12. acara pertemuan

24 8 0
                                    

Hubungan ku dengan Hoseok sudah berjalan satu bulan lebih sedikit, akhirnya semua rekan ku tau kalau aku punya pacar.

Namun tentu mereka tidak tau seperti apa wajah pacarku Hoseok.

"Hei,, nanti malam kau harus mengajak nya" ya, seperti apa yang di katakan rekan kerjaku, nanti malam akan ada acara makan malam besar perayaan universeri merek dagang kami yang ke dua belas.

Aku hanya tersenyum canggung sambil mengangguk-ngangguk.

"Pasti dia tampan,,, kyaa!!" Aku menatap malas ke arah nya.

"Hei,, jangan marah, maksudku, kau ini cantik sayang, tak mungkin pacar mu itu gendut, atau culun berkaca mata kan?" Aku menepis tangan nya yang memainkan rambutku dan beranjak pergi. Aku benci manusia yang pandang fisik.

"Hei!! Kenapa malah jadi marah, aku tidak akan merebut pacar mu kok!" Ucap nya dengan suara keras membuat banyak orang melihat ku. Dia sebenarnya orang yang baik, tapi terobsesi dengan keindahan fisik.

Toko kami tutup lebih cepat, jam lima sore.

Dan acara nya akan mulai jam tujuh. Aku sibuk memilih pakaian sambil resah menunggu balasan chat dari Hoseok, hari ini ia tidak datang mengajak ku makan siang, pasti ia mengulangi kebiasaannya.

Aku tau tidak mudah baginya untuk memenuhi permintaan ku hari itu, jadi aku maklumi.

Aku mengirim pesan kalau Hoseok harus datang ke acara makan malam hari ini, aku sudah menjelaskan waktunya dan memberikan alamat nya lengkap.

Namun Hoseok tidak membalas pesan ku.

Keresahan hati ku semakin besar saat jarum jam menunjukkan angka setengah tujuh, aku terpaksa berangkat duluan ke tempat acara berlangsung.

Acaranya berlangsung di restoran hotel yang bagus, aku kesilauan saat pertama masuk.

Semua orang datang berpasang-pasangan, sedangkan aku merasa sedih duduk sendirian di meja bar.

Aku akan marah pada Hoseok jika ia membuatku menunggu lagi seperti hari itu, hari saat peringatan kematian kakak ku.

"Hei! Sejeong-ie!!" Rekan kerja ku memanggil dan langsung memeluk pundak ku.

"Pacar mu belum datang?" Aku menatap nya dengan tatapan tidak suka.

"Oke oke,, maaf, aku tidak bermaksud begitu"

Tiba-tiba mata ku menangkap sosok Woojin yang menoleh-noleh resah, seperti mencari seseorang, apa Woojin mencari ku?.

Aku melambai-lambai tinggi sampai atas kepalaku dan Woojin berhasil menangkap sinyal ku.

"Itu pacar mu?, ya ampun tampa-"
"Bukan" sangkal ku agak terlambat.

"Ya ampun.. aku mencari mu sedari tadi" ucap Woojin dengan tatapan lelah dan agak sedih bercampur rasa bersalah. Oke, ada apa ini?.

"Ada apa Woojin?, apa yang terjadi?" Aku bertanya dengan rasa khawatir luar biasa.

Woojin berusaha berbicara walau terlihat sulit, sedangkan rekan kerjaku menatap kami heran.

"Hoseok.. dia ti-tidak-"

"Sejeong-ah~!" Tiba-tiba suara yang memanggil ku dengan nada ceria memotong ucapan Woojin dan membuat ekspresi kami berdua langsung berubah.

Suara itu memang baru pertama kali kudengar namun aku tau itu siapa.

Hoseok.

Senyuman ku langsung menguar dengan hangat, Woojin menekan pangkal hidungnya sambil menghela nafas lega

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Senyuman ku langsung menguar dengan hangat, Woojin menekan pangkal hidungnya sambil menghela nafas lega. Sedangkan rekan kerjaku, mulutnya terbuka lebar.

"kenapa baru datang sekarang? Aku menunggu lama tahu" ucap ku sebal sambil sedikit membenarkan dasinya.

"Tadi ada masalah jadi.." Hoseok mengusap tengkuknya gusar.

"Baiklah ayo bicara di tempat yang agak sepi, di sini berisik" ucap ku yang diangguki Hoseok.

Aku lupa, bukan kami lupa kalau Woojin masih di sana bersama rekan kerjaku.

"Baiklah kau bisa menceritakan padaku sekarang" kami berada di pojok ruangan besar ini yang lebih sepi, walaupun agak gelap.

"Sebenarnya hari ini, berat badan ku 95 kilo dan mataku min tujuh, tebal sekali kaca matanya" aku langsung mencebik tidak suka, memang apa salahnya buatku.

"Maaf, awalnya aku menyuruh Woojin datang untuk menyampaikan padamu kalau aku tidak bisa datang, tapi tiba-tiba terlintas ide brilian di kepala ku" di akhir kalimat Hoseok terlihat antusias sambil menunjuk-nunjuk kepala nya dengan mata berbinar. Ya ampun bagaimana aku bisa marah kalau ia semanis ini.

"Apa ide nya?" Aku menyerah, aku tidak bisa marah dan malah terkikik geli.

"Kalau aku tidur sebentar lalu bangun, apa aku akan berubah?.. selama ini kan aku tidak pernah tidur siang, lalu aku mencoba tidur sepuluh menit dan bangun setelah timer nya berbunyi, dan benar saja, tubuh ku berubah jadi seperti ini" Hoseok mengakiri ceritanya dengan tersenyum lebar, sampai ada dua lubang terbentuk di pipinya.

Aku senang kalau Hoseok juga senang, tapi,, Hoseok masih mempermasalahkan penampilannya.

Aku menatap dalam Hoseok yang masih betah tersenyum seperti itu.

Karna masih kesal tangan ku mencubit pipinya keras-keras sambil menggoyang-goyangkan pipinya ke kanan dan ke kiri.

"Aaakhh!!" Hoseok meringis namun membiarkan tangan ku melakukannya.

Sial nya karna tubuh Hoseok ku buat bergerak-gerak, sesuatu terlihat dari belakang tubuh Hoseok.

Padahal awalnya aku tidak akan melihat itu karna tertutup badan Hoseok yang besar.

Melihat ekspresi ku yang terkejut karna melihat sesuatu, Hoseok ikut menoleh ke belakang.

Ya, di pojokan tempat mewah ini, ada pasangan yang sedang bercumbu panas, bahkan pakaian sang wanita hampir copot seluruhnya.

Hoseok langsung merapat ke arah ku lalu menutup mataku cepat-cepat.

Aku agak memberontak, karna dekapan Hoseok terlalu erat.

"Tidak, jangan dilihat" ucap Hoseok dengan suara gusar.

"Baiklah kalau begitu ayo pindah" ajak ku tetap memberontak.

Namun tanpa sengaja aku menyenggol bagian milik Hoseok, lalu sesuatu yang besar itu mengeras seketika. Aku mematung, darah ku berdesir deras membuat perut ku geli.

Kami terdiam cukup lama, tetap dalam posisi yang sama, yaitu dipeluk Hoseok dari belakang dengan kedua tangan besar Hoseok menutup mata ku.

Kami tau, suatu keinginan kuat muncul dalam diri kami masing-masing, namun terlalu sulit untuk mengatakannya, sehingga menggerakkan tubuh pun terasa sangat sulit.

"Ho-Hoseok-ah~" tanpa sengaja aku memanggil nama Hoseok dengan suara yang err,, kupikir menjijikkan, namun aku sudah tak tahan lagi, Hoseok tidak membiarkan ku pergi dari dekapannya, bahkan mataku tetap ia tutup rapat-rapat, tangan ku meraih lengan Hoseok dan meremasnya.

Hoseok tidak menjawab dan malah menghirup kuat-kuat aroma rambut ku dengan nafas yang mulai berantakan, kepalaku yang menempel di dadanya dapat mendengar detakan jantung Hoseok yang menggila.

Dengan cepat aku tertular aura panas Hoseok.

"Mau kah kau?.." Hoseok bertanya di samping telingaku, nafasnya yang panas sangat menggelitik.

"Mau kah kau.. dengan tidur kita, eh! Maksudku, mau aku tidur aku- eish.. kenapa sulit sekali"

Ya ampun, kenapa Hoseok masih sempat melucu.

Suasana panas nya jadi hilang seketika, aku tertawa sambil melepaskan tangan Hoseok-yang tiba-tiba mengendur-dari mata ku lalu mendangak mencium bibir manis Hoseok agar ia berhenti melawak.

Namun satu jam setelah itu akhirnya kami pesan kamar juga.

Tak apa-apa kan?

TBC.
Sorry for typo.

No Physical (BTS Fan Fiction) #TAMATWhere stories live. Discover now