46. Hangat

20.8K 1.6K 144
                                    

"Nda?" panggil Viran sambil mencari keberadaan sang istri.

Yola memilih pulang karena katanya bosan berada di kantor tanpa Viran di sampingnya. Saat itu Viran sibuk meeting dan bertemu klien baru.

"Nda?" Viran kembali memanggil dengan langkah terus terayun. "Ck! Kenapa ga jawab?" marahnya saat melihat Yola ngemil di depan televisi.

Yola menoleh dengan agak tersentak kaget. "Udah pulang?" tanyanya polos.

Viran menjitak manja kepala Yola. "Kenapa ga nyahut?" sebalnya.

Yola menunjuk televisi dengan jari berlumuran bumbu cemilan itu. "Nonton, terlalu serius kayaknya." cengirnya lalu manyun sebagai kode untuk di cium seperti biasa kalau mereka terpisah sesaat.

Viran malah menggigit manja bibir bawah Yola saking gemas dengan kesantaiannya. Bulan lalu pemarah dan bulan sekarang begitu kalem, dasar bumil.

"Ashh! Kok di gigit!" seru Yola marah.

"Gemes." Viran kali ini mengecup bibir Yola lalu  mengusap kepalanya. "Mandi dulu, ntar di temenin." lanjutnya lembut.

Yola tersenyum sambil mengangguk. Sungguh hangat rumah tangganya kini. Yola suka!

***

"Yang, ini bisa di makan?" tanya Viran sambil menatap makanan berbentuk seperti pangsit itu.

Yola yang tengah mencuci buah-buahan pun menoleh. "Bisa, saosnya yang di mangkuk." jawabnya lalu kembali fokus.

Viran memilih menunggu Yola dengan menatap punggung Yola penuh cinta. Si pemalas kini mau turun ke dapur, rasanya Viran tersanjung dengan inginnya Yola menjadi istri yang baik.

Yola menyanggul rambutnya yang mulai mengganggu  dan saat itu Viran semakin jatuh hati.

Jangan tegang, tunggu nanti malem. .

"Nda."

"Hm?" sahut Yola tanpa berbalik.

"Aku kena penyakit."

Yola sontak berbalik kaget. "Penyakit apa? Jangan nakutin!" alisnya bertaut serius juga cemas.

Viran tersenyum. "Bucin. Mulai akut, sayang." jawabnya lalu tertawa pelan. "Ga keren bangetkan? Kenapa kamu cantik, seksi, lucu, pokoknya segalanya! Ga bisa rasanya buat ga bucin." keluhnya pura-pura tak sanggup lagi dengan segala yang ada pada Yola.

Aura Yola sontak menghitam, menatap Viran tajam walau tak bisa di bohongi kedua pipinya memerah. Cukup tersipu dan berdebar.

Viran berdehem pelan saat melihat wajah Yola yang tidak bersahabat. "Sini, cium. Jangan marah." pinta Viran. "tapi yang tadi jujur kok. Suami kamu yang dulunya musuh terus sahabat kamu jadi bucin ke kamu." lanjutnya.

Yola terpaksa mendekat dengan masih memasang wajahnya tidak bersahabat.

Viran menyambut dengan senyuman dan mendekatkan wajahnya untuk mencium Yola yang kecanduan ciuman itu.

Viran suka ngidam Yola. Sungguh menguntungkannya.

Makasih, dede.

***


Viran mengecup bahu polos Yola dengan jemari memainkan tali kecil gaun tidurnya yang tipis itu.

"Prediksi dokter sebulan lebih seminggu. Sebentar lagi. Jujur aja, takut." ujar Yola lalu mengubah posisi menjadi berhadapan dengan Viran.

Padahal Viran tengah asyik mengundang Yola untuk melayang terbang hingga ke puncak malam ini.

"Inget kata dokter apa? Jangan banyak pikiran." di colek hidung Yola sekilas.

Yola manyun. Sebisa mungkin dia tenang tetap saja kadang kepikiran.

"Kode di cium, hm?" Viran menekan bibir Yola sekilas.

Yola mendengus lalu terlentang. "Ha~ agak sesak kalau gini, tapi bentar mau lurusin pinggang." di usap perutnya sekilas.

Viran menarik gaun tidur Yola untuk melihat perut Yola yang sudah membesar itu, bahkan sesekali Viran pernah melihat gerak sang anak di perut Yola.

"Nendang lagi ga?" Viran mengusap perut yang di rawat baik itu dengan sesekali mendaratkan kecupan.

"Udah tadi, belum lagi."

Viran menatap perut itu dengan senyuman. "Awalnya saling musuhan, sekarang malah udah mau punya anak." kekeh Viran.

Yola ikut terkekeh. "Hasil perang loh ini!" serunya semangat 45 lalu tertawa pelan.

"Dasar gemes!" balas Viran sambil membenamkan wajah di belahan dada Yola.

"Gayanya gemes padahal modus! Lagi maukan? Mentang-mentang libur seminggu." ledek Yola sambil mengacak rambut Viran.

"Seminggu itu ujian berat. Kamu makin seksi, sayang." gumam Viran di belahan dada.

"Dede lagi bobo." usil Yola sambil memainkan telinga Viran.

"Biar ayah ketuk, bangunin biar nendang." kekeh Viran.

Yola sontak memekik geli, dia belum terbiasa mendengar Viran memanggil dirinya sendiri dengan sebutan ayah.

"Ihhh! Geli-geli!" tawa pun terdengar.

"Ada yang lebih geli, nih!" Viran mencium leher Yola sambil menggelitik ketiak Yola gemas.

Yola tertawa kencang sampai menjerit meminta berhenti. Setelah berhenti barulah mereka melakukan hal yang menghasilkan desahan.

Genting (TAMAT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang