41 ALINGGA

9.9K 945 82
                                    

Lemari itu ia acak-acak hingga beberapa barang terlempar keluar, Lyana mengernyit bingung sekaligus panik. Seingatnya semua coklat itu ia taruh dalam sebuah kotak dan di letakkan di dalam lemari, tapi entah kenapa sekarang tidak ada, bahkan bekasnya pun bersih.

"Mama!" Panggilnya dengan kuat, ia berjalan keluar menghampiri Mamanya yang sedang berbincang di ruang tamu dengan Abun.

Mamanya menoleh dan menanggapinya dengan santai. "Apa Na, nggak usah teriak."

"Semua coklat di lemari aku hilang! Mama tau siapa yang ambil?"

"Coklat yang di dalam kotak itu?"

"Iya ma! Kemana sekarang?"

"Mama kasih ke Ruby kemarin, kayaknya sih adik kamu bagi-bagiin ke teman kelasnya. Habis mama lihat tanggal expirednya udah dekat, dari pada di buang mending kasih ke orang."

"Semua?"

"Iya."

"Ah mama! Kok nggak bilang aku dulu!" Lyana berdecak dengan tatapan kecewa, padahal Lyana belum memastikan apakah coklat itu benar-benar dari Abun atau memang dari Alingga.

"Mama nggak tau kalau kamu perlu, mama kira kamu nggak suka coklat makanya cuma di simpan."

"Terus gimana ma?! Aku butuh coklatnya sekarang."

"Gue bisa kasih coklat itu lagi, Na.." ujar Abun.

Lyana menoleh lalu menggeleng pelan. "Bukan soal coklatnya, tapi gue butuh note yang nempel di coklat itu. Ah mama sih, kenapa di kasih ke Ruby semua!"

Abun terdiam.

"Kamu cuma butuh kertasnya itu sampai mau nangis gini?" Tanya mama sambil terkekeh.

"Iya! Aku butuh kertasnya, masih ada nggak?"

"Kalau kertasnya sih ada, bentar mama ambil dulu." Perempuan paruh baya itu berdiri, ia pergi selama dua menit lalu kembali datang membawa setumpukan kertas di tangannya dan ia serahkan pada Lyana. "Nih ambil, nggak usah marah cuma kartas doang."

Tidak berkata apapun, Lyana langsung menerima kertas itu. Ia berjalan kearah Abun, mengambil tasnya di dekat laki-laki itu lalu mengeluarkan sebuah buku.

Abun dan Mama memperhatikannya dengan bingung, sampai kemudian Lyana mencocokkan semua tulisan itu dengan sisa robekan kertas di buku dan Abun langsung mengerti kenapa Lyana begitu ngotot ingin di antar pulang.

Hening, Lyana menatap buku itu selama beberapa detik. Melihat dengan jelas semua kemiripan tulisannya, ia menghela napas pelan lalu terkekeh.

"Kenapa sih kamu, Na?" Tanya mama dengan heran.

Lyana menggeleng pelan, menutup buku itu dan ia masukkan lagi ke dalam tasnya. Mata perempuan itu lalu beralih menatap Abun, laki-laki itu sedari tadi memperhatikannya.

"Semua coklatnya memang dari Lingga, cuma beberapa kali yang benar-benar dari gue. Maaf gue bohong sama lo," dan Abun menjelaskan tanpa Lyana minta, seolah sudah paham apa yang perempuan itu pikirkan.

"Terus kenapa lo nembak gue?" Tanya Lyana dengan senyum tipis, cukup merasa di permainkan dengan masalah coklat ini.

"Karena gue suka sama lo," Abun menarik napasnya panjang-panjang. "Gue minta maaf karena cara gue curang, gue sayang sama lo, tapi gue sadar apapun alasannya gue tetap salah karena lo udah menikah sama Lingga."

"Soal lo bilang mau tadi, kayaknya anggap aja nggak pernah terjadi. Lo lebih baik sama Lingga."

Lyana mengigit bibir bawahnya, melirik mamanya yang terlihat bingung. Lalu kembali melihat Abun. "Jadi benar Lingga suka sama gue?" Tanyanya bergetar.

ALINGGA (Completed)Where stories live. Discover now