6 ALINGGA

15.7K 1.4K 94
                                    

"Dari lama."

Lyana terdiam, mata bulatnya menatap wajah Abun selama beberapa saat.

Sampai sedetik kemudian terdengar kekehan, dan gadis itu memukul lengan Abun dengan kuat di susul oleh tawanya yang menggema. "Hahahahahaha! Lucu lo, yakali suka sama gue yang oon ini. Bercanda lo terlalu garing tau nggak? Lawak lain aja lah," ujar Lyana masih tertawa.

Abun mengangguk dan tersenyum. "Iya, sorry."

"Udah ah, gue mau pulang nanti orang rumah marah lagi kalau sampai gue kemalaman," gadis itu lalu kembali melangkah dengan ringan, Abun mengikutinya dari belakang, memperhatikan gerakan Lyana yang terlihat santai menanggapi ucapannya beberapa menit lalu.

Abun pikir Lyana akan bertanya maksud dari ucapannya, lalu Abun akan menjelaskan sejelas-jelasnya bahwa sebenarnya Alingga menyukai gadis itu sejak lama, Abun akan bilang kalau coklat yang dia berikan selama ini semua dari Alingga bukan darinya, dan Abun akan bilang pada Alingga bahwa dia mulai bosan menjadi post gaib di antara mereka berdua.

Tapi ternyata perkiraan Abun salah, Lyana tidak menanggapi apa-apa tentang ucapannya.

"Udah sampai!" Pekik Lyana mengangetkan.

Abun menoleh lalu baru sadar bahwa mereka sudah berdiri tepat di depan gerbang komplek rumah Lyana.

Laki-laki itu mengangguk. "Yaudah, gue pulang ya," kata Abun kemudian berbalik dan pulang ke rumahnya. Rumah yang sebenarnya tidak terlalu jauh dengan rumah Lyana dan Alingga, hanya beda komplek saja.

"Makasih!" Teriak Lyana, Abun hanya mengangkat ibu jarinya ke udara tanpa harus susah-susah menoleh, dan akhirnya ia makin jauh dari pandangan gadis itu.

Lalu setelah memastikan Abun sudah tidak terlihat, Lyana berjalan masuk ke jalanan kompleknya yang sudah mulai sepi, ia melangkah dengan santai seolah-olah sekarang masih siang dan ia tidak akan takut di marahi kalau pulang terlambat.

Semenit Lyana berjalan, tapi kakinya langsung membeku begitu melihat satu pemandangan buruk di depan pagar rumah Alingga.

Laki-laki itu di tonjok beberapa kali oleh Papanya, sampai hidung Alingga mengeluarkan darah cukup banyak. Lyana masih membeku, dia tidak tahu harus melakukan apa.

"AYO PUKUL LAGI? LO PIKIR GUE BAKALAN SUJUD TAKUT SAMA LO? NGGAK! NGGAK SAMA SEKALI!" Alingga berteriak, suaranya malam itu terdengar menggema dan marah, matanya juga terlihat merah dan berair.

"MIKIR! LO JARANG PULANG, SEKALINYA PULANG LO BAWA PELACUR! LO PIKIR MENTAL GUE KUAT BRO? JANGAN MENTANG-MENTANG GUE ANAK COWOK LO PIKIR GUE BAIK-BAIK AJA?"

"GILA LO YA? LO SAMA AJA SAMA MANTAN ISTRI LO ITU! SAMA-SAMA NGGAK PUNYA OTAK!"

Bugh!

Satu lagi bogeman mentah itu mendarat di wajah Alingga, suaranya terdengar begitu kuat. Lyana tidak tahu sesakit apa pukulan itu di pipi Alingga.

Laki-laki banyak tingkah itu sekarang terlihat begitu menyedihkan, napasnya memburu dan perlahan air matanya jatuh kemudian mengalir di pipinya. Alingga menangis.

"Saya masih orang tua kamu, jaga sopan santun kamu sama saya!" Ujar Rey dengan geram.

Alingga mendongak dan terkekeh pelan, air matanya masih mengalir tapi mulutnya di paksa tertawa. "Orang tua? Yakin?" Tanya Alingga pelan.

"Lo bahkan nggak tau hari ini hari apa? Katanya lo orang tua gue, tau nggak sekarang hari apa?" Tanya Alingga dengan suara gemetar.

"TAU NGGAK LO?" Lanjutnya menyentak.

Papa Alingga makin marah, ia menarik leher laki-laki itu lalu menekannya dengan kuat hingga Alingga kesulitan bernapas.

"Jangan pakai uang saya lagi untuk kehidupan kamu, sebelum kamu minta maaf atas kelakuan kamu ini," ujar Rey. Kemudian ia melepas cekikannya di leher Alingga dan pergi menuju mobilnya.

ALINGGA (Completed)Where stories live. Discover now