Chapter 34

1.4K 67 0
                                    

Hai semua!

Sorry othor updatenya jarang. Maklumin, kerja gini kadang suka gak sempat buat sekedar update dan sekarang ada waktu. Alhamdulillah kita dichapter 34. Bentar lagi ending nih🥺





Gue cuma mau bilang, vote komen follow... Jika kalian suka. Enggak juga gakpapa.

Oke sudah. Capcush!










🌧️🌧️🌧️

Pria itu adalah Nicki, mata ketiganya tak henti menatap Nicki saat cowok itu ikut masuk setelah si Perawat mendahuluinya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Pria itu adalah Nicki, mata ketiganya tak henti menatap Nicki saat cowok itu ikut masuk setelah si Perawat mendahuluinya.

Nicki, dengan wajah datar bak pahatan dewa yunani. Duduk anteng tanpa beban dekat Zio sedang Kenzo dan Zio panas dingin akan kehadiran Nicki yang tiba-tiba begini.

Karel akan kesini Sob... tak bisa dibayangkan bagaimana suramnya susana setelah Karel berada diantara mereka.

"Lo tau dari mana kita di sini?" Penasaran Zio.

Nicki melihat Zio santai lalu bersandar pada sofa.

"Gue ikuti kalian"

"Whattt... kok gue gak tau" Serobot Kenzo tidak percaya.

"Bahkan, sedari gudang belakang" Lanjut Nicki dengan wajah datar.

Binar menunduk tatkala Nicki berhasil menatapnya, menekan-nekan ibu jarinya karena gugup.

Nicki mengikuti keduanya, dari keberanian Kenzo menghentikan Viona sampai aksi heroik Zio mengangkat Binar lalu menggendongnya. Mulanya Nicki tak mau berdiam diri, namun... mengingat hari kemarin ia sempat berseteru dengan Karel. Ia pun memilih diam dan jadi penonton saja saat ini, setelah tahu rumah sakit dan kamar Binar. Nicki pulang dan akan kembali setelah isya.

Iya... sekarang tepatnya.

"Ekmm... Mas" Panggil Perawat yang sedari tadi jadi patung, tidak sempat mengucap sepatah katapun. Kasian mba Perawatnya, dikacangin kurcaci-kurcaci bongsor.

"Jangan panggil mas, adek aja. Kita masih bocil" Sahut Zio, mengedipkan mata genit.

Perawat itu tersenyum kikuk Lantas memberi gelengan kecil.

Ada-ada saja anak zaman sekarang, gak bisa lihat yang bening. Mau aja di embat. Mau muda ataupun mba-mba seperti kakak Perawat ini.

"Baiklah, adek-adek, saya..."

"Jangan bilang saya. Kakak aja" Timpal Kenzo tersenyum manis ke Perawat tersebut. Nicki dibikin menghela nafas panjang.

"Lanjut, gak usah dengerin mereka" Emang iya... dua temannya ini genit banget soal cewek.

"Hm... begini..."

Ceklek...

Suara pintu terbuka membuat si Perawat tak urung melanjutkan niat, semua kepala diruangan itu menoleh ke objek yang sama.

Maaf, Aku TerlambatWhere stories live. Discover now