30. Main Malam

35.9K 1.8K 158
                                    

        Yola terus berceloteh tentang apapun yang ingin dia cicipi dan beli saat nanti sampai di alun-alun kota. Viran masih diam, kadang mendengarkan kadang tidak.

"Nah, sampee!" Yola bergegas membuka sabuk pengaman agak tidak sabaran.

Viran melepas juga sabuknya, menarik Yola agar jangan dulu keluar.

"Kenapa?" Yola menatukan alis.

"Tuh." Viran menunjuk belakang Yola pakai dagu.

Yola pun menoleh dan ternyata ada motor yang melintas.

"Makanya liat-liat dulu." Viran menjitak kening Yola hingga meringis lalu dia pun turun.

"Sakit." Yola mengusap keningnya lalu turun dari mobil dengan sebal.

Viran mengamati sekitar sambil menunggu Yola menghampirinya. Ternyata malam ini cukup ramai, banyak anak muda hingga dewasa sedang membeli makanan dan ada yang mengantri.

"Mau beli apa dulu?" Yola berdiri di samping Viran.

Viran meraih jemari Yola untuk dia genggam. "Kamu mau kemana?" tanyanya balik, Viran memang sedang tidak ingin membeli apapun.

"Eum.. Mungkin ayam geprek cabe ijo." tunjuknya pada grobak yang cukup ramai itu.

"Emang boleh?" Viran menatap Yola datar.

"Ha? Boleh dong, diakan jualan." jawabnya dengan menatap Viran aneh, pertanyaannya tak masuk akal Yola.

"Ck! Lo hamil, boleh pedes?" jelasnya agak kesal.

"Oh makanya yang jelas kalo ngomong! Bikin salah paham." gerutunya.

"Jadi boleh apa engga?!" Viran jadi kesal.

"Ck! Boleh asal masih wajar!" jawabnya sama kesal.

Viran pun menuntun Yola, jangan sampai keduanya malah cek-cok di pinggir jalan.

"Kamu mau?" Yola menatap Viran sebelum pesan.

"Hm.."

Yola melepaskan genggaman tangannya, dia kini sibuk berbincang dengan pedagang yang terlihat muda itu.

Viran mendengus remeh saat melihat senyum anak muda itu saat menyambut pesanan Yola.

"Cepet, sayang." Viran menegur.

Yola menoleh agak kaget namun buru-buru kembali menjelaskan. "— udah segitu aja, nanti saya ambil ya mas.." terangnya.

"Oke, mba." balasnya ramah.

Yola menghampiri Viran lalu menepuk lengannya pelan. "Lo apa sih! Malu tahu!" sebalnya sambil menyeret Viran menjauh.

Viran datar-datar saja.

"Beli apa lagi, minuman mau apa?" Yola menatap Viran yang terlihat malas itu.

"Samain."

Yola menghela nafas. "Seterpaksa itu? Yaudah pulang aja!" Yola membalikan badan namun naas, dia malah bertabrakan dengan beberapa orang.

"Hati-hati dong, mba." tegur korban.

"Maaf.." Yola yang sedang menahan tangis jelas suaranya terdengar parau.

Viran menghela nafas, ternyata Yola sangat sensitif. Bukankah dari dulu dia memang begini?

Viran merangkul Yola walau pada akhirnya di tepis dan Yola kembali mengayunkan langkah menuju mobil.

Viran mengikuti, memastikan Yola sampai di mobil.

"Aku ambil dulu pesenan." di usap rambut Yola sekilas.

Yola masih diam dengan air mata berjatuhan, sesensitif itu dia sekarang.

Tak lama Viran datang dengan pesanan dan minuman yang asal dia beli itu.

Viran menyimpan semuanya di jok belakang. "Sini.." di tarik pelan lengan Yola walau masih enggan. "sayang.." panggilnya lembut.

Yola mendelik galak dengan kedua mata basahnya itu. Geli sekali panggilan Viran.

"Maaf, hm? Kita makan di sini terus nanti keluar."

Yola menautkan alis, kenapa Viran jadi selembut ini?

"Kita makan." Viran kembali membawa makanan yang di belinya.

"Kalau terpaksa bilang." Yola masih menekuk wajahnya.

"Emang gini dari dulu." Viran malas sebenarnya membahas, takut salah lagi.

"Gue lagi sensitif! Lo harusnya ngerti!" suaranya bergetar cengeng.

Viran menghela nafas. "Hm.. Maaf.. Jangan lo-gue." tegurnya.

"Gue marah!"

"Iya, maaf." Viran meraih tengkuk Yola dan mengecup kilat bibir lalu keningnya. "Jangan nangis, abis ini kita jalan lagi." lanjutnya mencoba selembut mungkin.

***

Yola dan Viran terdampar di bioskop car yang begitu banyak pengunjungnya hari ini. Yola begitu ingin ke sini, maka Viran menuruti keinginannya.

"Kalau jalan-jalan dingin, enak nontonkan?" celetuk Yola sambil sibuk memakan popcorn.

Viran hanya mengangguk, mengusap jemari Yola yang ada di genggamannya. Tak lupa, menerima suapan Yola.

Keduanya terlihat menikmati dan fokus pada layar besar yang menayangkan film barat itu.

"Romantis." ucap Yola memecahkan keheningan antara dia dan Viran.

Viran menatap Yola, sudah agak bosan dengan film yang sedang di putar. "Nda.." Yola menoleh. "Main malem yuk." lanjutnya.

"Hm? Ini lagi main.." Yola mengerjap polos.

Viran menghela nafas. "Seks, sayangku." gemasnya di akhir.

Yola terbatuk sesaat. "Ha? Kapan?" tanyanya pelan.

Viran mengusap lengan Yola. "Di sini, yuk? Kita paling belakang, pojok lagi." jawabnya dengan pandangan mulai menggelap.

Yola mengamati sekitar, memang cukup aman. "Jangan lama." pintanya.

Viran tidak menjawab, dia mulai mengatur jok yang didudukinya. "Sini." di tepuk pahanya sekilas, meminta Yola untuk duduk di pangkuannya.

Yola menyimpan cemilannya, Viran membantunya berpindah.

Viran pun menyambut Yola dengan menyatukan bibir, mengusap lengan Yola dengan semakin memperdalam ciumannya.

Yola membingkai rahang Viran, membalas ciumannya tak kalah menggebu. Yola pun sedang ingin dan rasanya tertantang untuk melakukannya di sini.

 Yola pun sedang ingin dan rasanya tertantang untuk melakukannya di sini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Genting (TAMAT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang