33.

2.7K 329 48
                                    

~👑~

HARI sudah malam dan Haru masih menangis. Sejak sore batita itu rewel menolak diberi susu ataupun bubur, dan tentu saja itu membuat Jeongwoo kelabakan sendiri. Ibu muda itu menggendong dan terus mencoba menenangkan buah hatinya meski tidak berhasil.

Yedam dan Doyoung juga ikut membantu Jeongwoo menenangkan Haru, tapi hasilnya tetap sama, batita itu malah semakin menangis dengan kencang. Haruto sendiri hanya duduk mengawasi bagaimana Jeongwoo dengan raut cemasnya menenangkan putra mereka.

"Tidak biasanya dia rewel begini. Apa susunya tidak enak? Haruskah kau menyusuinya secara langsung, Jeongwoo-ya?" Tanya Doyoung dengan wajah polosnya.

Mendengar pertanyaan Doyoung itu sontak membuat semua orang disana terkejut, tak terkecuali Haruto serta John yang baru saja keluar dari kamar milik Jo Jung. Jeongwoo melotot kesal mendengarnya. Dari wajahnya sudah terlihat bagaimana Jeongwoo menahan diri untuk tidak menendang sahabat kesayangannya itu saat ini.

"Kau sepertinya lupa jika 'serigala' itu tidak memiliki puting, sayang." Kata John menimbrung tiba-tiba. Yang dibicarakan tentu saja melotot mendengarnya.

"Apa itu hinaan?" Ketus Jeongwoo dengan alis mengernyit tajam. "Sayang sekali tuanmu itu harus menyukaiku yang tak berpayudara besar ini!" Tambahnya lagi dengan nada menohok tajam seraya melirik Haruto yang malah terkikik bak orang gila ditempatnya.

Jeongwoo melengos keluar rumah, ia berjalan mondar mandir sambil menggumamkan banyak rayuan dan cerita agar Haru berhenti menangis. Namun nampaknya batita itu punya banyak stok air mata yang tiada habisnya.

Cuaca malam hari yang semakin dingin karena musim penghujan membuat Jeongwoo khawatir, Haru bahkan belum makan apapun sejak siang, Jeongwoo takut kalau Haru akan sakit nantinya.

"Sayang cup.. cup.. sudah ya menangisnya~ Mommy jadi bingung dan sedih." Jeongwoo menangkup pipi gembil Haru dengan agak memaksa karena batita itu meronta tak ingin disentuh, membuat Jeongwoo perlahan ikut berlinang air mata. "Haru~" panggilnya lirih disela isakan kecilnya.

Jeongwoo tidak menyadari bahwa sejak tadi Haruto berdiri dibelakangnya mengawasi. Pemuda vampir itu mengambil Haru dari gendongan Jeongwoo secara tiba-tiba dan tentu saja Jeongwoo sangat terkejut.

Inginnya mengomel, tapi saat melihat Haru anteng dalam gendongan Haruto membuatnya urung. Jeongwoo mengerjapkan kedua matanya, speachless melihat bagaimana batita itu perlahan menghentikan tangisnya saat Haruto bersitatap dengannya.

"Ruto-ya!" Jeongwoo menggeram kecil saat manik pemuda vampir itu berubah merah, bukan hanya itu, sedetik kemudian manik caramel Haru juga berganti merah. Jeongwoo mengambil paksa Haru dari Haruto karena keduanya seolah tengah berperang lewat tatap mata yang tajam nan dingin itu.

"Hentikan itu!" Peringat Jeongwoo seraya menatap Haruto dengan tajam, pemuda vampir itu lantas menyunggingkan seringai tipis dibibirnya, manik merahnya juga perlahan berganti menjadi madu kembali.

Jeongwoo beralih menatap Haru, tangannya menangkup pipi gembil bocah itu, membawanya naik untuk bertatapan dengannya. Sialnya, manik mata Haru masihlah berwarna merah.

"Dia lapar Jeongwoo-ya." Jeongwoo menoleh kearah Haruto mendengar perkataan pemuda itu. Iya, Jeongwoo tahu kalau Haru pasti lapar karena sejak sore bocah itu belum makan apapun. Tapi apa maksut dari tatapan Haruto itu? Jeongwoo tidak mengerti.

BLOOD | HAJEONGWOO (✔)Where stories live. Discover now