38 ALINGGA

10.1K 1K 139
                                    

Perempuan dengan seragam olah raga berwarna biru tua bergaris putih itu berjalan di koridor dengan lesu. Tidak ada yang menarik hari ini selain menunggu jam pulang sekolah. Lyana berharap, semoga saja ada rapat dadakan agar murid bisa cepat pulang.

Sudah seminggu Alingga sakit setelah kejadian laki-laki itu bersembunyi di dalam lemari, Alingga masih belum masuk sekolah, itu sebabnya Lyana juga tidak begitu semangat. Ia ingin cepat pulang dan memastikan apakah Alingga sudah makan dan minum obat.

Begitu sampai di depan pintu kelas, Lyana menghela napas panjang. Kelas terlihat begitu riuh tapi tidak ada Alingga seperti biasanya. Ah, perempuan itu ingin cepat pulang!

Lyana berjalan kearah mejanya, mengambil seragam putih abu-abu di dalam tasnya dan berniat pergi ke kamar mandi sebelum langkahnya di tahan oleh Abun yang tiba-tiba berdiri di belakangnya.

"Ih kaget!" Seru Lyana dengan histeris, membuat Abun tersenyum tipis.

"Pulang sekolah ada acara nggak?" Abun bertanya dengan tenang.

"Nggak ada sih," Lyana bergerak melewati tubuh laki-laki itu, ia berjalan keluar dan Abun mengikutinya. "Tapi Lingga masih sakit, gue harus cepat pulang."

"Emang harus banget lo yang rawat dia?"

Lyana mengangguk pelan. "Iya nggak harus gue sih, tapi kan dia itu manja banget kalau sakit. Gue kasihan aja sama bi Meli kalau dia yang terus-terusan rawat Lingga."

"Di tinggal beberapa jam juga nggak akan kenapa-napa si Lingga," balas Abun dengan cuek.

"Ya nggak bisa gitulah, kan gue istrinya. Pokoknya gue harus cepat pulang deh."

Lalu Abun tersenyum lebar, berjalan cepat menyalip Lyana dan menghalangi langkah perempuan itu.

"Kalau pacar sendiri yang ajak jalan, lo masih mau cepat pulang?" Kata Abun sambil mengangkat kedua alisnya.

Lyana melotot. "Maksudnya?" Tanya perempuan itu terkejut.

"Gimana kalau kita pacaran aja?" Balas Abun setengah berbisik.

"Lagian kata lo kalian akan pisah setelah lulus, berarti nggak ada salahnya kan kalau kita pacaran? Ujian tiga bulan lagi, kalian akan pisah."

Lyana berkedip beberapa kali, menyelipkan helaian rambutnya dan menatap sekitar koridor. "Ih lo bercanda ya?" Tanyanya dengan suara pelan, wajahnya terlihat benar-benar terkejut.

Abun menembaknya? Astaga!

Laki-laki itu mengangguk. "Nggak, gue serius, gimana?"

***

Laki-laki itu duduk di tepi jendela sambil menatap ponsel di tangannya, berkali-kali ia menarik napas dan membuangnya dengan kasar. Ini sudah jam pulang sekolah, Alingga ingin menghubungi Lyana, ingin bertanya kapan perempuan itu pulang.

Dia terlalu bosan di rumah sendirian tanpa melakukan apapun, bi Meli tidak asik kalau di ajak bermain monopoly, perempuan paruh baya itu sudah mulai menjadi pelupa, bahkan dia tidak ingat sudah memiliki hutang sebanyak apa pada Alingga.

Tapi jujur, bukan karena bi Meli sepenuhnya tidak asik Alingga jadi teramat bosan. Namun karena dia merindukan Lyana dan ingin perempuan itu cepat pulang supaya Alingga bisa bersikap manja lagi.

Sebenarnya, laki-laki itu beberapa kali mencoba ingin mengatakan tentang perasaannya. Namun, seperti tertahan dan ujung-ujungnya dia hanya mengatakan kalau Lyana sangat cantik.

Kalau di lihat-lihat Lyana juga sepertinya mulai geram, dia beberapa kali menanyakan apakah Alingga itu sebenarnya menyukainya atau tidak. Dan ya, Alingga akan tetap kekeuh mengelak karena takut membebani perasaan Lyana.

ALINGGA (Completed)Where stories live. Discover now