1. Prolog

3K 162 335
                                    

Budayakan FOLLOW sebelum membaca.
(Atau kalian gak akan dapat pemberitahuan update untuk NEXT CHAPTER).

Hello, Angels!
I'm back bringing this new story that's quite mainstream, but I guarantee I'll deliver it in an awesome and fun way.

💖 Enjoy! 💖

🏌🏻

Dini hari

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Dini hari. Rintik-rintik hujan membasahi jalanan yang lenggang.

Kota itu tidur. Tidak ada orang ataupun mobil yang melewati jalanan. Beberapa lampu jalan mati dan sebagian lagi yang masih menyala pun sudah nyaris redup. Satu-satunya tanda kehidupan hanya berasal dari apotek di seberang jalan yang tampak cukup terang.

Anak kecil itu meringkuk di dalam mobil. Semakin detik bertambah, semakin dia merasa selimut tak mampu menghangatkannya dari dingin yang menyerang hingga ke tulang dan membuat tubuhnya menggigil.

Dia butuh obat. Secepatnya.

Anak kecil itu nyaris merengek. Rintihan lemah bahkan sudah terlontar dari bibir mungilnya. Dia mengintip ke luar jendela, lalu memejamkan mata.

Entah apa ini. Perasaannya tidak enak. Bukan saja karena dia sakit. Malahan mungkin perasaannya itu yang menyebabkan dia sakit. Anak itu ingin bertanya apa yang sebenarnya terjadi, tapi pada siapa?

Anak kecil itu membuka mata lagi dan memandang ke arah apotek. Ya, jawabannya ada di sana. Pria yang baru saja keluar dari apotek itu mengundang secercah senyum lemah di bibir anak kecil itu.

Baru saja anak kecil itu merasa lega, seorang apoteker menyusul keluar dari apotek sambil berteriak, bermaksud untuk menahan langkah si pria. Saat itulah anak kecil itu tahu jawaban untuk pertanyaannya bukan berasal dari si pria, melainkan dari si apoteker.

Ketika apoteker itu berteriak, "PENCURI! JANGAN KABUR!", itulah jawabannya.

​Pria itu berlari tanpa menoleh sekali pun kepada apoteker seolah dengan begitu, dia tak akan mengurungkan niatnya. Anak kecil itu memperhatikan dengan sendu langkah tertatih si pria sampai sebuah cahaya silau dari lampu mobil yang tengah melaju menghalangi pandangan anak itu. Anak kecil itu menyipit dan mengerjap-ngerjapkan mata.

Hanya sebentar. Sangat sebentar. Terlalu sebentar untuk anak kecil itu bisa memahami lebih agar bisa mencegahnya.

​Terlambat. Mobil itu sudah berlalu. Meninggalkan si pria yang tergeletak di jalanan bersimbah darah. Obat-obatan yang digenggamnya tanpa mau dilepasnya meski dia tengah diburu, kini telah jatuh berserakan di aspal, di sekitar tubuhnya yang tak lagi bergerak.

​Anak kecil itu terpaku. Tidak cukup lama. Begitu dia berhasil mengumpulkan tenaganya, dia menyingkirkan selimut, membuka pintu mobil, lalu berlari secepat yang dia bisa demi menghambur ke tubuh pria itu. Namun, belum sempat dia menyentuh pria yang terkapar tak berdaya itu, si apoteker sudah lebih dulu menahan tubuhnya dan berusaha menghalanginya untuk menyentuh pria itu.

​Anak kecil itu berusaha meronta, tapi dia tak punya tenaga. Dia terlalu lemah dan kecil. Berikutnya yang dia tahu, beberapa orang mulai berdatangan entah dari mana dan mengerubungi tubuh pria itu.

Saat apoteker menggendong anak kecil itu dan membawanya menjauhi tubuh si pria, saat itulah anak kecil itu menggumam yang tak lama kemudian disusul oleh jeritan histeris.

🏌🏻tbc🏌🏻

Siapa pembaca 'Bad Influence' hadir di sini?

Long Story Shot
Fyi, aku nulis cerita ini sekitar 1 atau 2 tahun sebelum nulis 'Bad Influence', tapi berhenti bahkan sebelum sampai di pertengahan cerita karena aku sempat depresi berat. Dalam proses bangkit dari depresi, aku malah dapat ide untuk nulis 'Bad Influence' yang tanpa sadar ternyata punya sedikit kesamaan dengan 'Billionaire's Caddy' ini.
(Maybe because I wrote BC first before BI, but finished BI first before BC.)
Jadi, jangan heran kalau nanti nemu sedikit kemiripan cerita ini dengan 'Bad Influence', ya.
Just keep in mind that the whole story is still DIFFERENT from 'Bad Influence'.
But, hey...!!!
Kalau kalian suka 'Bad Influence', aku rasa kalian juga pasti suka 'Billionaire's Caddy'.
Give it a chance, will ya?

❌⭕️❌⭕️

Next?
Tekan ⭐️ dulu, dong!
Thank you, Angels. Love yaaa!

Billionaire's CaddyWhere stories live. Discover now