37. Viran Cemburu dan Yola Marah

26.7K 1.8K 98
                                    

       Yola masih mogok bicara, dia hanya masih tidak percaya kalau suami dan mendiang papanya bekerja sama membuatnya patah hati bahkan sampai putus asa saat itu.

Yola merasa di permainkan. Dia merasa kalau rasa sakitnya tidak di pedulikan, walau alasannya baik tetap saja Yola masih tidak bisa sepenuhnya menerima.

Entahlah, pokoknya Yola masih ingin marah.

Biarin Yola marah ya, pa.

Viran meraih lengan Yola. "Dengerin dulu, hm? Sayang hey.. Nda!!" suaranya terdengar putus asa plus frustasi.

Viran tidak masalah kalau Yola marah karena itu sangat wajar tapi dengan mengajak Gino ketemuan jelas Viran tidak akan tinggal diam.

"Mau ngapain sih ajak dia ketemuan? Gino sampai terbang buat—"

"Ga usah ikut campur!" Yola menepis cekalan Viran lalu melanjutkan kegiatannya memilih pakaian untuk ketemuan dengan mantan!

Viran yang jengkel dan cemburu langsung saja mengangkat tubuh Yola tanpa izin, membawanya masuk ke kamar lain.

"Lepas ga! Lepassss!" Yola menggigit bahu Viran marah.

Viran yang kuat dalam segala hal jelas saja tidak goyah sampai dia berhasil menurunkan Yola di kasur tamu lalu bergegas mengunci pintu.

"Aku kurung!" tegas Viran dengan berusaha mengatur kekesalannya.

Niat awal ingin jujur karena tidak ingin ada rahasia lagi dan juga dia cukup khawatir Gino yang akan memberitahunya, Yola pasti akan lebih marah.

"Siniin!" Yola berusaha meraih kunci di tangan Viran namun dengan gesit dan marah Viran pun melemparnya ke luar jendela saking jengkel karena Yola terus menolaknya bahkan seolah tidak mau berduaan lagi.

Ingat? Viran sedang cemburu, sangat-sangat cemburu. Yola sendiri yang mengajak Gino ketemuan.

Yola melotot. "Lo gila! Kita ga bisa kel—"

Viran mendorong Yola dengan menahan kedua tangannya lalu merebahkannya ke kasur dengan susah payah dan mengukungnya.

"Nda, denger. Bisa ga ga usah—"

"Lo kasar! Sakit." Yola menatap lengannya yang ada di samping kepala yang kini Viran cengkram kuat.

Viran yang sadar jelas mengurangi tenaganya. "Makanya nurut, sayang. Ngapain malah ajak ketemuan sama dia, mau selingkuh, hm?" Viran terlihat frustasi.

"Dari awal kita emang harusnya ga usah nikah! Kesalahan karena—"

"Jelas bukan kesalahan!" potong Viran dengan geram, rahangnya sampai mengetat. "Kita sama-sama sadar, kita sama-sama mau!" tegasnya penuh penekanan.

"Bayi kita pasti sedih dengernya, dia di anggap kesalahan!" sambung Viran dengan nafas agak memburu emosi.

Tatapan Yola meredup, bukan itu maksudnya.

"Gue yang usulin ke papa waktu itu, gue yang salah di sini. Marah sepuas lo." Viran yang tidak ingin amarah yang mengendalikannya pun beranjak.

Yola menatap Viran sendu, mendengar lo-gue lagi dari mulut Viran rasanya tidak suka dan tidak membuatnya nyaman.

Viran membuka jendela, dia lompat ke lantai satu yang tidak terlalu tinggi itu dengan mudah dan tanpa ragu-ragu. Jangan lupa kalau dia itu mantan ketua gangster, bela diri dan tubuhnya sudah di atur kuat, handal.

Yola terisak pelan setelah dia agak terkesiap karena melihat Viran lompat begitu saja tanpa berpikir dua kali.

Tak lama suara seseorang membuka pintu terdengar, hingga suara klik mengakhiri. Tak ada yang masuk, Yola yakin kalau itu Viran dan suaminya itu hanya membuka pintu saja.

Yola kembali terisak, dia yang ingin marah kenapa jadi Viran yang marah?

Yola membekap mulutnya saat merasakan mual, kepalanya juga pening karena cukup lama dia menangis.

Yola pun memutuskan beranjak dari duduknya dan melangkah meninggalkan kamar. Pintu terbuka dan dia terkesiap.

Viran berdiri di ambang pintu. Apa sudah lama? tanya Yola dalam hati.

Viran mengulurkan dua tangannya untuk membingkai wajah Yola. "Nangis, hm?" tanyanya sambil menyeka sedikit jejak yang tersisa.

Yola hendak menepis namun Viran lebih dulu menyatukan bibir, memagutnya perlahan namun pasti.

Yola diam, tidak menolak atau menerima matanya pun perlahan terpejam. Mencoba mengatur perasaannya yang campur aduk, apa efek hamil?

Yola ingin marah lagi tapi dia juga ingin di sentuh lebih. Tidak konsisten sekali. Yola bahkan sampai lupa membalas pesan Gino soal tempat pastinya di mana mereka akan bertemu.

Viran kembali menuntun Yola ke dalam kamar tamu tanpa melepaskan pagutan, justru Viran semakin menuntut dan Yola perlahan mulai membalas.

Kemarahan, pertengkarannya siapa tahu berakhir dengan hanya bercinta. Viran berharap begitu.

"Eugh.." Yola melenguh saat punggungnya menyentuh kasur dan saat itu juga remasan di suatu tempat dia rasakan.

Nafasnya semakin menipis tapi Viran tidak kunjung melepasnya, kepalanya sibuk ke kiri dan ke kanan sesekali.

Yola meremas pakaian Viran lalu menepuk dadanya untuk berhenti, dia hampir kehabisan nafas.

Viran melepaskan pagutan, keduanya saling melahap rakus udara. Wajah keduanya berhadapan begitu pun tatapannya.

Viran mendekat lagi, kali ini menyambar leher dan

Viran mendekat lagi, kali ini menyambar leher dan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Genting (TAMAT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang