13. masalah besar

25 8 0
                                    

Hari ini aku tau aku sudah telat berangkat kerja, karna jam analog di ponsel ku memunculkan angka sepuluh lewat sedikit.

Namun aku masih ingin di sini, berada dalam pelukan Hoseok, bersentuhan dengan kulit polos hangat nya yang terasa sangat nyaman. Hoseok belum berubah karna ia belum terbangun sedari tadi.

Aku menggeliat berusaha melepaskan diri dari rengkuhan tangan kekar ini. Namun Hoseok tidak terusik sedikit pun, dengkuran halus nya tetap terdengar stabil.

Aku bangun lalu memungut pakaian dari lantai, mengenakannya sebentar lalu kembali naik ke kasur, memandangi ciptaan tuhan yang penuh keajaiban di depan ku ini.

Aku menghidupkan ponsel ku lalu mengambil gambar wajah kami berdua.

Jika setiap hari Hoseok akan merekam dirinya, maka aku setiap hari akan memotret wajah kami, karna aku ingin mengingat setiap moment dengan wajah Hoseok yang baru setiap hari nya.

Aku memandangi foto yang baru saja ku ambil, Hoseok sangat lucu karna pipinya menempel pada bantal, sedangkan mulutnya terbuka lebar, namun seketika perhatianku teralihkan dengan dada telanjang Hoseok yang tertangkap kamera, rasanya agak aneh karna ternyata dada Hoseok berkali-kali lipat lebih indah jika di lihat langsung ,, hehe.. pikiran kotor kembali memenuhi kepalaku.
.
.

Jam dua belas siang kami sampai di rumah Hoseok, tadi aku yang menyetir, karna hari ini Hoseok punya tubuh anak usia empat belas tahun.

Aku menghampiri Hoseok yang baru saja berganti pakaian.

"Seok-ie, Kau pilih nomor satu atau nomor dua?" Tanya ku sambil menyodorkan dua tangan yag terkepal.

"Hmm.. satu!" Jawab Hoseok ceria, ya ampun anak ini.

"Oke! Aku akan masak ayam teriyaki! Tunggu ya" seru ku lalu berlalu kedapur.

"Memang nomor dua apa?" Tanya Hoseok tanpa menghentikan langkah ku.

"Ayam teriyaki" aku memang hanya ingin masak ayam teriyaki kok.
.
.

"Jadi kau bolos kerja lagi?" Ucap Hoseok bertanya saat suapan ke-empat masuk ke mulutnya.

"Lagi?, memang aku pernah bolos selain ini?" Ucap ku tak terima.

"Lalu saat ke gedung J's Collection itu apa?"

Oh..

"Itu bukan bolos" jawab ku sambil nyengir lebar.

"Lalu apa?" Tanya Hoseok sambil terkikik.

"Pergi mengunjungi perusahaan masa depan ku" sontak kami tertawa lepas.
.
.

Aku pulang sendiri ke rumah saat jam sepuluh malam, hari ini aku menghabiskan waktu dengan menonton di bioskop dengan Hoseok.

Jika teringat lagi rasanya aku ingin tertawa terus, tadi saat menonton filem horor, Hoseok sangat ketakutan sampai melempat tinggi popcorn nya sampai mengenai pengunjung lain.

Alhasil kami di marahi habis-habisan, karna popcorn itu sampai masuk-masuk ke dalam baju pengunjung itu.

Saat aku berada di lift, ada segerombol ibu-ibu yang juga ingin naik, aku menahan pintu lalu tersenyum ke ibu-ibu itu.

Namun aneh, para ibu-ibu itu tidak membalas senyuman ku sedikit pun, biasanya mereka sangat ramah.

Aku tidak terlalu menghiraukannya, namun suasana dalam lift menjadi sangat aneh, terlihat dari dinding lift yang sepenuhnya seperti cermin, para ibu-ibu itu melirik ku dengan tatapan tajam, aku menunduk karna merasa sangat tidak enak.

Lalu para ibu-ibu itu turun dari lift sebelum aku sampai di lantai apartemen ku.

"Percuma sok ramah padahal aslinya jalang"
"Apa dia tidak takut HIV? Setiap hari ganti-ganti terus"
"Padahal orang tuanya orang yang sangat baik"
"Aku jijik melihatnya tersenyum seperti itu"

Aku mendengar semuanya, aku mendengar semua bisikan-bisikan kecil itu, dadaku sakit, bibirku bergetar ingin mengatakan kebenaran, namun mustahil.

Aku tidak menyangka kalau akan muncul masalah separah ini.

"Mulai besok berhenti menginap di rumah temanmu" teguran ibu membuat suasana hatiku semakin buruk.

"Kau ini anak gadis, tidak boleh sering di luar rumah saat malam hari"

"Ibu tidak percaya padaku?" Aku menatap wajah ibu yang penuh dengan gurat lelah, apa ibu dengar gosip itu?

"Bukan kau yang ibu tidak percayai, namun dunia nak, ibu tidak percaya pada dunia yang keras ini, tak ada kebaikan yang tersisa untuk wanita lemah seperti kita jika berada di luar rumah saat malam"

Aku hanya menunduk, berusaha mendengarkan walaupun kata-kata ibu hanya masuk lewat telinga kanan dan berlalu keluar dari telinga kiri.

Sebenarnya aku sudah merasa ada yang aneh pada lingkungan ku semenjak satu minggu terakhir ini.

Saat buang sampah, pak satpam akan menatapku dengan tatapan kasihan lalu geleng-geleng sendiri, saat ke minimarket, tetangga ku akan menghidar dari bertatapan dengan ku, dan saat di tempat kerja pun, rekan-rekan kerjaku mulai membicarakan ku diam-diam.

Aku tau aku tidak akan kuat jika ini terus berlangsung, karna aku sangat suka bersosialisasi, suka bertegur sapa, dan suka berada di tengah-tengah banyak orang.

Diperlakukan seperti ini oleh lingkungan ku membuatku merasa sepi, seperti sampah yang tidak akan di sentuh orang-orang, hatiku sakit menerima setiap perlakuan kasar mereka...

Tapi aku mencintai Hoseok.

TBC.
Sorry for typo.

No Physical (BTS Fan Fiction) #TAMATWhere stories live. Discover now