10. EMAK LAMPIR

866 92 9
                                    

"Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Dia mendapat (pahala) dari (kebajikan) yang dikerjakannya dan dia mendapat (siksa) dari (kejahatan) yang diperbuatnya."
QS. Al-Baqarah Ayat 286
286.

Madina memasuki dapur, disana sudah terlihat Mama tercinta sedang ulet dengan ritual masaknya. Perlahan-lahan Madina melangkahkan kaki, mendekatinya.

"Assalamu'alaikum, Mama!" salam Madina langsung memeluk Lia dengan girang.

"Eh-eh? Wa'alaikumussalam!" jawab Lia serasa jantungnya mau copot.
Bagaimana tidak? Sedangkan, Madina membuat Mamanya kaget.

"Kamu ini, Madina ... Lain kali nggak boleh gitu, Mama lagi masak ini! Kalau muka Mama nyemplung di wajan, memangnya kamu mau?" protes Lia dengan sangat rinci mirip emak-emak yang sedang marah.

"Astagfirullah ... Mama kok gitu, sih?" tanya Madina yang mengerutkan bibirnya.

"Mama minta tolong dong, bisa nggak kamu beliin gas elpigi sama beberapa bahan di supermarket? Soalnya elpiginya habis dan beberapa bahan juga sudah habis jadi kurang buat masak." Lia berbicara menyuruh putrinya pergi ke Supermarket sebab melihat elpiji yang gasnya sudah ngewes dan minyak yang tinggal sedikit.

Madina nampak berpikir.

"Oke, siap!" jawab Madina dengan semangat juang isyarat hormat.

"Kamu pergi ke supermarket jalan kaki atau naik vespa?" Lia tersenyum lalu mengambil secarik kertas yang berada di atas laci, entah untuk menulis apa.

"Jalan kaki aja deh, lebih sehat juga!" jawab Madina semangat dengan menarik tangan ke atas.

Lia yang baru saja selesai mencatat langsung menoleh dan mengangguk.

"Yasudah, tunggu dulu."

Lia terlihat merogo saku gamisnya untuk mengambil beberapa lembar uang dan memberikannya pada Madina beserta secarik kertas yang telah ia catat.
Ternyata itu list belanjaan, yang harus Madina bawa pulang.

Madina mengangguk langsung berpamitan dan mengecup punggung tangan Mamanya.
Diawali dengan berdo'a Madina langsung saja berjalan, dengan gas elpiji yang sudah dia tenteng di tangan.

Jarak supermarket dengan rumahnya Madina, kira-kira sekitar 300 meter sih. Apa gak capek itu, Madina? Enggak ya, soalnya Madina itu anaknya lumayan rajin olahraga. Jadi meskipun dia mungil, tapi dia postur tubunya bagus sih.

Tak lama kemudian, Madina sampai di supermarket. Madina masuk dan mulai mencari bahan yang berada di list belanjaan.

Sedang asyik-asyiknya memilih bahan, Madina tersentak tiba-tiba bahan yang berada di genggaman tangan wanita yang lewat di depannya terjatuh. Sontak Madina, langsung membantu membereskan.

Saat Madina menoleh dan melihat siapa wanita itu sebenarnya, ia langsung tersentak.

"E-eh,Tante Nani?" cicitnya.

Madina langsung menegakkan tubuhnya dan menyodorkan barang yang terjatuh dengan seulas senyum.

"Assalamu'alaikum,Tante. Apa,kabar?"

Nani terdiam sejenak, segera mengambil barang yang diberikan Madina. Tanpa rasa terima kasih, Nani langsung pergi saja dan menatap sinis ke Madina.

Madina terpaku, lalu dia menunduk sedih.

"Ya Allah ..." rintihnya. Hatinya sangat sakit, akan kejadian barusan.

Perlahan derai langkah Madina, terdengar saat memasuki rumah. Hari telah petang, gadis itu memutuskan segera pulang setelah membeli belanjaan. Seusai dari supermarket, terlihat mimik wajah Madina lebih murung dan seperti kaset kusut.

Bunda Untuk Syafa Donde viven las historias. Descúbrelo ahora