PART 14: Semi Bucin

846 93 3
                                    

"Nah, terus," nenek Yeonjun berdeham dengan sengaja. "Kamu udah punya pacar lagi belum?"

Kedua wanita itu terlihat penuh dengan harapan karena terakhir kali mereka mengunjungi Yeonjun, yang mereka ketahui adalah anak dan cucunya itu sudah jomblo lagi.

Yeonjun mengatur napasnya.

"Belum, tapi aku lagi naksir dan pdkt sama seseorang. Dia laki-laki yang familiar buat kalian kok. Kalian pasti suka sama dia." jawab Yeonjun dengan lancar sambil tersenyum kepada keduanya, terutama mamanya yang kini terkejut mematung.



"Park Yeoreum, ibu tahu kamu terkejut tapi di sini gak ada pihak yang salah, nak. Dia berhak untuk menentukan jalan hidupnya selama hal itu gak merugikan orang lain, termasuk memilih orang yang akan dia cintai," ucap Heeyoung, sang ibu, sambil mengelus kepala anaknya yang masih menangis.

Yeonjun tidak kuat untuk mendengarkan percakapan mereka lebih lanjut. Dadanya terasa sesak melihat mamanya menangis karena dirinya yang tidak dapat memenuhi harapan-harapan yang ada. Dengan segera dia menutup pintu itu secara hati-hati dan kembali ke kamarnya, mengurungkan niat untuk mengambil botol air.



"Maaf karena Yeonjun gak dapat memenuhi harapan mama," gumam Yeonjun. "Maaf karena perasaan ini tumbuh dengan sendirinya. Yeonjun cuma gak mau sakit sendiri karena denial sama hal itu." lanjutnya.

Wanita itu memeluk Yeonjun dengan erat. "Yeonjun anak mama, kamu hebat. Udah mau berterus terang sama mama dan nenek tentang hal ini. Mama tahu pasti kamu udah memikirkannya sejak lama. Kamu hebat, Junnie. Mama bangga sama kamu." ucap mama Yeonjun dengan tulus sambil mengelus punggung lebar Yeonjun. Dia betul-betul bangga dengan anaknya yang tetap jujur pada keluarganya.



"By the way, laki-laki itu mama kenal kok."

Mama Yeonjun melonggarkan pelukan mereka dan menatap Yeonjun dengan penasaran. "Oh ya? Siapa tuh?"

Yeonjun tersenyum malu-malu. Ini pertama kalinya dia memberitahu seseorang mengenai orang yang dia suka.

"Temen deketku, sahabat terbaikku, Beomgyu. Choi Beomgyu."



Setelah Yeonjun memberikan pengakuan kedua pada mamanya, Yeonjun segera pamit pada wanita itu untuk lari pagi seperti niat awal. Arahnya berubah menuju rumah Beomgyu yang jaraknya dua kilometer dari apartemennya.

"Lo ngapain ke sini?! Lo gimana ke sininya? Kok mobil lo gak kelihatan?" tanya Beomgyu beruntun. Dia benar-benar tidak menyangka sahabatnya akan muncul di rumahnya sepagi ini.

Seakan-akan tidak mendengar pertanyaan-pertanyaan Beomgyu, Yeonjun malah memeluk laki-laki itu dengan erat seperti hari esok tidak akan datang. Sejak dia jujur pada keluarganya mengenai perasaanya, Yeonjun mendadak rindu sahabatnya ini.



Yeonjun sekarang duduk di atas karpet sambil menumpu dagunya di atas lipatan lengan yang dia letakkan di pinggir kasur Beomgyu. Karena dia tidak dapat memeluk Beomgyu dengan alasan takut mengganggu sesi tidur beruang itu, maka Yeonjun akan mengamati laki-laki yang tertidur pulas tersebut.

Alis tebal, bulu mata lentik, hidung mancung, bibir penuh, rahang yang tajam. Yeonjun baru menyadari kalau sahabatnya ini sangat sangat good-looking. Pantas saja tetap banyak yang mengejarnya walaupun kesan pertama Beomgyu itu dingin.



Melihatnya dari samping begini membuat Yeonjun tersadar kalau wajah Beomgyu memang enak untuk dipandang dari sisi manapun.

"Lo ngapain lihatin gue dah? Naksir?" tanya Beomgyu. Tanpa Yeonjun sadari, Beomgyu sudah menyelesaikan makan dan dramanya.

POPULAR • YeongyuWhere stories live. Discover now