6. Drunk Girl

785 91 570
                                    

Budayakan FOLLOW sebelum membaca.

Bantu koreksi kalau ada typo, k?

🏌🏻

Mary, Sydney, dan Zoey memandang Vigo. Sadar diperhatikan, Vigo cepat-cepat mengendalikan diri dengan meletakkan gelas sambil menyapu sekilas bibirnya dengan tissue.

"Tante dengar Vigo bisa memajukan perusahaan sangat pesat hanya dalam kurun waktu satu tahun. Itu hebat, Vigo," puji Zoey. "Kamu pasti sangat mencintai pekerjaan kamu seperti Sydney mencintai pekerjaannya."

"Terlalu mencintai, saya rasa. Sampai dia sibuk sekali dan bikin saya kesepian. Rasanya udah kayak nggak punya cucu," kata Mary bercanda. "Makanya, saya minta cicit. Udah nggak sabar mau nimang bayi lagi."

"Wah, aku setuju, Tante. Jangan cuma satu. Yang banyak kalau perlu," tambah Zoey.

Sementara Zoey dan Mary tertawa, Vigo memaki dalam hati. Bicara apa, sih, wanita ini?

Vigo sangat tidak nyaman, bahkan jengkel. Dia hanya berusaha menutupinya dengan menunduk sedikit, pura-pura sibuk sendiri. Itu membuat perhatiannya luput dari Sydney yang tengah memandanginya dengan penuh arti, setidaknya sampai Raline menghampiri dan berbisik pada Sydney. Tak lama kemudian, Sydney pamit pada Mary, Vigo, dan Zoey untuk persiapan tampil di panggung.

Ketika Sydney dan Raline tiba di dekat backstage, Raline menyempatkan menggoda Sydney, "Wah, siapa tuh, Bu? Calon, ya? Cocok banget, deh. Udah kebayang aja sama saya ntar anaknya bakal se-good looking apa."

Sydney tersenyum. "Doain aja, Mbak," katanya yang segera diamini Raline.

"Permisi, Bu Raline."

Suara itu membuat Raline dan Sydney kompak menoleh. Seketika itu juga senyuman lenyap dari wajah Raline.

Raline berkata gugup, "Eh, Fezy. Nanti dulu, ya. Saya sedang...."

"Maaf, Bu, kalau saya memotong. Tapi, kalau kita bicara nanti, saya akan kehabisan waktu. Acara fashion show sudah mau selesai, tapi saya masih belum tampil dan saya harus menunggu untuk sekadar minta kejelasan pada Ibu sampai saya nggak berkesempatan tampil?" tanya Fezy.

Sydney tampak terkejut, sementara Raline mendelik. "Ada apa, Mbak?" tanya Sydney khawatir.

"Oh, enggak, bukan masalah besar, Bu," kata Raline cepat-cepat meski terlihat canggung. "Mm, gimana kalau Bu Sydney siap-siap dulu di backstage? Saya mau urus ini sebentar," kata Raline.

Sydney mengangguk ragu dan Raline tak membuang waktu untuk segera menarik Fezy menjauhi Sydney. Ini benar-benar bukan kekacauan yang Raline ingin diketahui Sydney.

"Saya akan tampil atau tidak, Bu?" tanya Fezy saat hanya tinggal mereka berdua sekarang.

"Aduh, Fezy, kamu... kok, bicara begitu," kata Raline gelagapan. "Begini...."

"Bu, saya lebih suka mendengar kenyataan pahit lebih dulu dibandingkan dijanjikan hal-hal manis hanya untuk dijatuhkan nantinya. Saya nggak suka harapan palsu, Bu. Jadi, tolong, jelaskan yang sebenarnya," kata Fezy.

Raline kehilangan kata-kata untuk sesaat sebelum akhirnya dia mendesah panjang. Dia sudah tertangkap basah dan tak bisa berdalih lagi.

Ya, memang awalnya Raline menawarkan pekerjaan ini pada Fezy. Mereka pernah tak sengaja berkenalan di tempat kerja Fezy dan dari situ, Raline tahu bahwa Fezy adalah anak dari teman lamanya. Dari situ juga Raline tahu Fezy ingin menjadi model. Jadi, begitu tahu agency kekurangan satu model, Raline tanpa ragu langsung menghubungi Fezy dan meyakinkan Fezy ini bisa menjadi langkah awal untuk mempromosikan Fezy menjadi model tetap.

Billionaire's CaddyWhere stories live. Discover now