28 ALINGGA

11.1K 1K 68
                                    

Tidak semua di dunia ini harus berbagi kisah tentang dirinya sendiri, ada beberapa yang memilih bungkam kemudian tenang. Dan manusia tidak bisa memaksa hanya karena penasaran. Maka itu, Lyana memilih diam sejak Alingga menukar mobilnya dengan motor yang biasa laki-laki itu pakai.

Kendaraan roda dua itu sudah bergerak semenjak 30 menit yang lalu, menikmati kota dengan lampu remang di tiap pinggir jalan, walau sedikit gerimis tampaknya itu tidak merusak pemandangan.

Sudah sore menjelang malam, Lyana tidak tahu Alingga akan membawanya kemana. Entah untuk keberapa kali, ia melirik laki-laki itu melalui spion dan ketika mata mereka tidak sengaja bertemu, Alingga akan melipat bibir atasnya ke dalam hingga giginya terlihat tonggos. Lalu Lyana akan mendengus kesal karenanya dan laki-laki itu tertawa pelan.

Dagu gadis itu bertumpu di pundak Alingga, kedua tangannya di masukkan ke dalam jaket laki-laki itu dan pandangannya sesekali melihat ke pinggir jalan.

"Gue mau ganti oli bentar, habis itu gue mau ajak lo ke rooftop rumah sakit. Nggak papa kan?" Tanya Alingga akhirnya memecahkan keheningan.

Gadis itu melihat kearah spion, lalu mengangguk. "Lo kangen kakek lo, ya?"

"Hm."

Hening sejenak, hanya terdengar suara kendaraan lain yang menyalip.

"Ada yang mau gue ceritain sama lo, boleh?" Alingga bertanya dengan nada hati-hati, terlalu takut untuk mengucapkan kalimat barusan, namun ia tidak bisa membiarkan Lyana terus-menerus menatapnya dengan mata penasaran.

"Cerita apa?"

"Nanti."

"Iya, boleh."

Alingga mengangguk, mereka kemudian sama-sama kembali diam. Laki-laki itu memelankan laju motornya dan berhenti di depan sebuah bengkel. Lyana langsung turun, melepas helmnya dan ia letakkan di sebuah tempat duduk.

"Ngapain lo, Ga? Tumben datang hari ini," seorang laki-laki dengan kaos biru yang terlihat kotor menghampiri mereka, ia melempar sebuah tang pada Alingga hingga membuat laki-laki itu gelagapan menangkapnya.

"Anjir lo, Pal!" Desisnya.

"Mau apa lo kesini? Udah mau malam njing!"

"Ganti oli bentar," balas Alingga acuh. Ia menarik tangan Lyana ketika Naufal bergerak mendekati gadis itu, matanya menatap Naufal dengan tajam. "Mata lo jaga, gue congkel mampus lo!"

"Sensi banget si bapak," Naufal tertawa geli, melirik Lyana sebentar dan melihat kearah Alingga lagi. "Cewek lo nih?"

"Hm," Alingga mengangguk malas.

"Widiih cantik juga pilihan lo."

"Bacot!"

"Tapi yang kemarin tuh yang siapa namanya? Cia Cia itu kayaknya lebih imut dan unyu-unyu. Lo ghosting dia ya? Parah njing, dia buat gue ngapa Ga! Sedekah cewek nanti bikin rejeki lo lancar," Ujar Naufal dengan cengiran lebar.

Alingga mendengus lalu menendang kaki Naufal cukup kuat hingga mampu membuat laki-laki itu meringis. "Sakit tolol!"

"Pergi lo Pal, elah merusak hari indah gue aja!"

"Iya-iya, gue pergi nih!"

Naufal berjalan menjauh, walau ia sesekali masih menoleh kearah Lyana dan tersenyum hingga membuat mata Alingga ssperti akan keluar karena memelototinya.

Alingga menghela napas, ia menarik sebuah kursi, membersihkannya dengan tangan lalu menyuruh Lyana duduk. "Duduk, biar gak capek," pintanya.

Lyana menurutinya, duduk di kursi itu sambil memperhatikan Alingga yang menstandar motornya dan mulai mengotak-atik. "Lo ganti oli sendiri?" Tanya gadis itu keheranan.

ALINGGA (Completed)Where stories live. Discover now