2. Zero Tolerance

1.6K 125 687
                                    

Budayakan FOLLOW sebelum membaca.

Tau UU Copyright aka Hak Cipta aka Hak Kekayaan Intelektual, dong? Tau hukum & dendanya juga, kan?

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Tau UU Copyright aka Hak Cipta aka Hak Kekayaan Intelektual, dong? Tau hukum & dendanya juga, kan?

Don't be disrespectful by copying my story and stealing my ideas.
Tidak ada ruang dan toleransi untuk PLAGIATOR di sini!
So, stay away!

🏌🏻

Teriakan mengerikan menjerit-jerit di kepalanya sebelum dia tersentak dan terbangun. Jantungnya berdetak dua kali lipat lebih cepat dari seharusnya dan peluh menetes dari dahinya. Hanya saat pandangannya bertemu dengan langit-langit yang dihiasi ornamen indah di atasnya itulah dia sadar dia sudah tertarik dari dunia kelam di kepalanya ke dunia nyata dimana tubuhnya sekarang berbaring.

Dia duduk. Diam sesaat, lalu mengusap wajah. Dia tidak bisa lega meski tahu dia hidup di tempat berbeda dari tempat yang memenjarakan pikiran dan mentalnya selama ini karena dia tahu setiap saat, dunia kelam itu akan kembali menghantuinya.

Dia menghela napas. Setelah menyingkap selimut sutra berwarna abu-abu, dia bangkit dari tempat tidur, bersiap memulai harinya.

Vigo Vraynzo Diavel. Putra mahkota keluarga Diavel. Cucu dari orang terkaya nomor 2 di Asia. Pewaris tunggal Diavel Group.

Dia pria terkaya paling muda nomor 1 saat ini. Ya, nama dan wajahnya telah terpampang di daftar teratas majalah Forbes sejak dia mengambil alih perusahaan multi-billion dollar milik keluarganya yang bergerak di berbagai sektor dan berdiri di berbagai belahan dunia.

Beberapa tahun sekali, pimpinan tertinggi Diavel Group akan menetap sementara di negara-negara dimana perusahaan-perusahaannya berekspansi. Selama setahun atau lebih, pimpinan akan berada di head office, sengaja memberikan fokus pada bisnis-bisnisnya di negara itu untuk memastikan perusahaannya terus membuat kemajuan dan inovasi agar tidak kalah saing dengan perusahaan-perusahaan sejenisnya di negara yang sama, terutama jika perusahaan di satu negara itu memiliki valuasi yang rendah, salah satunya... Indonesia.

Diavel Group pernah berjaya di Indonesia pada masanya, bahkan pernah menjadi perusahaan asing nomor satu di Indonesia yang memonopoli beberapa pasar sebelum kemudian ditinggalkan pemiliknya cukup lama. Tapi, ketika Vigo mengambil alih, tak satu perusahaan pun luput dari perhatiannya. Prinsipnya, di mana pun Diavel Group berdiri, di situ juga Diavel Group harus merajai bisnis dan menguasai pasar.

Dan tidak butuh waktu lama untuk Vigo merealisasikan prinsip dan mencapai tujuannya. Baru sebentar di Indonesia, Vigo sudah berhasil membawa Diavel Group mengalahkan perusahaan-perusahaan asing lainnya dan bahkan perusahaan lokal yang kini menjamur di Indonesia.

Well done, Vigo!

Setelah menyelesaikan kegiatannya di kamar mandi, Vigo duduk di sofa yang terletak manis di tengah-tengah walk-in closet raksasa di kamarnya. Dia tampak sibuk memperhatikan sepatu mana yang harus dipakainya hari ini setelah selesai mengenakan setelan, dasi, dan jam tangan.

Billionaire's CaddyWhere stories live. Discover now