eighteenth page; Bagaimana kalau aku tidak baik baik saja?

1.2K 156 5
                                    

—𝐅𝐈𝐍𝐃𝐈𝐍𝐆 𝐌𝐎𝐌𝐌𝐘—©mgicboba, 2022

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

—𝐅𝐈𝐍𝐃𝐈𝐍𝐆 𝐌𝐎𝐌𝐌𝐘—
©mgicboba, 2022

**
Jadwal murid kelas dua belas yang sudah padat sejak sebelum ujian sekolah tiba, semakin padat ketika mendekati tes masuk perguruan tinggi. Tambahan kelas ditambah yang biasanya sampai jam lima sore, kini menjadi sampai jam setengah enam sore. Setelahnya, terdapat beberapa jadwal les yang sifatnya opsional, boleh diikuti boleh juga tidak, dan Nana memilih untuk mengikutinya.

Ares tidak mengikutinya karena jadwal les nya diluar sekolah sudah sangat padat, ia tidak sanggup jika harus mengikuti les lagi seperti yang Nana lakukan.

"Jangan terlalu keras sama diri sendiri, lihat tuh, wajah lo pucat banget," Ucap Ares sambil menarik pelan pulpen yang tadinya sedang digunakan Nana untuk menulis. Terkadang—Ares merasa begitu heran, Nana yang tidak pernah dituntut ini itu oleh keluarganya bisa sangat maniak belajar bahkan sampai menekan dirinya sendiri, lalu mengapa dia yang selalu dituntut ini itu oleh Alyssa malah masih bisa bersantai santai?

"Gue nggak keras sama diri sendiri, lagian ini cuman karena tadi nggak sempet makan siang aja." Jawab pemuda pemilik senyum manis itu.

Ah iya betul juga, tadi siang Jeff datang ke sekolah mengantarkan makan siang untuk Nana dan sampai jam setengah lima sore—makanan itu belum tersentuh oleh Nana sama sekali. Sayang banget, padahal pasti itu makanan mehong.

"Bokap lo nggak pernah nuntut apapun ke lo, Na. Kalau lo kaya gini, terus sakit... lo malah bikin nambah pikiran dia."

Nana berhenti menulis dan menatap Ares yang duduk disampingnya seperti biasa, matanya kelihatan sangat lelah, entah semalam anak itu tidur atau tidak Ares juga tidak tahu, kelihatan dari kantung mata anak itu. "Justru karena daddy enggak nuntut apa apa ke gue itu bikin gue rasanya mau ngasih segalanya yang terbaik buat dia, gue—"

"Narendra Hale, silakan maju ke depan untuk mengerjakan nomor delapan!" Ucapan Nana terpotong oleh seruan guru matematikanya barusan.

"Baik, pak." Nana berdiri dan berjalan ke depan sedikit sempoyongan. Baiklah, sekarang Nana menyesal kenapa dia tidak memakan makan siangnya. Nana berhenti, berdiri tepat di depan papan tulis yang sekarang kelihatan dipenuhi oleh kunang kunang. Ia mengerutkan keningnya untuk menetralkan rasa pening yang tiba tiba menyerang kepalanya.

Sementara di belakang—Ares rasanya mau ngamuk ngamuk, menasehati Nana seperti menasehati batu alias tidak berguna sama sekali.

"Naren, are you okay?"

Ares mendengar samar samar guru matematikanya bertanya seperti itu kepada sahabatnya yang diam saja di depan papan tulis sejak lima detik yang lalu. Nana tidak biasanya seperti itu, hanya berdiri di depan papan tulis. Biasanya kurang dari tiga menit dia bisa menuliskan beberapa jawaban di papan tulis.

Tatapan khawatirnya berubah menjadi panik dua detik kemudian ketika tiba tiba tubuh Nana ambruk, remaja itu hampir kehilangan kesadarannya sesaat setelah Ares berlari menghampiri tubuhnya yang terkapar di lantai. Murid murid di kelas tambahan matematika memekik terkejut melihatnya.

FINDING MOMMYWhere stories live. Discover now