4. Sang Ketua Gangster

39.5K 2.8K 31
                                    

        Viran mengecup punggung Yola yang polos, dia pun menarik sebelah tangannya yang di jadikan bantal oleh Yola.

Viran harus bersiap, nanti pukul sebelas malam dia harus ke area balap. Entah ikut turun ke arena atau hanya menonton dan menyumbang untuk hadiah.

Viran meraih jaket kulit khasnya, meraih kunci dan ponsel di nakas lalu mengecup kening Yola sebelum dia berlalu.

Viran melajukan motor besarnya cukup cepat dan gesit, hingga sampailah dia di markasnya yang sudah ramai.

Geng ini dia aktifkan lagi semenjak SMA, ketua jelas saja dia namun lebih aktif Rama. Anak asisten ayahnya saat menjadi ketua dulu.

Viran hanya menyetujui apapun dan lebih besar di donasi uang. Dia cukup sibuk dan malas jika harus mengatur semuanya.

"Boss.. Terjun ke arena?" Rama mengangsurkan satu botol yang berisi alkohol, cukup mahal.

"Ga." Viran menjawab singkat lalu meneguknya sedikit, langsung lewat bibir botol.

"Soal Yola, fotonya udah gue sebar ke anak-anak,"

Viran mengangguk. "Bagus." balasnya, dia hanya ingin Yola baik-baik saja.

"Udah gue suruh jagain dan kalau liat ikutin sampe tujuan dan selamat,"

Viran menepuk bahu Rama. "Thanks, bro." balasnya.

"Hm, udah tugas gue. Oh iya, ada beberapa anggota udah kerja jadi kayaknya harus cari anggota baru,"

Viran menyesap rokok. "Atur aja, kasih kesempatan yang muda. Gue juga sibuk kerja, bahkan kayaknya gue ga bisa jadi ketua lagi," balasnya.

"Loh boss, kenapa?"

Viran menyesap sedikit alkohol itu. "Selain kerja, gue juga mau nikah," jawabnya santai.

Rama mangut-mangut paham.

"Ayah ga akan marah kalau gue berhenti, yang penting geng ini tetep ada siapa pun ketuanya."

Rama mengangguk.

"Uang buat donasi gimana? Nambah?" Viran menatap beberapa anak muda yang tampan dan ramah, sepertinya itu anggota baru.

"Dikit, udah di kirim ke panti semua,"

Viran mengangguk samar. "Bagus, mereka siapa?" tunjuknya pada segerombolan anak muda tadi.

"Oh itu, Marvin Zaluka dan antek-anteknya. SMA 1 Harapan. Anggota baru kita yang bulan lalu kita seleksi. Dia jago bela diri, atlit."

Malam pun semakin ramai, riuh penonton menggema di setiap sisi jalanan saat menyambut pemenang balapan liar itu.

Viran melirik ponsel yang menyala.

"Hm?" sapanya pada Yola di sebrang telepon.

"Kenapa ga bilang mau balapan? Gue takut tahu!" suaranya terdengar serak seperti hendak menangis.

"Susul ke sini."

"Naik apa? Takut, Viran bangke!" amuknya.

"Lemah! Susul ke sini, jangan pulang karena rumah lo kosong." sambungan pun Viran matikan dan dia kirimkan lokasinya.

***

Viran menajamkan tatapan, menatap dari atas ke bawah penampilan Yola. Hanya jaket tebal bulu domba dengan dalaman gaun tidur seatas lutut, tak lupa sandal berkepala boneka.

Viran tidak malu hanya saja banyak sekali pasang mata khususnya pria menatap ke arah kaki jenjang Yola.

Viran menepuk pahanya, mengundang Yola untuk duduk. "Ga ganti?" tanyanya setelah Yola duduk di pangkuan.

Yola menatap sekitar agak risih. "Buru-buru." jawabnya tanpa menatap Viran, pandangannya masih mengedar ke sekitar.

Viran menyelipkan tangannya ke dalam jaket, mengusap pinggang Yola.

Yola berbalik, menatap Viran.

"Fokus ke gue aja."

Yola mengangguk. "Lo udah bukan anak SMA lagi, kenapa masih suka balapan sama nongkrong kayak gini?" herannya.

"Ini bukan tongkrongan." Viran hanya mengangguk samar setiap beberapa anggota yang lewat menyapanya dengan anggukan kepala.

Yola tahu, dia memang pernah di ajak ke tempat balapan tapi rasanya bukan di sini. Apa markas baru.

"Ini markas baru?"

Viran menggeleng. "Arena balap." jawabnya.

Ah benar! Markas pasti beda lagi karena itu tempat rahasia.

Yola melirik beberapa perempuan yang melirik ke arahnya, dia sadar kalau penampilannya memang sedang kacau.

Yola tersentak kaku. "Lo apaan sih!" amuk Yola tertahan karena tidak ingin menjadi pusat perhatian.

"Ga pake bra?"

Yola mengeratkan jaketnya untuk menutupi dada. "Hm." jawabnya.

" jawabnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Genting (TAMAT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang