16. Tidak Murni

44.6K 2.3K 57
                                    


    Viran mengulum senyum gelinya sambil terus mengintip Yola yang terus berpaling, terisak pelan. Di raih pinggangnya agak dipaksa.

Di bingkai leher Yola, diusap pelan. "Jelasin, kenapa?" tanyanya.

Yola tetap memalingkan wajahnya marah, kedua matanya terus basah.

Viran mengecup pipi basah itu lalu menarik Yola ke dalam dekapan menenangkan. Viran mengusap punggung Yola yang bergetar, tangisnya semakin terdengar.

"Gue kesel hiks lo bertingkah nyebelin hiks!" di pukul dada bidang Viran saking kesalnya.

"Hmm.. Maaf."

"Tuh-tuh-tuh! Lo nambah nyebelin! Ga tulus gitu hiks.." Yola melepas pelukan Viran agak menyentaknya.

Viran berdecak agak sebal, bukankah dia memang begini kalau merespon dalam keadaan apapun dan bagaimana pun.

"Ngapain ngedecak gitu! Gue yang harusnya kesel hiks! Lo ambil virgin gue hiks terus seenaknya bertingkah seolah ga ada yang terjadi!" amuk Yola berderai air mata.

Viran menghela nafas pelan, Yola lagi-lagi salah paham. Di jelaskan pun percumakan karena tidak akan masuk.

"Jalan aja gue ga nyaman hiks lo dengan cueknya ga bantu hiks lo seolah lepas tanggung jawab hiks.." Yola menjauh, dia butuh ruang sendiri.

Viran menyusul, menggendong Yola tanpa izin. Yola yang terkesiap kini mendelik marah.

"Telat! Turunin hiks!"

Viran tuli, dia membawa Yola ke kamar. Sesampainya di sana Viran menggulingkan tubuhnya ke kasur membuat Yola terbawa dan terguling hingga mendarat di atas tubuh Viran.

Yola semakin judes, mata bengkaknya menatap Viran semakin marah.

Viran mendekatkan bibirnya ke telinga Yola. "Maaf. Dan makasih untuk yang semalem maupun tadi pagi." Viran benar-benar tulus mengucapkannya.

Yola yang terlanjur marah itu hendak beranjak namun pelukan Viran begitu kuat.

"Maaf udah langgar kesepakatan." lanjut Viran.

Yola menghembuskan nafas pasrah, menyeka air matanya ke kemeja kusut Viran. "Lebih baik lepas, lo beliin gue obat pencegah keham—"

"Ngapain? Ngeringin rahim." potong Viran.

Yola sontak melotot, dia kembali marah dengan kecuekan Viran. "Gue bisa hamil bego!" amuknya di depan wajah tampan itu.

Viran meremas gemas pantat berisi itu sebagai balasan semprotan Yola. "Ga akan jadi, cuma sekali." balasnya.

Yola semakin tersulut. "Lebih!" geramnya.

"Lo ga lagi subur."

Yola diam, mulai menghitung. Benarkah? Apa Viran tidak salah menghitung? Untuk soal haid jelas Viran paham, Viran pernah pacaran dengan bidan cantik yang pastinya tahu soal itu. Viran jago menghitung semenjak pacaran dengan bidan itu.

"Tapi jaga-jaga harus!" Yola begitu terlihat keras kepala.

Viran memejamkan mata malas. "Beli sendiri, gue capek. Pinggang sakit karena gue aja yang gerak." balasnya.

Yola bersemu antara malu dan kesal. Yola memutuskan menggigit bahu Viran sebagai luapan emosinya.

***

Viran menepuk sebelahnya yang kosong. "Masih sakit?" tanyanya sambil sebelah tangan terulur menyambut Yola.

Yola hanya menampar jemari itu lalu duduk di samping Viran. "Menurut lo?!" balasnya sewot.

Viran tidak merespon, dia merangkul Yola dan kembali menikmati film action di depannya. Berbeda dengan Yola, fokusnya terpecah belah.

"Jadi, gue ga perawan nih sekarang?"

Viran hanya melirik, tidak perlu di jawab karena Yola tahu jawabannya.

Yola menghela nafas, menyandarkan kepalanya ke lengan Viran.

"Cowok masalahin soal perawan ga sih? Tapikan ntar kalau gue cerai sama lo gue jadi janda. Masih laku sih."

Viran menggigit telinga Yola. "Nikah juga belum." bisiknya lalu meniup telinganya sekilas.

"Ck! Tetep aja harus di pikirin walau setiap rencana selalu meleset." omel Yola.

Viran malah asik mengendus wangi leher Yola, semenjak malam panas entah kenapa Viran selalu ingin lagi.

Celotehan Yola berhenti saat Viran menggigit pelan lehernya. Yola menjauh cepat.

"Ga lagi! Masih sakit!" raungnya ngegas dan agak ngeri membayangkan mereka melakukan lagi.

Tubuh Yola bisa rontok.

Viran tersenyum samar. "Gue tahu, sini." di tarik pelan lengan Yola agar kembali ke tempat semula.

Yola memicing curiga. "Gue ga bohong, masih ngilu. Lo tahu, kayak luka basah di tambah luka lagi. Perih." wajahnya di pasang memelas.

Viran mengecup kening Yola. "Lain kali bilang kalau gue kekencengan." balasnya sambil merangkul Yola.

"Gue udah jerit-jerit lo tetep gerak tuh, mana cepet." sindirnya.

"Itu akhir, mau lepas, tanggung."

Yola mendengus. Keduanya pun diam, sibuk dengan pikiran masing-masing.

"Ada ga sih persahabatan yang kayak kita?" celetuk Yola.

Viran menyandarkan kepalanya ke kepala Yola. "Banyak, mungkin." banyak yang terjebak dalam kata sahabat, sampai bingung rasa yang di rasain ini sayang ke sahabat atau lawan jenis.

"Persahabatan kita udah ga murni, lo sadar ga?"

Viran hanya mengangguk, dia bahkan merasa dari awal memang sudah tidak murni.

Viran hanya mengangguk, dia bahkan merasa dari awal memang sudah tidak murni

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Genting (TAMAT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang