16. CEMBURU

873 82 2
                                    

"Entah mengapa, aku tak suka melihat dia dengan lelaki lain meski hanya saudara sepupunya. Tapi tak salah kan, jika aku cemburu?"

- Roem Rayyan Rayhan -

***

Pagi yang ceria, saatnya Madina pergi ke kampus dan ulet dengan pelajarannya. Sebentar lagi, Madina menuju detik-detik skripsi dan semakin dekat dengan kelulusan.

Seperti biasa Madina seremoni dandan dan langsung pergi sarapan. Usai sarapan Madina berpamitan ke kampus, untuk kali ini dia diantarkan oleh Odde saudara sepupunya.

Apa sih motif, dari Odde mengantar Madina ke Kampus? Odde hanya ingin tahu saja kampusnya Madina, sekaligus kepo dengan isinya. Odde telah menyelesaikan perguruan tingginya di Luar Negeri. Dia dapat beasiswa untuk berkuliah disana, pintar sekali sama seperti Madina mempunyai IQ yang bisa dibilang cukup tinggi.

Mesin mobil dimatikan, kini Odde dan Madina telah sampai di parkiran Kampus. Odde segera turun dari mobil dan membukakan pintu untuk Madina.

"Makasih!" ucap Madina yang dibalas senyuman simpul Odde.

Tak jauh dari Odde dan Madina, terlihat seorang pria berbadan tegap dan tampan idaman banyak cewek sedang menatap Odde dengan tajam.

"Ngapain, dia antar Madina ke kampus?" gumamnya lirih.

"Abang, Kia masuk dulu ya? Keburu telat nanti. Assalamu'alaikum."

"Assalamu'alaikum!" terdengar suara khas Syifa diantara Odde dan Madina, sontak Madina menoleh dan memeluk Syifa.

"Wa'alaikumus-salam!"

"Setelah sekian lama, Syifa!" pekik Madina yang penuh kegirangan.

" Hahahah ... kamu kangen, ya?" goda Syifa dengan mencubit pipi Madina.

"Eh-eh, sudah dong. Sesak ini, kamu peluk terus!" gerutu Syifa yang membuat Madina terkekeh.

Pandangan Syifa teralihkan dengan sesosok laki-laki yang bersama dengan Madina, lalu dia mengernyitkan keningnya.

"Dia siapa?" batinnya bingung.

"Masya Allah, tampan!" tak ada angin tak ada hujan sepercik kalimat keluar dari mulut Syifa, membuat Madina tertegun.

"Kamu bilang apa, Syif? Tampan?" tanya Madina sekali lagi untuk meyakinkan.

Dia tidak salah dengar kan, sahabatnya berucap begitu? Hmm ... mungkin menurut Syifa Odde tampan, tapi kalau menurut Madina sih, tetap Mas Rayyan!

"Odde, kata Syifa kamu tampan!" ucap Madina yang membuat Odde salah tingkah.

"Kamu kok jadi salah tingkah, sih?" tanya Madina mencoba menahan tawanya.

"Kamu juga kagum ya, sama Syifa? Pasti gini, gadis ini juga cantik!" Madina menggoda Odde dan Syifa.

"Apaan sih, kamu! Sudah ayo masuk, keburu telat!" protes Syifa yang langsung menarik tangan Madina sedangkan, Odde hanya tersenyum malu mengingat ucapan Syifa meskipun dia mendengar samar-samar tapi itu jelas.

Madina dan Syifa telah sampai di dalam kelas, mereka masih bersenda gurau. Untung saja belum ada mak lampir ( Kiara ). Bisa-bisa kalau anak itu datang lebih pagi, bisa membuat darah mereka naik seketika. Untung saja hari ini dia hampir telat , hahahah.

Ting! Ting ! Ting ! Ting ! Ting !

Terhitung sebanyak sepuluh kali , handphone Madina berbunyi saat pelajaran dimulai. Untung saja dosennya, tak sadar mengenai hal itu.

Bunda Untuk Syafa Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang