Chapter 29

1.3K 68 0
                                    

YANG GAK VOTE, KOMEN, FOLLOW. KALIAN GAK ASIK! GAK KETJEH! GAK KEREN!

🌧️

🌧️

🌧️














🌧️

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Dua belas tahun silam

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Dua belas tahun silam...

Terlihat sepasang anak kecil sedang bermain di kebun teh, tawa lepas dan cengiran bahagia menghiasi wajah-wajah menggemaskan dua bocah berusia lima tahun itu. Si lelaki kecil berlari mendahului si gadis kecil membuat si gadis kecil memekik kaget, cemas.

"Pangelan tunggu!"

Dengan senang sosok Pria kecil yang dipanggil Pangeran tersebut tertawa riang dengan kaki yang masih melaju.

"Kejar Pangeran, wleee..."

"Pelangi gak ku... akkhhh..."

Srett...

Bruk...

Si gadis mungil terjatuh, tergelincir tanah basah. Pangeran berbalik cemas. Pria kecil itu berlari tergopoh dan menyentuh pundak Pelangi.

"Pelangi, kamu gak papa?," Pangeran memeriksa segala tubuh si gadis kecil dengan cemas.

Usia mereka sama namun Pelangi masih belum bisa menyebut huruf R dengan benar, lain halnya Pangeran. Pria kecil itu mahir berbicara, usia lima tahun ia sudah jago berkosa kata baik, jiwanya juga lembut dan sangat sopan ke siapapun. Itu sebabnya Pelangi sangat mengangumi sosok Pria didepannya, mata hitam secantik rembulannya menatap tenang manik gelap milik Pangeran.

"Kamu sakit?" Tangan Pangeran naik menyentuh kening gadis itu, lantas si gadis tersenyum kecil, menggeleng seakan mengatakan ia baik-baik saja. Yang sakit kaki malah kening diperiksa. Lucu...

"Pelangi baik, Pangelan" Gigi susu anak gadis itu mengintip kecil dibalik bibir mungilnya.

Si Pria kecil pun tersenyum lebar, membawa gadis itu untuk berdiri.
"Kalau begitu kita pulang, ibu sama ayah kamu pasti nyariin kamu" Tangan Pangeran akan lepas dari genggaman Pelangi, buat memimpin jalan namun secepat mungkin si gadis menahan gerakannya.

Maaf, Aku TerlambatWhere stories live. Discover now