11. sisi biru

27 8 0
                                    

Pagi ini aku bangun dengan semangat, langsung beranjak ke kamar mandi, bergegas menggosok gigi dan cuci muka, lalu membuat sedikit sarapan.

Aku berjalan sambil melompat-lompat kecil naik ke kamar Hoseok, mengetuk sebentar.

Tapi tak ada jawaban, mungkin Hoseok masih tidur.

Aku pun langsung memutar knop pintu dan masuk.

"Hoseok-ah~~" ternyata dia sudah bangun.

Hoseok hanya diam duduk di kasurnya, menghadap jendela, membelakangi ku.

Tubuhnya terlihat sangat tinggi dan besar, kulitnya coklat, dan rambut Hoseok terlihat kasar.

"Hoseok, kenapa diam saja?.." aku memanggil Hoseok lagi, mendekat dan berjalan ke depan Hoseok.

Hoseok tersenyum ke arah ku, namun dengan senyuman pahit, aku tidak suka.

"Hmm.. kalau kita batalkan saja.. ba-bagaimana?" Hoseok langsung menunduk bersalah setelah selesai dengan ucapannya.

"Hoseok-ah.." aku mengucapkan nama Hoseok dengan selembut yang aku bisa.

"Mau mendengar satu cerita sebelum kita berangkat?" Hoseok hanya diam tidak membalas.

"Kau ingatkan?, kalau aku punya kakak yang sudah meninggal" aku bercerita dengan terus menatap wajah Hoseok.

Sebenarnya tidak baik mengawali pagi dengan ceruta sedih namun, mau bagaimana lagi?.

"Kakak ku itu seorang penyandang disabilitas" raut wajah Hoseok menunjukkan kalau ia terkejut, lalu Hoseok mulai menatapku, mencoba memahami perasaan ku.

"Dia mengidap penyakit keterbelakangan mental, autis, tapi dia tetap kakak tercantik yang aku punya"

"Kakak ku itu orang berhati paling lembut sedunia, walaupun matanya tidak pernah fokus, tapi mata itu terus memancarkan kasih sayang, walaupun bibir nya tidak bisa bicara dengan benar, tapi bibir itu terus menghembuskan nafas hangat, walaupun tangan nya sangat lemah, namun tangan itu selalu berhasil menyampaikan rasa cinta pada kami" air mata mulai membuat pandangan ku kabur.

"Dia mengajarkan pada keluarga kami jika cinta harus dibagikan pada semua orang, pada siapapun, tidak peduli siapa dia" aku mengusap ujung mata ku.

Hoseok meraih tangan ku lalu mengusap jemari ku lembut.

"Aku benci saat kau menjauhi ku atau sekedar menghindari tatapan mataku karna kau tidak percaya diri dengan penampilan mu Hoseok-ah"

Hoseok kembali menunduk.

"Jangan pernah begitu lagi, ya?"

"Hei?" Aku menangkup pipi Hoseok menatap mata nya.

"I-iya" walaupun dijawab dengan ragu-ragu, aku yakin Hoseok akan menepatinya.

"Sekarang coba, aku mau lihat senyum mu" aku menjauh sebanyak dua langkah, lalu berkacak pinggang sambil memperhatikan Hoseok baru hari ini.

Dengan ragu, Hoseok akhirnya tersenyum.

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
No Physical (BTS Fan Fiction) #TAMATWhere stories live. Discover now