45. Suka Cium

20.8K 1.8K 113
                                    

      Viran menghampiri Yola yang tengah bersantai di sofa yang ada di ruang kerjanya lalu rebahan di samping Yola sambil memeluknya gemas. Sepanjang hari mulut bumil itu terus saja mengunyah.

"Ihhh minggir sempit!" Yola berdecak sebal sambil memeluk erat cemilannya.

Viran menjilat pipi Yola membuat si empunya melotot lalu memukul lengan bisep Viran yang di balut kemeja hitam.

"Jorok!" sebal Yola sambil mengusap pipinya yang agak basah.

Viran menggigit bahu Yola jahil. Lucu melihat wajah kesal Yola yang seperti hendak menangis.

"Sayang diem!" geram Yola dengan mata melotot.

Viran mengulum senyum, barulah dia diam kalau kodenya sudah di ucapkan. Kini tangannya yang berulah, mengusap perut Yola memutar.

Yola menghela nafas, kalau sudah tangan yang bertindak dia tidak bisa menegur.

Viran menghela nafas berat, terdengar kelelahan bahkan matanya kini terpejam di antara bantalan dan bahu Yola.

"Capek?" Yola mengusap rambut Viran sekilas lalu kembali ngemil.

Suara kunyahan Yola malah terdengar menenangkan. "Hm.. Meeting dua kali hari ini."  jawab Viran tanpa mengubah posisi.

Yola menahan lengan Viran yang jemarinya mulai masuk ke dalam dress sipon yang naik hingga hampir ke selangkangan itu.

"Katanya capek."

Viran tersenyum samar lalu membuka mata. "Manjain dong. Sayang-sayang suaminya, bunda." di kecup bahu Yola sekilas.

Yola menutup cemilannya. "Sini." balasnya santai setelah menyimpan cemilan dan membersihkan tangan.

Viran pun masuk ke dalam pelukan Yola, membiarkan beban kepalanya tumpah di dada yang empuk itu.

"Ini nanti isi ASI?" tanya Viran dengan mata terpejam. Usapan Yola di kepalanya sungguh mengundangnya untuk terlelap.

"Ada yang iya ada yang engga." jawab Yola sambil menyisir rambut Viran dan mengendusnya di akhiri kecupan.

"Cek dulu." Viran membelah pakaian Yola.

Yola menepisnya. "Ck! Tidur!" tegasnya.

***

"Makan dulu." sambut Yola saat Viran baru saja membuka mata.

"Jam berapa?" tanya Viran dengan suara seraknya.

"Kamu bisa liat langsung, tuh." tunjuk Yola pada dinding di belakang Viran.

Viran pun mengerjapkan matanya lalu mengusap muka bantalnya. "Kenapa ga bangunin? Meeting—"

"Sekertaris udah ubah jadwal, sayang." potong Yola kalem.

Viran pun tidak bersuara lagi, dia sibuk merapihkan rambut dan wajahnya. "Cuci muka dulu." pamitnya dengan jalan agak sempoyongan.

Tak lama Viran datang, duduk di samping Yola setelah mengecup puncak kepalanya sekilas.

"Kenapa ga makan duluan?" tanyanya sambil mengusap dan mengecup perut Yola sekilas.

"Udah, ini mau yang kedua." Yola melempar cengiran.

Viran mangut-mangut. "Good, bunda." balasnya sambil mulai meliarkan tatapan mencari lauk pauk yang ingin dia makan dulu.

"Maunya mama." celetuk Yola cepat dan agak salah tingkah. Yola masih merasa geli, sungguh tidak dewasa sekali.

Viran melirik Yola sekilas. "Bunda aja." responnya kalem.

"Kenapa?"

Viran kembali menatap Yola. "Kamu lupa, sayang?" tanyanya.

"Ha?"

"Kamu pernah bilang lucu ya kalau gue di panggil bunda. Ucapan adalah do'a. Jadi, jawaban selain do'a mungkin lucu." jelas Viran lalu memulai makan.

"Oh aku lucu." Yola mangut-mangut dengan melirik Viran menyebalkan dan usil.

Viran menelan kunyahannya. "Seksi juga." tambahnya lalu kembali makan.

"Cantik ga?" Yola mengerjapkan matanya so lucu.

"Banget." singkat Viran acuh tak acuh saking sibuk dengan makannya.

Yola menggigit sumpitnya dengan agak tersipu. "Cium dulu." bibirnya manyun ke arah Viran.

Viran mengecupnya asal walau mulut penuh makanan.

***

"Hai, apa kabar?"

Viran dan Yola menghentikan langkahnya. Yola menautkan alis karena tidak tahu siapa perempuan agak terbuka itu.

Viran pun diam karena merasa tidak kenal?

"Gue Calista, kita ketemu di bar waktu beberapa tahun lalu bahkan tahun lalu waktu party kita—" di tatapnya Yola dengan canggung, terlalu semangat sampai lupa wanita di samping Viran.

Viran melirik Yola dengan tenang.

"Ngapain?" tantang Yola dengan galak. Ini bukan kali pertama ada perempuan yang menghampiri mereka dan so akrab pada Viran.

"Ki-kita itu.." Calista melirik Viran yang adem ayem. "ah kayaknya salah orang deh." kekehnya canggung.

Wajah Yola begitu galak, Calista belum siap rambut sambungnya di jambak. Bisa kabur pelanggannya.

Setelah kepergian Calista, Yola menatap Viran sinis. "Banyak banget ceweknya!" sebal Yola dengan menekuk wajah tak bersahabat.

"Ga sampe ML, sayang. Cuma ngobrol doang." bela Viran malas-malasan.

"Aku marah." Yola memalingkan wajah.

"Kok lucu marahnya? Pake ngaku marah segala." di cubit pipi Yola hingga berbekas walau tak ketara. "Nda, serius. Cuma ngobrol doang. Mereka ga sepenting kamu dan anak kita jadi jangan di pikirin, mereka masa lalu." lanjutnya.

"Cium kalau gitu!" sewot Yola dengan bibir kini manyun.

Viran tertawa pelan. "Serius? Kita di lobi, Nda." gemasnya. "Kenapa suka cium sih sekarang?" gemasnya lagi.

"Ga suka?"

"Suka, bunda. Sini, cium dulu." Viran membingkai wajah Yola namun Yola menolak karena di lobi ternyata banyak orang.

"Nanti di mobil!" di seret Viran untuk meninggalkan kantor. "Yang banyak pokoknya." tegasnya.

Astaga! Viran menyentuh dadanya yang berdebar. Kenapa dia jadi bucin begini? Tidak gagah sekali!


Genting (TAMAT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang