22. SAYANG ?

1.1K 90 3
                                    

"Harus merelakan rasa canggungku, agar suasana terlihat lebih hangat."

- Roem Rayyan Rayhan -

***

Madina, akan dipindahkan ke rumah baru milik Rayyan.

Sedari tadi, mereka hanya diam membisu. Saling gugup dan canggung, padahal sudah halal hahahah.

Rayyan menatap Istrinya yang leluasa, setelah mengganti pakaian dengan gamisnya. Kini mereka hanya berdua di dalam kamar sedangkan, Syafa menunggunya di ruang keluarga bersama anggota keluarga yang lain.

Senyum itu muncul dari bibir Rayyan, "Sayang," panggilnya.

Madina yang merasa dipanggil langsung menoleh, " I-iya,Mas?" jawabnya gugup.

Pipi Madina merona seperti tomat, apa dia tak salah dengar panggilan untuk dirinya sudah berubah jadi 'sayang' ?

Rayyan tersenyum, mereka tahu sama-sama gugup dan canggung. Namun, Rayyan mencoba mencairkan suasana.

"Terima kasih sudah bersedia jadi pendamping hidup mas, semoga kita bisa sama-sama sampai di akhirat."

Perlahan-lahan Rayyan menggenggam tangan Madina, meski penuh canggung tapi dia harus menghempas jauh rasa canggung itu.

Perlahan-lahan Rayyan menatap dalam kedua bola mata istrinya yang sangat indah itu dan mendekatkan wajahnya.

"Apa kamu tidak mau, memanggil mas dengan sebutan sayang?" bisiknya pelan.

Madina tak dapat berucap, setelah dia juga menatap dalam kedua bola mata suaminya.
Hembusan napas yang halus keluar dari hidung suaminya, berhasil menyapa lembut pipi Madina.

Madina hanya bisa diam terpaku karena canggung dan kaget. Ya Allah mengapa, jantungnya berdegup kencang? Sampai-sampai bibirnya keluh dan merona pipinya.

Merasakan kecanggungan sang istri dan menyadari bahwa pipinya sudah memanas. Rayyan terkekeh kecil.

"Sangat menggemaskan, apabila kamu canggung."

Madina semakin menundukkan kepalanya malu, tak berani menatap wajah suaminya. Rayyan terkekeh kecil, menyadari akan kecanggungan dari sang istri.

"Sayang ... nggak papa kan, Mas langsung bawa kamu ke rumah baru kita?" tanyanya penuh kelembutan untuk memecahkan atmosfer canggung.

Mendengar pernyataan Rayyan, kini Madina menegakkan kepalanya dan menoleh dengan berani dari sebelumnya menunduk. Rayyan kira, Madina masih canggung.

"I-iya, nggak papa mas . Sekarang kan, Madina sudah jadi istri, jadi harus patuh mengikuti langkah suami, kan?" ucapnya tersenyum dan sedikit gugup.

"Makasih, ya ..." lanjut Rayyan melepaskan genggamannya dan mengelus lembut pipi Madina.

Sebelum meluncur ke rumah baru, mereka berpamitan dan minta ijin kepada orang tua mereka agar bisa menghuni rumah baru.

Rayyan dan Madina langsung menuruni tangga kamar, di mana keluarga besar mereka sedang berkumpul. Rayyan dan Madina pertama, tertuju kepada sang putri yaitu Syafa yang telah di gantikan gamis oleh Lia.

"Assalamu'alaikum, anak ayah dan bunda ..." salam Madina yang langsung dibalas pelukan oleh Syafa.

"Wa'alaikumussaalam!" jawabnya dengan semangat.

"Bunda cantiknya dari tadi tambah terus, pasti ayah tambah cinta sama bunda!" celetuk Syafa polos yang berhasil membuat Rayyan dan Madina tersenyum.

"Pintar banget ih, keponakannya aunty..." ucap Kia dengan mencuil pipi gemoy milik Syafa.

Bunda Untuk Syafa Où les histoires vivent. Découvrez maintenant