32 ALINGGA

11.3K 1K 110
                                    

Hampir seharian Alingga menempeli Lyana seperti bakteri, bahkan laki-laki itu menungguinya di depan kamar mandi, lalu menyambutnya ketika keluar dengan senyuman lebar.

Lyana tahu maksud laki-laki itu terus mengikutinya, sejak dia bilang ingin mandi wajib, tiba-tiba saja Alingga berubah begitu baik padanya dan tentu saja perkiraan Lyana tidak akan salah. Ini tentang malam pertama yang tertunda!

Pasti Alingga sudah berpikir kotor dan macam-macam, dia kan laki-laki mesum dan cabul, tentu saja pasti pikirannya hanya itu.

Lagi pula Lyana sudah bilang dari awal bahwa dia menyukai Abun. Dia hanya ingin menikah dan memiliki anak yang lucu bersama Abun bukan Alingga.

Pokoknya Lyana hanya ingin dengan Abun, apapun itu, termasuk suatu saat jika memiliki anak. Dia ingin melakukannya bersama Abun, bahkan jika Alingga memaksa Lyana akan tetap menolak. Laki-laki itu tidak pernah ada dalam daftar rencana hidupnya, dia tidak boleh main merusak rencananya begitu saja.

Dia dan Alingga juga sudah membuat kesepakatan tentang berpisah setelah lulus, harusnya Alingga paham bahwa itu sudah menjadi tanda besar kalau Lyana tidak mau menjadi istrinya terlalu lama.

Motor milik Alingga berhenti di depan pagar rumahnya, Lyana dari kemarin ingin pulang mengambil beberapa barang dan laki-laki itu memaksa untuk mengantarnya.

"Pulang sana!" Ujar gadis itu dengan galak.

"Lah? Gue nggak masuk juga? Kan gue mantu masa gak boleh main, gue mau ketemu Ruby sama Orion," jawabnya dengan cengiran.

"Ih!" Lyana menyatukan alisnya sambil berkacak pinggang. "Lo bisa nggak sih gak seenaknya sama gue?"

Laki-laki dengan jaket maroon itu mengernyit, menumpukan tangannya ke setir motor dan menatap Lyana. "Seenaknya sama lo gimana nih? Perasaan gue nggak pernah enak-enak sama lo," balas Alingga dengan jahil.

"LINGGAAAA!!!"

"Apasih beb?"

"Lo paham nggak sih maksud gue, ketika gue bilang mau kita pisah setelah lulus?" Tanya Lyana dengan wajah menahan emosi.

Alingga berkedip beberapa kali, senyumnya masih terpatri sempurna. "Paham kok, tapi kan lo bilang kalau gue bisa bikin lo jatuh cinta. Kita gak akan pisah, iya kan?" Balasnya dengan alis nanik turun.

Lyana menggeleng tegas. "Lo nggak paham ternyata!"

"Hm?"

"Gue suka banget sama Abun, gue cinta sama dia. Lo nikahin gue ketika gue udah pendekatan sama dia, lo tuh ngerusak hubungan gue sama Abun!" Lyana menarik napas sejenak, wajahnya terlihat lelah. "Abun hampir aja ngejauh lagi dari gue waktu lo bilang kita udah jadian, untung gue bisa jelasin semuanya ke dia dan dia ngerti."

Alingga menegakkan duduknya di atas motor, mata laki-laki itu menatap Lyana dengan tajam.

"Lo bisa nggak berhenti bersikap seenaknya kayak gini? Gue risih tau sama lo."

"Tapi kan lo udah janji Lyana, kita akan bersikap semestinya sebagai suami istri. Salah gue dibagian mana?" Tanya Alingga dengan pelan.

Lyana mendengus, melihat kearah rumahnya lalu kembali menatap Alingga. "Sebagai suami istri kan? Gue udah nepatin janji gue, gue udah tidur satu rumah dan satu kamar sama lo, gue rela lo di cium setiap saat, gue bangunin lo untuk sekolah, gue urus lo ketika lo sakit, gue selalu mau lo ajak kemanapun. Itu masih kurang?"

Alingga terdiam.

"Ga, ngertiin gue dong! Gue suka sama Abun, gue maunya sama dia bukan sama lo," gadis itu menarik napas sesaat. "Kita gak akan pisah kalau gue jatuh cinta sama lo, tapi nyatanya gue sama sekali gak suka sama lo!"

ALINGGA (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang