5. Backstage

843 92 551
                                    

Budayakan FOLLOW sebelum membaca.

🏌🏻

"Lo belum denger?" Fezy menatap Ara sambil mengerjap-ngerjapkan mata. "Di berita, kan, lagi heboh soal kematian pengusaha konstruksi yang dikait-kaitkan sama Diavel Group."

Ara mengernyit.

Fezy berdecak. "Ah, lo harus tau ini, nih. Biar lo nggak ada penyesalan keluar dari perusahaan terkutuk itu!"

"Zy, ngomongnya," tegur Ara yang memang tidak pernah suka jika Fezy bicara kasar.

Fezy mengabaikan saja dan kembali menyalakan TV yang tadi sempat dia matikan saat Ara curhat. "Kita liat, ya. Beritanya lagi hangat-hangatnya. Pasti dimana-mana bahas itu."

Benar saja. Tak butuh waktu lama untuk Fezy menemukan siaran yang menayangkan berita mengenai kasus kematian Arfy Dalion. Hanya dalam hitungan jam, kasus itu bahkan sudah punya judul berita yang lain. Entahlah itu clickbait atau tidak seperti Kemungkinan Kematian Arfy Dalion Merupakan Tindak Penghilangan Nyawa, Misteri Meninggalnya Arfy Dalion di Tengah-Tengah Kisruh Antara Tiga Perusahaan Besar, atau Pengaruh Kematian Arfy Dalion Terhadap Perkembangan Masa Depan Perbisnisan di Indonesia.

Ah, pas sekali. Salah satu siaran yang Fezy ambil kini sedang mempertontonkan pendapat dan perdebatan antara para ahli bisnis, kritikus, dan ahli manajemen masa depan yang turut diwawancarai di studio penyiar berita.

Salah satu berkata, "Tentu saya rasa ini akan cukup mempengaruhi perkembangan dunia bisnis. Meski tragis, di sisi lain, kematian Arfy Dalion di Yoal Energy secara tidak langsung bawa keuntungan juga untuk pihak Diavel Group. Sekarang sedang dilakukan penyelidikan di Yoal Energy karena menjadi TKP. Di luar dari terlibat atau tidaknya Yoal Energy dalam perkara ini, sekali lagi itu jalan untuk Diavel Group bisa mengakuisisi Yoal Energy lebih mudah dikarenakan posisi Yoal Energy yang cukup dirugikan akibat kasus ini."

Seorang pria di samping lelaki itu menyetujui, "Ya, bisa jadi Yoal Energy malah harus menjual perusahaan dengan harga murah. Ini seperti kemenangan dua kali untuk Diavel Group karena bisa membeli dua perusahaan besar dengan harga murah dalam waktu berdekatan. Kalau begini terus, bisa-bisa terjadi ketidakseimbangan dalam persaingan bisnis."

"Yah, apa ruginya selagi Diavel Group bawa banyak keuntungan untuk negara dan bisa mempengaruhi perekonomian negara ke arah yang lebih baik?" tanya pria yang lain.

Pria berikutnya tampak tidak setuju dan membantah, "Dan untuk itu, apa lantas kita biarkan saja perusahaan-perusahaan asing memonopoli pasar negara kita?"

Satu-satunya wanita di situ berkata, "Berpikir terbuka dan maju adalah apa yang negara ini butuhkan. Meski cara Diavel Group sedikit brutal dengan mengakuisisi perusahaan-perusahaan, tapi kita nggak bisa tutup mata juga, dong, kalau faktanya Diavel Group punya impact besar nggak hanya ke negara, tapi juga ke masyarakat kita. Data bahkan menyatakan Diavel Group terbukti membuka banyak sekali lapangan pekerjaan."

"Ya, banyak bikin orang kehilangan pekerjaan juga," sambung Fezy kesal.

Ara tersenyum miris.

"Bahkan nyawa," tambah Fezy.

Ara refleks menoleh. "Zy, kamu ngomong apa, sih?" tanya Ara kaget. "Kamu nyangkut pautin kematian pengusaha itu sama Diavel Group?"

"Emang ulah Diavel Group, kali, Ra," kata Fezy, mendadak berubah haluan dari yang tadinya mendukung Diavel Group menjadi menuduh Diavel Group.

"Zy, jangan sembarang nuduh gitu. Buat apa juga Diavel Group bunuh orang?"

"Duh, Ra, lo polos banget, sih?" kata Fezy. "Ya, buat menangin persaingan bisnislah. Mereka mau beli perusahaan konstruksi, tapi pemiliknya nggak mau jual. Diberesin, deh, dengan ngehilangin nyawa pemiliknya. Nyatanya, Diavel Group dapatin, kan, itu perusahaan konstruksi begitu pemiliknya nggak ada?"

Billionaire's CaddyWhere stories live. Discover now