15

10.8K 1K 57
                                    

(typo sorry 🤧🙏)

"Eeugh.. yi- yibo... Hentikaan... " Xiao zhan mendorong kepala wang yibo yang setia menjilati leher dan telinganya.

"Zhaaan,, kenapa kau tak menikmatinya saja, aku berjanji akan memuaskan mu" wang yibo menaik turunkan alisnya di depan wajah zhan.

"Tidak,, hentikan.. kau astaga,  aku heran apa kau selalu berbuat seperti ini dengan teman mu?" Yang xiao zhan maksud adalah perlakuan intim mereka seperti berpelukan dan berciuman.

Wang yibo menggeleng, "tidak, kau adalah teman pertama ku dan satu-satunya. Sebelumnya aku tidak pernah punya teman" wang yibo bangun dari posisinya menindih zhan.

Zhan mengerutkan kening, apa wang yibo seorang yang pilih-pilih teman? Sampai dia tak memiliki teman sama sekali?

"Benarkah? Bahkan teman sekolah?" Zhan penasaran dan ikut mendudukkan tubuhnya.

"Ya, aku tak pernah dekat dengan siapa pun, kakek ku memilihkan home schooling untukku, jadi aku tak pernah berinteraksi dengan orang asing selain dari keluarga dan para penjaga.

Zhan mengangguk anggukkan kepalanya mengerti, yah untuk ukuran orang kaya seperti wang yibo wajar saja mereka berlaku over protektif, hal itu biasa orang-orang kaya lakukan. Pikir zhan.

Tapi, tak memiliki teman di sepanjang hidupnya juga sangat memprihatinkan bagi zhan, tidak ada tempat berbagi untuk apa pun. Pantas saja wang yibo memperlakukan zhan seperti ini, karena selama ini wang yibo tidak pernah tau arti seorang teman. Batin zhan.

Xiao zhan menepuk pundak wang yibo, "jangan sedih, kita adalah teman" dan tersenyum manis ke arah yibo.

Wang yibo membalas senyuman zhan dan segera memeluknya, "istri ku yang terbaik, jadi tak ada salahnya kan kita melakukan itu sebagai teman" wang yibo menyeringai di balik pundak zhan.

"Eee..." Zhan berpikir keras, jika ia mengiyakan, maka wang yibo akan sesuka hati menyentuhnya karena wang yibo tidak tau arti dari sebuah kata 'teman' tapi jika di menolak, dia akan menyakiti hati wang yibo.

Wang yibo menjauhkan tubuhnya dari tubuh zhan dan memandangnya dari dekat.

"Apa kau tidak mau?" Wang yibo memasang ekspresi sedih.

Zhan tersenyum kaku, kemudian menggeleng, "tidak, kita bisa berteman baik"

Wang yibo tersenyum dan mendekatkan bibirnya pada bibir tipis xiao zhan, melumat lembut bibir yang sering di sapanya.

Zhan menghela nafasnya, sejak kata 'saling mengenal' dan 'teman' itu di lontarkan, wang yibo sesuka hati melakukan ini padanya, menciumnya, memeluknya dan bahkan akan memeluknya saat mereka tidur.

Sejujurnya zhan tak pernah punya teman dekat sebelumnya, beberapa teman pantinya telah dia anggap saudara, sementara teman kantor tidak ada yang mau mendekat secara spesifik padanya karena zhan hanya karyawan rendahan dan berpenampilan biasa, yah mungkin mereka gengsi.

Jujur wang yibo adalah teman pertama xiao zhan juga, jadi zhan juga tidak tau menahu prihal apa yang biasa di lakukan teman dekat.

Xiao zhan kembali mendorong wang yibo yang kali merambat meraba dadanya di sela ciumannya. Terkadang zhan merasa geli dengan perlakuan wang yibo, biar bagaimana pun dia masih seorang laki-laki. Jadi wajar saja zhan merasa sedikit risih karena ini tiba-tiba.

"Wa- wang yibo,,, berhentii, ayo kita pergi berjalan-jalan di sekitar pantai, bukankan besok kita akan kembali lagi ke china? Ayo kita habiskan hari ini dengan berjalan-jalan" saran zhan, karena hampir seharian ini wang yibo hanya menempel pada zhan.

Wang yibo menghela nafasnya, benar juga, peristiwa penyerangan itu membuat waktu mereka terpotong, berakhirlah mereka menggagalkan rencana ke macau, karena xiao zhan masih trauma.

"Baiklah" pasrah yibo.

Xiao zhan tersenyum bahagia, akhirnya dia tak berakhir hanya di ranjang seharian.

.....

Wang yibo berjalan di belakang xiao zhan, mereka sedang berjalan menyusuri tepian pulau.

Wang yibo menangkap raut bahagia di wajah istrinya, andai saja istrinya tak terlibat masalah kerja, wang yibo pasti telah menghabiskan seluruh waktunya untuk menetap di pulau ini lebih lama, sayangnya istrinya masih menyukai pekerjaannya saat ini, bisa saja wang yibo memintanya berhenti toh wang yibo bisa mencukupi zhan seumur hidupnya.

Tapi dia tidak mau menjadi orang yang egois, dia tak mau membuat zhan tertekan dengan kehidupannya. Biarlah zhan menjalani hidup seperti biasanya. Entahlah, sejak dia memulai kehidupan barunya dengan zhan, wang yibo menjadi seseorang yang peduli, jika dulu dia hanya mementingkan dirinya, kini justru xiao zhan lah prioritas utamanya, wang yibo pun tak tau apa alasan utamanya, yang dia tahu hanya ingin selalu berdampingan dengan zhan, mungkin karena zhan sosok yang polos dan jujur, sehingga yibo seperti menemukan warna yang baru untuk hidupnya yang terlalu datar

Xiao zhan membalik badan, di lihatnya wang yibo yang tersenyum ke arah lautan.

"Kau tersenyum? Kau terlihat tampan dengan wajah itu" zhan biasanya melihat wajah yibo yang datar dan dingin, tapi senyum tulus yibo kali ini terasa sangat indah di mata zhan.

Wang yibo memandang zhan, kemudian berjalan mendekat, dengan berani dia menarik pinggang xiao zhan dan mengeratkan pelukannya.

"Xiao zhan, aku mungkin orang yang tak cukup baik di masa lalu, aku hidup dalam kegelapan sendirian. Pertemuan pertama kita, membuatmu merasa ketakutan dan dengan sengaja aku memaksamu menikah dengan ku, aku tau aku adalah orang egois, kau pasti tertekan. Tapi ada sedikit rasa di dada ini saat pertama kali aku melihatmu, yaitu rasa percaya. Karena itu tampa pikir panjang aku ingin menjadikan mu pasangan seumur hidupku. Saat ini, aku tidak bisa mengartikan perasaan ku sebuah cinta atau bukan. Tapi aku selalu merasa nyaman dengan mu"

Wang yibo menatap wajah zhan yang terdiam, memerah dan mengusap wajahnya dengan ibu jarinya.

"Karena itu zhan, ku mohon tetaplah bersama ku, sampai kita sama-sama merasakan cinta di hati kita masing-masing. Kita akan sampai tua hidup bersama, aku benar-benar tak ingin berpisah dengan mu"

Xiao zhan menitikkan air matanya, pengakuan yibo padanya membuat hatinya bergetar. Zhan dapat melihat ketulusan di mata yibo padanya. Untuk zhan yang dari kecil haus akan kasih sayang, merasa sangat di sayangi dan di inginkan.

Zhan mengangguk, "ayo hidup sampai tua bersama" xiao zhan memeluk wang yibo. Keduanya merasa hangat.

Wang yibo mengusap punggung zhan, dan menciumi tengkuknya. Rasa bahagia menyeruak di dalam dadanya, akhirnya zhan perlahan mau menerimanya.

Dari kejauhan seseorang tersenyum kecut, melihat pemandangan dua orang yang sedang berpelukan di sana,  itu cukup menggelitik matanya.

"Cuih, ternyata istrinya seorang laki-laki. Aku jadi semakin tertantang"


Tbc (28-5-22)

No But YesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang