8. Ayo Nikah!

38.6K 2.6K 30
                                    

Yola membuka matanya perlahan, sebelah pipinya terasa sakit dan yang lebih parah itu peningnya. Kepala Yola begitu berdenyut tak biasa.

"Hiks.." Yola terisak pelan, mengabaikan orang-orang di sampingnya.

Viran hanya menatap lekat, membiarkan papa Yola yang lebih dulu menyapa putri semata wayangnya yang kecelakaan.

Kepala Yola di perban walau selamatnya tidak perlu dapat jahitan, pipi kirinya agak memar karena benturan dengan stir. Tangan kirinya juga mengalami benturan hingga keseleo.

Viran menghela nafas, tangannya terkepal emosi karena semua pasti ulahnya. Ulah dia yang memerintahkan seseorang untuk menjaga dan mengawasi Yola.

Viran cukup lega Yola sadar setelah 3 jam pingsan, langkah pun terayun meninggalkan ruangan yang di isi suster, dokter beserta papa Yola.

Viran harus melampiaskan emosinya dulu agar tidak menumpuk dan lama-lama meledak tidak terkendali.

***

Yola menerima suapan apel dari papanya, terlihat senang bermanja-manja hingga pintu ruangan terbuka.

"Nah, udah ada mantu. Gantian jaga, papa pulang sebentar abis itu ke sini lagi."

"Yah.. Padahal maunya sama papa." Yola mendelik marah pada Viran yang tidak ada saat dia bangun.

Sudah 10 jam dia sadar dan Viran baru ke sini, padahal yang dia teleponkan Viran. Katanya sahabat, mau nikah juga tapi kok gitu.

Papanya dan Viran berbincang sebentar lalu papanya pergi setelah mengecup kening Yola di selipi doa agar cepat sembuh.

"Masih pening?"

Yola lebih fokus ke jemari Viran yang di perban." Lo kenapa?" di tarik lengannya lalu memaksa untuk membuka perban asal lilit itu.

Darah mengering menyambut, merah juga. Seperti memukul tembok atau orang?

"Emosi dikit."

"Lo pukul orang?" amuk Yola.

"Hm."

Yola melepaskan lengan Viran kesal. "Lo lebih milih pukul orang di banding temenin gue atau jengukin gue di sini!" ketusnya.

Viran mendekatkan sepotong apel ke bibir Yola yang agak pucat. Yola jelas menolak, masih tidak habis pikir dengan pemikiran Viran yang malah sudahlah!

Viran menyimpan apel itu ke piring lagi. "Gue bahaya kalau mendem emosi, mau lo jadi sasaran gue marah?" di tatap Yola yang masih enggan menatapnya.

"Lo marah kenapa? Bukannya khawatir malah emosi ga jelas." bibir Yola tekuk semakin sebal. "Gue masih sahabat lo bukan sih?" lanjutnya semakin sebal.

"Yang ikutin lo, anak buah gue."

Yola meluruskan wajahnya yang dia tekuk bete. "Ha? Yang sebelum kecelakaan itu? Yang ada orang ikutin gue itu suruhan lo? Buat apa? Kok ga bilang? Serem tahu!" bawelnya.

"Buat jaga lo dan begonya mereka ga hati-hati, kesannya kayak penguntit jahat."

"Tunggu-tunggu!" Yola kembali meraih jemari Viran. "Jadi luka ini karena lo pukul mereka yang- kenapa harus pukul mereka sih?! Lo yang salah di sini!" amuknya.

Genting (TAMAT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang