15 ALINGGA

12.6K 1.1K 85
                                    

Alingga baru saja sampai di rumahnya dan memarkirkan motor, ia cengengesan mengelus dua rambutnya yang di kuncir oleh Lyana. Alingga pikir dia tidak perlu keramas selama beberapa hari, supaya aroma tangan Lyana di rambutnya tidak hilang dan Alingga bisa menciumnya setiap hari.

"Anjir! Senang banget gue hari ini," teriak Alingga di depan rumahnya.

Jennie tiba-tiba datang, Alingga langsung mengambil dan menggendongnya. "Ya ampun anak daddy kok makin tampan aja, mirip sama daddy," kata Alingga pada kucingnya.

"Kamu tau Jen? Daddy semalam tidur sama mommy kamu, tidur satu selimut lagi. Gila romantis, kan?"

"Mommy juga bilang dia udah mau nikah sama daddy, jadi daddy tadi pagi langsung bilang ke kakek dan kamu tau?" Alingga mengangkat kucing itu tinggi-tinggi, ia mencium kucingnya dengan gemas.

"Kakek bilang bulan depan langsung akad Jen! AKAD! yang tangan daddy ketemu tangan mertua Jen, akad Jen!" Alingga melotot, dia benar-benar semangat hari ini, seolah demam tingginya tadi malam hilang begitu saja.

"Kamu akan segera mendapat kasih sayang penuh dari kedua orang tua kamu, kamu nggak akan broken home lagi Jen. Daddy yakin mommy pasti menyayangi kamu seperti daddy menyayangi mommy, hm."

Sekali lagi Alingga mencium kucing jantan itu, menyalurkan kebahagiaannya yang tidak bisa di sembunyikan.

"Nanti kalau daddy sama mommy bikin adek buat kamu, daddy janji! Cuma kamu yang boleh live nonton, kamu boleh nonton daddy dan mommy sambil nyemil wiskas. Kalau perlu sampai mabok deh kamu, hahahaha."

Alingga tertawa lepas, dia menurunkan Jennie dan membiarkannya berkeliaran di teras.

Kalau di ibaratkan anggota tubuh, Jennie ini seperti telinga untuk Alingga, dia selalu mendengarkan apapun yang Alingga ceritakan, bahkan sekedar dia susah buang air besar, Alingga akan tetap bercerita pada kucingnya. Jennie tidak pernah memberontak, dia selalu diam ketika Alingga mulai bersuara, seolah tahu kalau hanya dia yang bisa Alingga percayai untuk di ceritakan apapun.

Alingga menyayangi Jennie, seperti dia menyayangi kakek, bi Meli, empat manusia bodoh di sekolahnya dan terakhir tentu saja Lyana.

Alingga menyayangi mereka, lebih dari dirinya sendiri.

Ketika Alingga membuka pintu rumahnya, hal pertama yang dia temui adalah kesunyian, suara ac bahkan lebih menguasai dari pada suara manusia. Alingga tersenyum, dia senang karena rumahnya sepi, artinya Mama dan Papa telah pergi. Alingga tidak perlu membuang tenaga untuk melihat mereka.

"Bi Meli!"

"Bi, Lingga pulang!"

"Bi Meli, Lingga gantengnya udah mendarat mulus di rumah nih, Lingga mau indomilk strawberry!"

Kening Alingga mengernyit saat tidak mendapati sahutan dari bi Meli, cowok itu semakin masuk ke dalam rumahnya dan berjalan menuju dapur. Mungkin saja bi Meli belum selesai dengan pekerjaannya.

"Bi Meli!"

"Bibi cantik! Lingga mau indomilk!"

Dan bi Meli tidak ada di dapur, mungkin perempuan paruh baya itu sedang pergi ke pasar dan belum pulang.

Alingga mengangguk yakin, bi Meli pasti masih berbelanja.

Cowok itu akhirnya mengambil sendiri susu di dalam kulkas, menarik sebuah kursi untuk di duduki kemudian meminum susunya dengan tenang.

"Kalau kata Gean, hari ini susu kotak dulu, besok-besok baru yang bulat," gumam Alingga, dia tertawa dengan ucapannya sendiri.

Tuh kan! Alingga malah jadi ingat Lyana, dia jadi gregetan ingin menjahili cewek itu. "Besok gue bawa kodok deh, buat taruh di tas mommy."

ALINGGA (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang