7. Kepanikan Viran

43.7K 2.6K 28
                                    

      Yola terjaga saat Viran bergerak di sisinya, ternyata mereka masih berada di kasur yang sama. Yola mendengus samar, padahal semalam dia menyuruh Viran pindah ke kamarnya dan membiarkan dia tidur di kamar tamu.

"Lo ga perkosa guekan?" ceplos Yola dengan suara serak khas bangun tidur dan mata masih setengah terpejam

Viran tidak menjawab, dia meregangkan otot lalu merangkak mendekati Yola. Menyatukan bibir sekilas.

"Mau gue perkosa?" bisiknya di depan bibir Yola yang tidak tebal tidak juga tipis, terlihat cantik dan agak membentuk love.

Cocok untuk iklan lipstik.

"Hm? Mau gue cincang?" balas Yola dan setelahnya menyingkirkan Viran hingga terhempas ke sampingnya.

Yola merapihkan gaun tidurnya yang tidak rapih, melirik Viran agak curiga. Kenapa juga banyak tanda merah di bahunya.

"Kenapa? Mandi bareng?" tanya Viran yang kini memandang Yola santai, menjadikan dua lengannya sebagai bantal.

Yola kembali mengayunkan langkah dengan agak sebal. Selalu saja Viran ada cara menggagalkan dia untuk tidak memakai pakaian style sabrina.

Masa dia harus memakai setelan kantor saat ke mall!

***

Viran mengecup puncak kepala Yola yang selama perjalanan manyun itu.

"Gue minta turun di depan pertigaan bukan depan kantor!" geram Yola saat sadar.

"Semua tahu soal kita, aneh kalau lo turun di sana." Viran pun memutuskan turun dari mobil lebih dulu.

Yola terpaksa turun, tidak ada waktu lagi untuk berdebat. Mana masih ngantuk, mereka tidur hanya 3 jam.

Yola menahan nafas saat melihat Gino baru turun dari mobilnya dan tidak sengaja mereka bertemu pandang.

Setegar apapun, seikhlas apapun dia merelakan hubungannya dengan Gino. Rasanya tetap saja, ada sisa sayang yang tidak sepenuhnya hilang.

"Ketemu di kantin nanti, sayang." Viran mengecup bibir Yola sekilas dengan berani, mengabaikan beberapa pasang mata yang baru datang.

Gino berpaling lalu mengayunkan langkah tanpa menyapa ramah sebagai rekan kerja.

Yola menghela nafas, membuat Viran yang hendak berlalu pun urung.

"Jangan bilang lo masih—"

Yola mengusap rahang Viran sekilas agar berhenti membahas lalu berlalu lebih dulu.

***

"Bikin iri sih kamu mba, mas Viran seberani itu kecup mba di depan umum." Halisah berdiri di samping Yola yang sama, sedang memfotocopy beberapa materi meeting.

"Emang ga punya urat malu aja dia." balas Yola malas.

"Mba Yola?"

Yola dan Halisah menoleh ke ambang pintu.

"Di panggil atasan, mba."

"Sekarang?"

"Iya."

Yola menatap Halisah. "Titip ga papa?" tanyanya tak enak.

Genting (TAMAT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang