PART 8: Just Because

967 128 9
                                    

Situasi canggung menguasai di dalam mobil yang sunyi itu karena Beomgyu langsung terdiam kaget dan Yeonjun hanya diam menatapnya. Padahal hanya terjadi dalam hitungan detik, tapi Beomgyu merasakan waktu melambat dan dirinya membeku. Dia ingin bergerak, tapi dia merasa tidak berdaya seakan-akan sedang terkunci dalam mata tajam Yeonjun.

Kemudian entah kenapa Beomgyu merasakan wajahnya panas, terutama pipinya.

Setelah Beomgyu dapat cukup menguasai dirinya, dengan cepat dia kembali ke posisi awalnya dan duduk dengan rapi sambil menghadap lurus ke jalanan kosong di depan.

Beomgyu merasa bodoh, kenapa pipinya terasa panas dan kenapa juga dia tidak langsung berhenti mendekati Yeonjun, tapi malah terdiam? Beomgyu ingin mengutuk dirinya saat itu juga. Yeonjun pasti akan meledeknya habis-habisan setelah ini.

Keheningan terpecah dengan suara kekehan Yeonjun.

Tuh 'kan.

"Uh– Lo diem dah! Jangan banyak bacot dan mending kita langsung puter haluan buat ke bioskop aja biar sempet, sebelum diusir satpam karena dikira parkir di sini! Ayo buruan!" Oceh Beomgyu asal tanpa mengalihkan pandangannya dari jalanan.

Yeonjun tersenyum geli. Beomgyu itu terlihat lucu saat dia salah tingkah atau kesal, dan Yeonjun tahu kalau Beomgyu sedang merasakan kedua hal itu sekarang.

"Alright, siap meluncur bos."

***

Kepala Beomgyu sesekali terhuyung-huyung pelan setiap mobil Yeonjun berbelok. Setelah selesai menonton tadi, keduanya setuju untuk langsung pulang mengingat waktu sudah menunjukkan pukul dua pagi, dan tidak lama setelah mereka keluar dari parkiran, Beomgyu kembali tertidur—setelah tadi tertidur selama setengah durasi film.

Sebenarnya Yeonjun merasa sedikit bersalah karena di waktu larut seperti ini, Beomgyu masih berada di luar dan bukan di kamarnya yang nyaman. Beomgyu juga seharian kemarin di kampus dan langsung menghampirinya di dance room, tidak heran kalau dia dapat tertidur sangat pulas seperti sekarang, meskipun sudah berpindah tempat dari bioskop ke dalam mobil.

Untung saja saat tadi mereka makan-makan, Beomgyu hanya minum satu kaleng bir. Kalau tadi dia minum lebih banyak lalu mabuk, Yeonjun bisa saja harus mengangkut sahabatnya itu untuk dipindahkan ke mobil karena sekali Beomgyu mabuk dan tertidur, dia akan lebih susah untuk dibangunkan.

Walaupun merasa sedikit bersalah, Yeonjun senang dapat menghabiskan lebih banyak waktu bersama Beomgyu, meskipun baginya tetap terasa aneh.

Sebelumnya, beberapa kali Yeonjun menahan kepala Beomgyu yang berusaha berdiri tegak tetapi terus-terusan goyah itu dengan memegang atas kepalanya dengan hati-hati. Pillow-neck-nya tertinggal di unit apartemennya, jadi dia melakukan ini agar leher Beomgyu tidak sakit nanti.

Tetapi karena rasa pegal mulai melanda lengan Yeonjun dan perjalanan mereka masih ada sekitar sepuluh menit lagi, Yeonjun menepikan mobilnya di pinggir jalan depan sebuah toko roti yang sudah tutup untuk menjalankan ide cemerlangnya.

Yaitu menopang kepala Beomgyu dengan menyelipkan jaketnya di sekitar lehernya dan terbentuklah DIY pillow-neck. Yeonjun tersenyum bangga melihat hasil karyanya dan segera melanjutkan perjalanan. Selain itu, Yeonjun juga tersenyum melihat Beomgyu yang tertidur dengan damai, walaupun bukan di kamarnya yang nyaman.

Bulu mata lentiknya terlihat jelas di atas pipinya yang sedikit memerah karena terus menerus diterpa angin dingin AC mobil. "Ey." dengan cepat Yeonjun menggeser arah anginnya ke kiri agar tidak menerpa wajah Beomgyu dan tersenyum simpul, berusaha untuk tidak mengucapkan kata-kata lagi.

Setelah memastikan kepala Beomgyu dalam keadaan nyaman, Yeonjun melanjutkan perjalanan pulang mereka.

***

POPULAR • YeongyuWhere stories live. Discover now