13: Drop

2.7K 133 0
                                    

Happy Reading...
Baju setrikanan, rapi dan wangi. Azka adalah tipe orang yang menyukai kerapian, seragam batik yang ia kenakan belum terlihat lusuh, motif batik masih tertera jelas di seluruh permukaan.

Pagi ini setelah kejadian semalam, dimana pertama kalinya dalam hidup Azka dia meminum obat terlarang. Obat yang sudah dia ketahui efeknya sejak dulu. Sejak masih duduk di bangku sekolah dasar. Dan waktu MOS SMP pun obat itu juga disinggung. Dan dalam materi pembelajaran bimbingan konseling selalu menyinggung obat itu.

Obat yang dapat menimbulkan candu, membuat seseorang tidak bisa berhenti mengkonsumsinya. Lelaki itu terdesak, tidak ada cara lain selain meminumnya semalam. Semoga keinginannya tidak berlanjut hari ini.

"Duit ini buat gue beli obat." Sekali lagi Azka menegaskan Regaza.

"Dikit. Gue minta dikit, beberapa lembar doang." Dan Regaza masih merebut satu tangan Azka yang ia masukkan dalam saku celana putih khas bawahan seragam batik.

Azka memejamkan matanya, telinganya risih sejak di rumah sampai disini Regaza meminta uang terus. Entah berapa jatah yang Muson berikan sampai anak kesayangannya ini seperti kekurangan uang.

Karena tidak tega, Azka mengeluarkan uang yang sudah dia lipat rapat-rapat. Mata Regaza membulat melihat nominal uang ratusan genggaman Azka begitu merona.

"Anjir." Pekik Azka.

"Jangan semuanya Za! Itu ngutang!" Azka menarik ujung tas Regaza.

"Lo resek banget anjir." Tanpa rasa malu dia malah berlari menghindari Azka, jujur saja lumayan mudah melawan Azka sekarang.

Azka mengejar langkah lebar Regaza sampai di bawah tangga dia berhasil mendapatkan pundak lelaki itu. Azka pepet tubuh Regaza hingga mentok tembok.

"Apa lo nggak kasian sama gua ha?" Tanya Azka dengan nafas ngos-ngosan.

"Gue sekarat gara-gara uang gue lo ambil! Lo pengen gue cepet mati?!"

Regaza menyengit, tidak mengerti. Bagaimana bisa sampai bahas kematian segala.

"Lo ngomong apa si?" Tanyanya mendorong tubuh Azka dan membiarkan tangan Azka berhenti menekan pundaknya.

"Balikin duit gue!" Sarkas Azka kembali merebut uang miliknya, uang itu hasil meminjam Tomi.

---000---

Kansa senang pagi ini Azka sudah kembali dengan senyuman teduhnya. Wajah lelaki itu memang pucat, tapi dia tidak terlihat sakit. Apalagi saat Azka sesekali melirik ke arahnya, padahal Satya tengah mengajak lelaki itu ngobrol dengan asyik.

"Aish!" Azka mendecak.

Sontak Kansa mengalihkan perhatiannya, "Ka yaampun!" Dia mengambil tisue di laci mejanya.

Cairan kental berwarna merah tersebut mengotori buku tulis Azka.

"Jangan. Gue gapapa." Azka mencegah tangan Kansa.

Kepala Azka dibuat berpikir oleh soal matematika, tubuhnya yang belum fit, ditambah pagi ini belum minum obat dan belum sarapan mungkin penyebab dirinya mimisan tiba-tiba.

Sampai jam istirahat tiba, rasa khawatir menyelimuti hati Kansa. Dia khawatir dengan keadaan Azka sedangkan orang yang dikhawatirkan tersebut seolah tidak terjadi apa-apa. Dia sibuk mengerjakan matematika sambil sesekali menempelkan tisue dihidungnya.

Azka menoleh, "Udah nggak usah dipikirin ah." Ucapnya.

"Kuy kantin." Satya merangkul pundak Azka mengajaknya ke kantin.

"Tapi Ka lo kan lagi-,"

"Ayo, nanti nasi goreng mbak Chik keburu abis." Azka sengaja mengalihkan perhatian mereka.

AZKARINO✔️[TAMAT]Where stories live. Discover now