4 ALINGGA

16.4K 1.4K 103
                                    

Laki-laki itu cengengesan melihat-lihat hasil foto Lyana yang ia tangkap diam-diam di ulang tahun Ruby tadi, banyak ekspresi kesal yang terlihat menggemaskan, membuat Alingga tidak sabar untuk segera mengedit dan menggabungkan foto itu dengan fotonya.

"Nih anak cantik banget, cocok sama gue yang ganteng," ujarnya percaya diri.

"Nanti kalau nikah, adonan anaknya pasti jadi kualitas super. Anjaay!" Lanjut Alingga senyum-senyum sendiri.

Sejenak laki-laki itu terdiam ketika sampai di depan rumahnya, ada satu mobil terparkir disana, mobil dengan plat nomor yang terlihat tidak asing. Sudah lama Alingga tidak bertatap langsung dengan pemilik mobil itu, rasanya seperti dejavu, ia seolah sudah bisa menebak sebentar lagi akan ada pertengkaran antara dia dan Papanya.

Alingga tidak tahu apa yang pria itu lakukan di rumah, dia tidak pernah pulang kalau bukan saat Alingga pergi ke sekolah.

Dengan berat hati, Alingga akhirnya melangkah ke teras rumahnya. Melepaskan Jennie kucing kesayangannya lalu membuka pintu rumah.

Tidak ada yang aneh disana, semua masih sama seperti saat sebelum Alingga pergi ke rumah Lyana, rumah itu masih sepi dan lenggang. Mungkin Papa pergi ke kamarnya, mengambil sesuatu yang ia perlu lalu sebentar lagi akan pergi meninggalkan Alingga seperti biasanya.

Tapi kemudian Alingga tahu, kedatangan Papanya bukanlah hal baik. Laki-laki dengan kaos putih itu terdiam ketika melihat satu pemandangan yang langsung mampu melukai hatinya yang belum sepenuhnya sembuh, goresan luka yang masih tersisa kini seperti di robek dengan kejam.

Jantung Alingga seperti merosot jatuh, udara di sekitarnya seolah hilang dan ia merasakan sesak. Mata laki-laki itu nanar memandangi Papa yang sedang menenggelamkan kepalanya di antara dada perempuan yang Alingga yakin dia seusia dengannya.

Lalu sedetik kemudian perempuan itu sadar Alingga memperhatikan mereka, ia buru-buru mendorong Papa dan mengambil bajunya yang tergeletak di sofa dengan panik.

"Hai, sorry. Gue ganggu ya?" Tanya Alingga ketika matanya bertemu dengan mata Papa. "Lanjut aja. Santai kayak di pantai, selow kayak di pulau. Ini kan rumah lo bro, lo berhak ngelakuin apapun."

Alingga cengengesan tapi matanya makin memerah. "Gue mah apa ya, cuma beban lo doang. Lanjut bro, mau gue ambilin kasur sekalian?"

Wajah Papa terlihat berubah, ia berdiri dan akan mendekati Alingga. Tapi laki-laki itu dengan cepat menggerakkan tangannya seolah menyuruh Papa untuk diam di tempat. "Ini udah kesekian kalinya hati gue di hancurin lagi, ini udah kesekian kalinya gue lihat orang tua gue gila-eh bentar? Gue masih boleh nggak sih anggap lo orang tua?"

Alingga mengusap wajahnya dan tertawa makin keras. "Udahlah bro, gue balik ke kamar dulu. Lo lanjut kesenangan lo barusan."

"Oh iya! Kalau butuh obat kuat bisa lo cari di lemari kamar tamu. Kayaknya masih ada sisa obat kuat punya selingkuhan mantan istri lo," ujar Alingga, air matanya jatuh dan ia tertawa keras.

"Anjir! Gila banget orang-orang ini."

Alingga menggeleng, ia tidak ingin terlihat cengeng. Maka dari itu akhirnya Alingga memilih buru-buru pergi, menaiki tangga dengan cepat dan kemudian terdengar pintu di tutup dengan kuat.

 Maka dari itu akhirnya Alingga memilih buru-buru pergi, menaiki tangga dengan cepat dan kemudian terdengar pintu di tutup dengan kuat

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
ALINGGA (Completed)Where stories live. Discover now