21. Contract

391 62 122
                                    

Cutting me up like a knife and I feel it deep in my bones
Kicking a habit I love even harder
Maybe we just ain't meant to be something
Maybe we are.
Just be careful
Promise me no promises
🎶No Promises🎶
                                       
————————————————————
Ayo VOMENT-nya kalau mau cepat UP next chapter!

🏌🏻

Fezy terhenyak. Apa Vigo sadar sikapnya tempo hari telah menyinggung Fezy? Apa Vigo sepeduli itu sampai berkorban mendatangi kawasan kumuh ini demi menemui Fezy?

Saat menatap Vigo, Fezy jadi ingin tersenyum. Vigo orang terakhir yang diharapkannya bisa peduli pada orang lain.

"Emangnya mau ngapain ke sini?" tanya Fezy dengan suara yang lebih terjaga.

"Mau ngajak sarapan sambil bicara."

Fezy berdecak. "Aduh, jangan sekarang, deh, Mister."

Vigo menoleh pada Fezy. "Gue mau sekarang!" katanya memaksa. "Lo tau, kan, gue nggak punya banyak waktu buat ginian? Bukannya bersyukur gue masih sempatin nemuin lo, malah lo yang sok sibuk!"

Fezy memutar bola mata. Vigo sepertinya tak bisa menurunkan sikap pengaturnya itu sedikit saja.

Malas berdebat sepagian ini karena tak ingin merusak mood-nya seharian, Fezy pun mengalah. "Ya, udah, whatever, deh. Aku siap-siap dulu. Tapi, kamu tunggu agak ke sana, deh! Jangan di sini. Pake mobil kayak gini ke kawasan ini aja udah jadi perhatian, apalagi kamu turun."

Kemudian, Fezy menggerakkan tangannya mengusir Vigo. "Udah, sana, jauh-jauh!"

Vigo mengatupkan gigi. "I said working on your mouth, Miss Fuchsia," geramnya.

"Aku lagi ngusahain, tapi nggak semudah yang kamu pikir." Fezy berbalik. Dia bersungut-sungut, "Try working on your 'control freak' attitude and tell me it's such an easy pie!"

Vigo melotot. "What was that?

Fezy seketika menelan ludah. "Nothing," jawab Fezy, kemudian dia cepat-cepat berlari masuk ke gang kecil menuju rumahnya.

Vigo menahan napas penuh kesabaran. 'That girl is such a pain in the ass!' batin Vigo.

Sekitar setengah jam kemudian, Fezy keluar. Rambutnya masih agak basah. Sebenarnya Fezy sangat tidak suka keluar dengan penampilan seperti ini, tapi selama dia bersiap-siap, Vigo terus-terusan menghubunginya dan memaksanya bergerak cepat karena Vigo tak punya banyak waktu.

Sial sekali, kan? Vigo yang butuh, Vigo juga yang banyak menuntut! Padahal ini salah Vigo sendiri karena tidak memberitahu Fezy lebih dulu jika Vigo ingin bertemu.

Vigo membawa Fezy ke sebuah gallery restaurant. Begitu menginjakkan kaki di rooftop bertema Sky Park, Fezy tak bisa menutupi keterpesonaannya pada suasana di tempat ini.

Rooftop ini seperti taman bunga yang memiliki pohon-pohon dengan ranting-rantingnya dihiasi curtain lights. Lampion-lampion berwarna-warni juga tergantung di pohon-pohon. Tempat ini pasti akan terlihat sangat indah di malam hari saat lampu-lampunya menyala. Beberapa bagian yang ditanami rumput tampak dihiasi oleh tanaman cantik. Patung-patung air mancur berdiri di beberapa area.

Namun, pemandangan di depan rooftop itulah yang membuat Fezy speechless. Ketika Fezy berjalan dan merentangkan kedua tangan di pagar pembatas, Fezy bisa melihat hamparan hutan alami yang tertata indah membentuk bebukitan. Rasanya seperti Fezy sedang berada di kawasan pegunungan. Embun pagi menjadikan suasana terasa sejuk.

Billionaire's CaddyWhere stories live. Discover now