19. di jepang

19 8 0
                                    

Ke esokan hari nya, ibu dan ayah mengantar kami ke bandara.

"Jaga Sejeong dengan benar ya, dia itu sangat cengeng" ucap ibu sambil menepuk pundak ku namun pandangannya tertuju pada Yeonjoon.

"Siap! Tante, Yeonjoon akan menjaganya seperti Yeonjoon menjaga ponsel sendiri!"

Ayah dan ibu sontak tertawa riang, sedangkan aku melirik anak itu tajam. Dasar sok melucu.

"Nanti jangan buat kakak sepupu mu kesusahan ya, kau harus selalu menempel padanya" ucap ibu yang kini sepenuhnya untuk ku.

Aku hanya mengangguk.

"Terimakasih sudah mengizinkan aku ibu" ucap ku sambil tersenyum bersyukur.

"Hey.. Kau ini seperti akan pergi menikah saja" ucap Yeonjoon asal membuat ku kembali meliriknya dengan tajam di sertai tawa kedua orang tua ku.

Lalu panggilan untuk kami sudah terdengar lewat pengeras suara, ibu dan ayah memeluk kami bergantian.

"Hati-hati" pesan singkat ayah yang memang terlalu singkat namun lebih dari cukup untuk ku.

"Selamat bersenang-senang!" Teriak ibu sambil melambai bersama ayah ke arah kami yang menjauhi mereka.

Di pesawat aku tersiksa, telingaku berasap karna mulut Yeonjoon yang tidak berhenti bicara seperti mesin.

Jika aku mengabaikannya, maka ia akan mencabut helaian rambut ku tampa ampun. Rasanya aku ingin melemparnya keluar jendela pesawat, tapi setelah ku pikir-pikir Yeonjoon terlalu tampan untuk muncul di televisi dengan tajuk berita 'MATI TERLEMPAR DARI JENDELA PESAWAT'.

Setelah sampai di jepang, euphoria langsung memenuhi perasaan ku.

Jalanan di sini sangat indah, banyak pohon sakura yang bunga nya berterbangan, banyak mesin penjual otomatis yang berwarna-warni, dan banyak orang-orang yang berlalu lalang menghidupkan suasana.

Namun belum puas aku menikmati pemandangan, Yeonjoon langsung menarik ku untuk mencari penginapan.

Ia terus saja menarik ku kesana-kemari, mengunjungi banyak tempat penginapan.

"Kenapa tidak yang tadi saja?" Ucap ku lelah, ya, anak itu tidak kunjung memesan kamar padahal sudah banyak yang ia lihat.

"Terlalu mahal"

"Yang satu nya lagi?"

"Terlalu kecil"

"Yang di ujung jalan tadi?"

"Terlalu sepi"

"Yang dekat taman?"

"Wallpaper dindingnya jelek"

Oke, kesabaran ku juga ada batasnya.

Aku menghempaskan tangannya, membuatnya berhenti menarikku dan menoleh ke belakang.

"Kau mau mencari kamar yang seperti apa? Huh?! Aku lelah!"

"Jangan berlebihan, dasar wanita"

"Kita sudah melewati belasan gedung penginapan, dan kau bilang aku berlebihan?!"

Yeonjoon terdiam, namun kembali menarik tangan ku.

"Tidak mau" aku melepaskan paksa, dan tiba-tiba seseorang yang berlari menabrak ku dari belakang, aku menerjang Yeonjoon dan kami sama-sama terjatuh, anehnya orang itu tidak langsung mengerem dan malah menginjak kaki ku.

Aku memekik, dan Yeonjoon langsung bangkit meraih ku menjauh.

"gomenasai, gomenasai" seorang pemuda gendut yang tergesa-gesa membungkuk cepat lalu langsung meninggalkan kami setelah meminta maaf dengan tidak benar.

Aku dan Yeonjoon termenung sebentar, masih terkejut karna kejadian ini cepat sekali.

Lalu Yeonjoon membantuku berdiri, tapi aku kesakitan karna pergelangan kaki ku terkilir setelah di injak tadi.

"Huft.. ayo naik" Yeonjoon akhirnya menggendong ku, aku agak merasa bersalah karna merepotkannya, dan aku yakin Yeonjoon juga merasa bersalah karna bersikap berlebihan.

Akhirnya kami kembali ke gedung penginapan yang sebelumnya.

Penginapannya bagus, pantas harga nya agak mahal, memang Yeonjoon itu kan terlalu pelit, bahkan untuk dirinya sendiri.

Yeonjoon menurunkan ku pada singgel bed  lalu ia duduk di singgel bed  lainnya, kasurnya ada dua dan terpisah cukup jauh.

"Kau bisa bahasa jepang?" Tanya Yeonjoon sesaat setelah kami terdiam.

"Sedikit" ucap ku jujur.

"Kau tau bahasa jepangnya tukang pijit?"

"Tidak tau, kenapa?" Aneh sekali anak ini.

"Kan kaki mu sakit, aku ingin bilang pada penjaga di bawah untuk mencarikan tukang pijit" jawaban bodoh anak ini cukup membuat ku menghibur, aku tertawa geli sekali, dan Yeonjoon malah tidak suka.

"Yak! Aku kan ingin menolong mu, kenapa ditertawakan?!" Teriaknya sebal.

"Jaman sekarang kau masih butuh tukang pijit?" Tanya ku sambil berusaha menghentikan tawaku.

Yeonjoon hanya diam, ia terlihat jengkel sekali.

"Aku punya salep, bisa digunakan untuk terkilir, pegal-pegal, lebam,, kau mau?" Jelas ku sambil mengaduk-ngaduk tas.

"Untuk apa?" Tanya nya balik.

"Pungungmu tidak sakit kan?, karna jatuh tadi" Aku khawatir karna kami terjatuh cukup kencang tadi, bahkan ia menahan tubuh ku juga kan?.

"Tidak papa kok, aku akan mencari makan siang, jangan kemana-mana ya, bye" Yeonjoon hilang di balik pintu.

Aku hanya bisa tersenyum selebar mungkin.
.
.

Ke esokan harinya, aku akan memulai misi ku, ya, tujuan utama ku ke jepang.

"Yeonjoon-ah"

"Apa?"

Aku menghampiri kasurnya setelah kami sarapan.

"Kau mau pergi kemana?, banyak tempat bagus kan?" Tawar ku, aku ingin kami punya tujuan berbeda hari ini.

"Aku tidak terlalu ingin, aku akan ikut kau saja"

"Tidak boleh, sebenarnya aku ke sini karna ada urusan penting" kalimatku menjadi agak ragu.

Yeonjoon menatap ku curiga.

"Kau yakin tidak mau aku ikuti?" Tersirat rasa kawatir pada kalimat Yeonjoon, aku pun tersenyum.

"Aku janji akan baik-baik saja, aku akan kembali sebelum gelap" aku mengaitkan jari kelingking kami.

Yeonjoon menghela nafas, sepertinya ia tidak tega melarang-larang keinginan ku.

"Jangan biarkan ponsel mu mati, aku harus selalu bisa menghubungi mu, oke?" Aku mengangguk paham. Lalu Ia mebuka ponsel ku.

"Mau apa kau?" Tanya ku penasaran namun membiarkannya melakukan sesuatu oada ponsel ku.

"Ini, aplikasi pelacak, dengan ini kita bisa tau lokasi masing-masing, jangan sampai kau kehilangan ponsel mu" Yeonjoon memasukkan ponsel ku ke dalam saku dress selutut warna biru yang aku kenakan.

"Oke, kakak sepupu yang paling tampan, aku menyayangi mu, bye" aku meniru gaya nya saat pergi lalu menghilang dari pandangan khawatir milik Yeonjoon.


TBC.
Sorry for typo.

No Physical (BTS Fan Fiction) #TAMATOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz