17. ibu Hoseok

22 8 0
                                    

"Woojin ku mohon, bantu aku" aku mencoba berbicara tanpa menangis, dan malah suara ku jadi bergetar.

Kami sedang duduk di cafe yang sepi, awalnya aku ingin berbicara lewat telepon saja, namun Woojin menolak dan menjemputku dari apartemen.

"Bantu aku agar menemui Hoseok, aku sudah tidak kuat,, aku ingin minta maaf, aku sangat jahat pada nya.."

Woojin menatapku iba, mungkin karna tubuhku yang menjadi lebih kurus, atau wajahku yang menjadi kusam dengan kantung mata tebal.

"Aku pikir aku bisa membantu mu" perkataan Woojin membuat ku terkejut.

Aku langsung mendangak, menatap Woojin tidak mengerti.

"Maaf Sejeong-shi, Hoseok juga menghilang dari sekitar ku" harapan ku pupus.

"Aku mencoba menghubunginya lewat apapun, mencarinya kemanapun, entah ia bersembunyi kemana, ku pikir ia sangat hancur sampai jadi seperti ini" Woojin menjelaskan dengan suara pelan, lalu aku tak sanggup lagi menahan air mataku.

Woojin menggeser kursi nya lebih dekat, lalu menepuk-nepuk bahuku.

"Aku memang tidak bisa, namun ibu nya Hoseok bisa" aku langsung mendangak kembali, menatap Woojin.

"Beri tahu aku alamat ibu Hoseok" bisik ku dengan mata berbinar.

Aku menolak tawaran tumpangan dari Woojin karna tidak mau semakin merepotkan.

Aku menaiki bis, dan harus turun di beberapa halte untuk berganti bis, perjalanan nya cukup jauh.

Namun tak apa, aku tidak mampu lagi hidup dengan cara seperti ini, seakan dibunuh secara perlahan oleh rasa rindu yang mengerikan.

Saat sampai, aku gugup setengah mati, memutar otak untuk berfikir kalimat apa yang akan aku lontarkan untuk menyapa ibu Hoseok.

Namun aku tidak kuat untuk menunggu lebih lama lagi, jadi aku langsung menyiapkan nyali sebesar gunung fuji untuk menekan bel rumah itu.

NING NONG! NING NONG!

Tak lama seorang wanita paruh baya muncul membuka pintu, wajah cerah nya menerbitkan senyum hangat kepadaku.

"Mencari siapa?" Tanya ibu Hoseok membuyarkan lamunan ku, sedangkan tatapan ibu Hoseok menjadi seperti menebak-nebak.

"Selamat siang bu" aku mundur sedikit dan membungkuk dalam.

"Saya Kim Sejeong, maaf menganggu waktu ibu" ucapku mencoba sopan.

Namun yang kulihat setelah berdiri tegak lagi adalah ekspresi terkejut dari ibu Hoseok.

"Jadi, kau Kim Sejeong?" Ucap ibu Hoseok sambil tersenyum lebih hangat, aku hanya mengangguk.

Ibu Hoseok tiba-tiba memelukku, dan berbisik pelan, "pasti hidup mu berat" lalu ia mengajak ku masuk.

"Tunggu ya, ibu ambilkan minum, pasti perjalanan mu melelahkan"

"Maaf merepotkan bu" aku menunduk lagi sebentar.

"Tidak kok, aku senang akhirnya bisa bertemu dengan mu" ucap Ibu Hoseok lalu berlalu ke dapur.

Hanya sebentar dan Ibu Hoseok datang dengan dua cangkir teh yang harum lalu ia duduk di sampingku.

"Kurang lebih sebulan yang lalu, Hoseok kami bilang akan membawa mu ke sini" aku agak terkejut, pasti hari itu, ya,,, hari terakhir kami bertemu, jadi Hoseok sudah bilang ya.

"Padahal aku sangat menunggu kalian, tapi kalian tidak datang, dan anak itu besoknya malah pergi ke jepang" aku kembali terkejut, jepang?.

Melihat raut wajahku yang terkejut, Ibu Hoseok meraih tanganku dan mengusapnya.

"Apa dia menyakiti mu?, kau terlihat sangat kurus, aku sampai tidak mengenalimu, tidak seperti di foto" mata ibu Hoseok menelisik wajah ku, tiba-tiba pandangan ku buram karna air mata.

"Tidak, bu,, aku yang menyakiti nya" aku menunduk, mengusap air mata yang bertambah banyak.

Ibu Hoseok kembali memeluk ku, mengusap-ngusap bahuku, lalu suaranya yang lembut mengalun tepat di belakang telingaku.

"kau ingin mendengar cerita dari ibu?" Tanya Ibu Hoseok yang langsung aku jawab dengan anggukan kepala, ia melepas pelukan nya lalu menatap mata ku dalam-dalam.

"Hoseok kami, berada dalam kondisi seperti itu karna keturunan ayahnya" aku terdiam, berusaha mencerna cerita ajaib ini.

"Ibu hamil Hoseok karna kesenangan satu malam. Tapi ibu tidak menyesal, walaupun ibu hanya pernah melihat wajah Ayah Hoseok satu hari saja"

Aku membayangkan betapa beratnya perjuangan Ibu Hoseok.

"Setelah malam itu, ibu hanya bisa mendengar suara Ayah Hoseok dari telpon, kadang suaranya berat, lembut, atau nyaring seperti anak-anak" Ibu Hoseok meraih dan mengusap-ngusap jemariku.

"Lalu saat Hoseok lahir, ibu sangat bahagia, walaupun keluarga ibu menentangnya dan mengasingkan kami, ibu tidak mempermasalahkan itu, dan ternyata ada manfaatnya juga" Ibu Hoseok terkekeh.

"Kau pasti sudah dengarkan, dari Hoseok, kalau ini berawal saat ia umur 17, dan ibu baru mengerti kenapa ibu tidak bisa menemui Ayah Hoseok lagi"

"Hoseok kami sangat menyukai mu, sangat sangat menyukai mu sayang" tangan Ibu Hoseok yang lembut membelai rambutku.

"Setelah sekian lama Hoseok kesepian, ia akhirnya menemukan mu, ibu ingat sekali, saat pertama kali ia menceritakan mu, hidupnya seakan berubah, karna Hoseok kami mencintai mu bukan dari tampilan mu sayang, namun dari hati baik mu"

"Ia suka sekali bercerita tentang mu, menunjukkan foto dan vidio mu, ia seperti mendapatkan kebahagiaan besar bersamamu, maka dari itu terimakasih, terimakasih karna sudah mencintai Hoseok kami" aku menggeleng, menghirup nafas berat sebelum bicara.

"Tapi,, tapi aku menyakiti nya bu, aku jahat pada Hoseok"

"Ibu tau, hidup memang sangat keras untuk wanita, ibu bisa membayangkan masalah yang terjadi padamu karna berada di dekat Hoseok" Ibu Hoseok tersenyum tulus sekali.

"Ibu juga yakin, Hoseok tidak pernah berhenti merindukan mu" air mata ku tumpah, entah sudah yang keberapa.

"Temuilah dia sayang, bawa Hoseok kami kembali pulang kesini" setelah itu Ibu Hoseok memelukku, entah sudah yang keberapa kali juga.

TBC.
Sorry for typo.

No Physical (BTS Fan Fiction) #TAMATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang