38.

1.9K 196 8
                                    

~👑~

HARU mendudukkan dirinya, satu tangannya menyangga dibelakang tubuhnya sementara yang lain naik untuk menyibak rambut yang menutupi wajahnya. Manik caramelnya memendar menatapi hamparan dandelions yang bergoyang karena hembusan angin.

Kewaspadaan Haru meningkat saat mendengar suara dari arah punggungnya, melirik dari ekor matanya, Haru tahu siapa yang tengah mendekat kearahnya. Matanya terpejam begitu merasakan usapan halus pada pucuk kepalanya. Bibirnya mengulas senyum tipis, ia lantas menegakkan tubuhnya lalu memutar kearah sosok tersebut dan memeluknya.

"Aku tahu kau disini." Katanya berujar dengan suara lembut. Tangannya merengkuh tubuh bongsor Haru, mengusap punggung lebar bocah yang telah tumbuh menjadi pemuda tampan serupa sang Ayah.

"Mommy tahu kau disini." Katanya lagi.

Ya, itu Jeongwoo.

Haru merenggangkan pelukan itu, ia mendongakkan kepala untuk menatap sang Ibu dengan senyum lebar. Jeongwoo tersenyum, ia mengusap wajah sang putera dengan sayang.

Air mata Jeongwoo lolos, turun membasahi pipi mulusnya. Isakan yang tertahan dibilah bibirnya, punggung yang bergetar, ia merasakan sesak dan nyeri di dadanya. Manik legamnya meniti wajah polos didepannya dengan seksama. Wajah puteranya. Wajahnya yang serupa dengan sang kasih.

"Kau..-- hiks.." Isakan itu akhirnya lolos. Jeongwoo tidak mampu menahannya lagi. Ia tahu bahwa ini semua hanya mimpi. Haru telah tiada. Puteranya sudah meninggal.

Didekapnya lagi pemuda itu dengan pelukan erat, seerat yang mampu ia lakukan. Rasanya tak rela melepas belahan jiwanya, buah hati yang telah dikandung dan dilahirkannya serta dibesarkan dengan penuh cinta, sudah tak bisa dipeluknya lagi.

"Kenapa dunia jahat padamu? Kenapa Tuhan jahat padaku?" Keluh Jeongwoo dengan suara serak, lirih namun bisa didengar oleh Haru.

Pemuda itu mendongak menatap Jeongwoo dengan tatapan sedih. Jeongwoo menunduk sedikit, memperhatikan bahwa puteranya tengah tersenyum meski kenyataannya hanya perih dan kesakitan yang tergambar disana.

"Aku mencintaimu, Mommy. Terima kasih sudah memberiku kehidupan dan cinta yang tak terhingga." Ujar bocah itu setelah lama terdiam.

Atensi keduanya beralih pada suara langkah kaki yang mendekat. Mereka menoleh kearah seorang pria yang menatap dengan sendu. Dia mendekat dan mengulurkan tangannya pada Haru setelahnya.

Haru menatap telapak tangan besar yang terulur kearahnya kemudian beralih menatap Jeongwoo sekilas. Ia melonggarkan pelukan mereka lalu berdiri diikuti Jeongwoo setelahnya. Tanpa ragu, Haru meraih uluran tangan tersebut, mengaitkannya dengan erat seperti simpul yang tak akan pernah lepas.

Jeongwoo menatap pria tinggi yang berdiri disebelah Haru, matanya seolah meminta izin hendak membawa puteranya untuk pergi bersamanya. Sejenak, Jeongwoo bersitatap dengannya.

"Dia kekasihku. Mate-ku. Milikku." Kata pria itu tanpa ragu.

Jeongwoo sebenarnya tidak suka dengan gaya bicaranya yang seolah menegaskan bahwa puteranya adalah miliknya. Terasa mengesalkan namun juga lega karena orang itu pasti mampu menjaga Haru.

Setelahnya, Jeongwoo melihat mereka berbalik dan berjalan menjauh meninggalkannya disana sendirian menuju kabut pekat kemudian menghilang.

BLOOD | HAJEONGWOO (✔)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora