44. Mood Pasang Surut.

19.3K 1.6K 80
                                    

"Surprise!" Viran mengangsurkan kotak perhiasan itu di meja makan.

Yola membersihkan mulutnya sambil melirik kotak itu dengan memicing serius. "Beli apa? Kamu tahukan kalau aku kurang suka perhiasan." tangannya tetap terulur meraih kotak itu dan membukanya.

Viran merasa bodoh, harusnya dia membelikan Yola tas mewah. Jadi kejutannya gagal lagi? Ahh memang dia tidak cocok soal begini.

"Berapa harganya?" Yola memasang wajah serius.

Viran menghela nafas pelan, bau-baunya Yola akan kembali marah. "Ada di bawahnya, kotaknya gratis." jelasnya gugup walau tidak ketara.

Yola membuka surat itu lalu menatap Viran marah. "Ini harganya 3 tas mahal gue! Udah tahu gue ga suka perhiasan! Kenapa kejutannya kalung sih? Mana bisa gue jual lagi, ini pemberian lo pertama kali!" omelnya tidak berjeda.

Viran menghela nafas. "Jual aja, Nda. Ga usah ribet." balasnya malas.

"Oh jadi gue ribet?" emosi Yola sambil menyimpan kotak berisi berlian itu dengan agak kasar.

Viran menghela nafas kan salah lagi. "Gini, sayang."

"Ga usah sayang-sayang!" sewot Yola.

"Oke, jangan marah dulu bunda."

"GA USAH BUNDA-BUNDA!" raung Yola refleks saking geli.

Viran mendatarkan wajahnya. "Terserah, aku udah berusaha nyenengin kamu, udah ngalah tapi emosi kamu emang ga bisa aku tanganin. Aku nyerah." pasrahnya sambil beranjak.

Viran tidak tahu harus bagaimana lagi merespon emosi Yola dan segala tingkah serba salahnya.

"Kok gitu.." suara Yola bergetar lalu melirik si mewah yang Yola kurang suka itu dan mengambilnya.

Yola mengatur nafasnya, menahan diri untuk tidak menangis. Di raih kalung berlian itu, simple namun harganya membuat Yola ngeri sendiri.

Yola menggenggamnya, kenapa juga dia harus emosi? Jelas Viran marah karena usahanya untuk memberi kejutan dia kacaukan.

Sekalipun tidak suka harusnya dia tetap menerima. Niat Viran ingin memberi kejutan saja sudah membuatnya bahagia. Hal itu menjadi perubahan di hubungannya yang monoton bagai sahabat yang bedanya bisa naik ke atas ranjang.

Yola beranjak menyusul Viran yang ternyata sedang duduk di pinggiran kasur sambil melepas atasannya.

"Sayang.." Yola memanggil lirih agak bergetar.

Jelas saja Viran menoleh menatap Yola yang suka rela memanggilnya sayang. Viran tetap diam walau Yola kini sudah duduk di pahanya dan nemplok begitu saja dengan wajah terbenam di leher Viran.

"Nyebelin banget ya pasti? Padahal udah siapin mental buat kejutan." bisik Yola dengan sesekali menghirup wangi Viran.

"Tu tahu." singkat Viran tanpa membalas pelukan Yola sebagai ungkapan kesalnya.

"Ga tahu kenapa bawaannya pengen marah, kalau ada yang ga sesuai rasanya kesel." jujur Yola sambil membuat jarak agar bisa menatap Viran.

Viran menghela nafas dan hanya menatap Yola yang mengeluarkan keluh kesahnya yang kemungkinan karena hormon itu.

Viran pasrah saja saat dadanya di dorong hingga rebahan di kasur. "Aku mau mandi." ujar Viran mengingatkan Yola niat awalnya.

"Bareng aja."

"Yaudah, turun sayang." Viran mengusap lengan Yola dan meremasnya pelan.

"Cium dulu, aku di maafinkan? Hadiahnya aku pake kok." Yola menunjuk lehernya.

***

"Pake dulu handuknya." Viran melilitkan handuk dengan wajah di tekuk kesal.

Yola terkekeh. "Ga tahan ya liat perut buncit, tubuh berisi seksi ini." desahnya di akhir dengan usil.

Viran tidak menjawab, membiarkan Yola dengan pemikirannya sendiri. Dia memilih menekan tombol agar air di dalam bathtub kosong.

Yola mengecup punggung Viran yang menggiurkan itu dengan gemas. "Kapan olah raganya sih?" herannya.

Viran berbalik lalu menyerang leher Yola dengan gemas.

"Ihhhh geli!" Yola terus berusaha mendorong wajah Viran hingga terlepas.

Viran membungkuk dengan bertumpu pada paha. "Olah raga yang enak-enak sama kamu itu ga tentu jadwalnya. Mau tinggal langsung tancap gas." bisik Viran tepat di depan wajah Yola.

Yola dengan nakal melebarkan handuknya. "Sekarang mau ga?" genitnya.

Viran melirik dari atas ke bawah dengan senyum ala predator. Yola tertawa pelan walau sebenarnya merinding dan meremang, dia pun kembali melilitkan handuk.

"Ngeri banget tatapan kamu." kekeh Yola sambil menjitak kening Viran.

Viran mengusap setiap sisi pinggang Yola. "Jangan marah lagi hm? Kita bisa bicarain baik-baik." suara Viran mengalun lembut.

Yola mengangguk. "Aku usahain." jawabnya.

"Makasih, sayang." Viran mengecup ringan bibir Yola lalu memeluknya. "Kita masuk." ajaknya.

Yola pun mengangguk dan mengikuti setiap langkah Viran.

"Mau jalan?" Viran mengusap jemari Yola yang ada di genggamannya.

"Kemana?"

"Kamu maunya kemana?" Viran pun berhenti di depan lemari pakaiannya.

Yola juga sibuk membuka lemarinya. "Kemana ya? Berduaan sama kamu di rumah aja udah oke sih. Kita soalnya berantem mulu, kabur-kaburan." jawabnya sambil meraih beberapa pakaian.

Viran tersenyum. "Lebih bagus. Kita seringin aja jengukin de—"

"Dasar!" Yola memukulkan pakaiannya ke lengan Viran. "Nonton, bukan main uh-ah." lanjutnya gemas lalu terkekeh.

Astaga! Viran sangat suka mood Yola yang ini. Bawaannya ingin selalu tersenyum dan menempel. Jadi makin cinta.

"Sini bumil, cium dulu." Viran menarik wajah Yola lalu mengecup dan menjejalkan lidahnya.

Yola melepas pagutan. "Ihh dasar!" sebalnya.

Viran hanya mengulum senyum lalu memakai pakaiannya.

Genting (TAMAT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang