20 ALINGGA

13.1K 970 35
                                    

Alingga membuka garasi mobil kakeknya yang terlihat sudah lama tidak tersentuh, karena kakek sakit dan Alingga yang lebih suka mengendarai motor dari pada mobil, membuat kendaraan itu terabaikan beberapa lama.

Sudah makin malam, lalu tiba-tiba saja langit turun gerimis. Alingga tidak mungkin mengantar Lyana pulang menggunakan motor.

Laki-laki itu memasukkan kedua tangannya ke dalam saku, membersihkan debu yang melekat di kaca mobilnya. Ia menoleh kebelakang, melihat Lyana yang sedang memakai jaket miliknya yang tampak kebesaran untuk gadis itu.

Lalu, Alingga kembali menatap mobilnya, dia menghela napas panjang. Mobil itu hadiah ulang terakhir dari kakek, laki-laki itu belum pernah memakainya sama sekali.

Benarkah dia harus mengeluarkan mobil itu hanya untuk mengantar Lyana?

Dan jawabannya iya, karena dia tidak punya pilihan lain lagi.

Laki-laki itu berjongkok, menatap sayang mobil hitamnya. Dengan tarikan napas kasar, Alingga berbisik pelan. "Lo antar dia pakai mobil ini bukan karena perasaan lo, tapi karena kemanusiaan."

Kemudian Alingga membuka penuh penutup mobil itu, membuat sebuah pekikan terdengar nyaring di belakangnya.

"Astaga! Lo antar gue pulang pakai mobil cuma karena gerimis?! Ah pasti lo nggak mau rambut badai gue kena air, tumben lo manusiawi Lingga!"

"Bacot lo, nyet!"

***


Setelah memberitahu Orion kalau ia akan telat membawa Lyana pulang, Alingga kembali mengantongi handphonenya dan keluar dari toko roti. Laki-laki itu membuka pintu mobil lalu melempari dengan kesal sekotak donat yang tadi gadis itu minta.

"Makan tuh donat!" Ketusnya.

Lyana menghela napas. "Katanya tadi ogah beliin gue donat."

Tanpa menghiraukan perkataan Lyana, Alingga memutari mobilnya dan masuk ke dalam. "Tadi lo bilang lapar, gimana sih," kata laki-laki itu mendumel.

Lyana terdiam, lalu menaikkan kedua alisnya sambil menatap Alingga dengan curiga.

"Kok lo perduli?" Tanya gadis itu, berusaha kalem meski bibirnya berkedut untuk menampilkan senyum. Jarang-jarang Alingga perduli padanya, membuat gadis itu cukup senang dengan perubahan itu.

"Kalau lo meninggoy, nanti gue di sangka nggak menjaga hewan yang di lindungi. Orang utan di lindungi, kan?"

Dan wajah Lyana langsung berubah masam, ia memutar bola matanya malas. "Tai lo!" Desisnya, lalu membuka kotak donat itu dengan hentakan kuat, seakan ingin memberitahu bahwa dia tengah kesal.

"Nggak usah sok merajuk, muka lo makin mirip monyetĺ," kata Alingga dengan tenang, ia menyandarkan kepalanya ke kursi mobil menunggu gadis itu selesai dengan makanannya.

"Bodo, mau mirip monyet atau dinosaurus sekalian. Itu bukan urusan lo."

"Emang bukan urusan gue."

"Yaudah, diam!"

"Yaudah!"

"Ish! Nyebelin lo Lingga."

Refleks Alingga tersenyum tanpa bisa dia tahan selama beberapa detik, sampai akhirnya ia bisa mengendalikan ekspresi wajahnya dan berdehem pelan. "Buruan, nggak usah di lama-lamain makannya."

Lo terlalu menggemaskan, nanti gue khilaf..

Dan Alingga tidak berani mengatakan hal itu langsung, ia hanya ingin Lyana kesal hingga terus menyahuti ucapannya. Ia ingin mengobrol dengan Lyana supaya perasaannya sedikit membaik.

ALINGGA (Completed)Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora