya. Mereka berlima setuju dengan hukuman Bu Ratih membersihkan seluruh kelas 12 berjumlah 10 ruang dan toilet perempuan berjumlah 4 ruang saat jam pulang sekolah.

Mereka sempat mengeluh berdebat tidak setuju dengan hukuman yang cukup menguras tenaga dan batin. Aisyah dan Lechia menggeleng protes ketika Bu Ratih memberikan bagian sama rata padanya. Apalagi toilet. Wajah dua perempuan itu mendadak pucat pasi di suruh membersihkan ruangan mencekam lagi horor tersebut.

Lechia dan Aisyah bahkan tidak pernah sampai 1 menit menapaki lantai toilet karena bau sengat yang menembus hingga pori-pori hidungnya. Merinding mencium bau yang sungguh apapun itu mereka tidak sudi berlama-lama disana.

Dan sekarang, mereka harus rela membiarkan hidung sterilnya menghirup bau yang... ah tidak bisa dikatakan secara detail. Lebih baik merasakan bau kaos kaki tidak dicuci selama satu bulan daripada harus merasakan bau melegenda seperti ini.

"Hah.. capek juga ternyata. Itu kelas apa gudang sih? Kotornya udah kayak nggak dihuni satu abad," keluh Aisyah duduk lesehan sambil bersender didinding kelas.

"Eh, itu kelas kita juga kali. Heran sih, padahal tadi pagi udah aku sapu tapi pas jam pulang kok kotor lagi ya?"

"Ya iyalah. Orang tiap hari injak lumpur gimana nggak kotor lagi tuh kelas," jawab Aisyah asal karena dia memang sedang capek tingkat tertinggi menara dubai.

"Hah? Masa? Emang mereka jalan lewat mana kok bisa injak lumpur?" tanya Lechia polos. Aisyah menatapnya tak percaya, dia hanya bercanda tapi Lechia menanggapinya serius.

"Udah, nggak usah dibahas lagi, nggak penting juga. Aku tidur bentar," ujar Aisyah mengambil posisi nyaman untuk merehatkan badan sebentar.

"Lah, jangan tidur dulu. Toilet belum kita bersihin lho, Syah. Ih.. Aisyah!"

"Bentar doang napa. Dedek capek banget,"

"Tapi, nanti kalo Bu Ratih-

"Ekhem..."

Tuh kan. Baru aja diomongin.

Kontan saja mereka terjengkit kaget melihat sosok Bu Ratih dihadapannya. Aisyah dan Lechia cengengesan mendapati tatapan tajam Bu Ratih.

"Udah selesai?" Bu Ratih bergiliran menatap Aisyah dan Lechia sembari bersedekap.

"Belum, tinggal toilet aja sih, Bu. Capek habis bersihin 5 ruang kelas, Bu. Susah banget buat hilangin kuman membandel yang menempel disetiap sudut lantai."

Baiklah. Katakan pada Aisyah kalau ini bukan audisi bintang iklan.

"Saya tidak bertanya kalian capek atau tidak. Sekarang kalian berdua cepat bersihkan toilet. Reni, Mega dan Anggi juga lagi disana," jelas Bu Ratih lalu melenggang pergi meninggalkan Aisyah dan Lechia terdiam kaku.

"Ayo, Aisyah! Sebelum mereka bikin ulah lagi!"

Mereka lari secepat cheetah agar sampai di toilet. Bahkan, sapaan semangat dari Syahla dan Zahra diteras masjid mereka anggap angin lalu. Saat ini fokusnya hanya toilet. Tidak mungkin Reni tidak melakukan hal aneh. Mengingat kalau mereka adalah geng ter-tengil satu sekolah. Itu menurut Lechia dan Aisyah.

Assalamu'alaikum Ya UkhtiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang