31. Hangatnya Malam

33.8K 1.9K 61
                                    

     Viran menyambut Yola dengan menyatukan bibir, mengusap lengan Yola dengan semakin memperdalam ciumannya.

Yola membingkai rahang Viran, membalas ciumannya tak kalah menggebu. Yola pun sedang ingin dan rasanya tertantang untuk melakukannya di sini.

"Emh.." lirih Yola saat Viran menjelajah mulutnya, menghisap lidahnya serta mulai mengusap pinggiran CDnya hingga naik ke kedua bukitnya.

Yola mengusap tengkuk Viran, memperdalam ciumannya tak kalah liar. Viran pun melepas pagutan. Keduanya terengah.

"Se-serius di sini?" tanya Yola sambil kembali mengamati sekitar.

Viran mengecup bahu Yola sambil berusaha melepas CDnya dan tak lupa melepas celananya.

"Ketahuan gimana?" Yola mengamati Viran yang mulai melakukan penyatuan. "Engh.. pelan" lirihnya sambil meremas sesaat bahu Viran.

Viran mengecup kilat bibir Yola beberapa kali, sesekali melirik dan memastikan penyatuannya. jok mobil yang sempit ini malah semakin membuat mereka begitu intim.

"Ahh.." lenguh Yola di depan bibir Viran.

Viran kembali mengecup, mengusap punggung Yola naik turun lalu berhenti di pinggangnya yang mulai berisi. Perlahan membantunya naik lalu turun lagi.

Yola meremas bahu Viran, mencoba untuk tidak banyak menyuarakan kenikmatan. Perlahan dia bergerak pelan, takut mobil ikut bergoyang kalau saja kencang.

Yola memeluk leher Viran, mendesah pelan di dekat telinga Viran yang memerah karena gairah itu.

"Emh! Terlalu pelan." bisik Viran dengan suara memberat.

Yola mengatur nafasnya yang mulai terengah. "Takut ketahuan." balasnya mulai gelisah saat Viran agak mempercepat lajunya.

"Mmhh.. Nda.." bisik Viran gemas sendiri, ingin kencang takutnya malah merusak janin kesayangannya.

"Eng.. Pelan." Yola mengatur nafasnya, menegakan duduknya dan berpegang pada jemari Viran.

"Pelan banget." kekeh Viran lalu membalik posisi. "di bawah aja." putusnya sambil mengatur posisi Yola agar nyaman.

Viran tersenyum tipis, menatap wajah Yola yang di penuhi gairah itu. Begitu seksi dan menarik berkali-kali lipat.

"Pelan.." pinta Yola agak melirih manja.

Viran mengecup bibir Yola sebagai jawaban persetujuannya.

Yola kembali melenguh, mendesahkan nama Viran sambil melirik sekitar. Takutnya ada yang mengintip.

Astaga! Gairah mereka kenapa sama-sama meledak di detik ini? Apa tidak bisa nunggu sampai di rumah, tapi justru nikmatnya itu karena menantang.

"Eng.. Ahh.." lenguh Yola di samping rahang Viran yang si empunya sibuk menjelajah lehernya.

Viran berhenti sejenak, membiarkan Yola melepaskan pelepasannya. Di usap peluh yang mulai muncul, di kecup pipi dan bibirnya yang terbuka itu sekilas.

***

Yola membersihkan perutnya dengan tissue lalu merapihkan pakaiannya dengan nafas yang berangsur-angsur normal.

Keduanya saling berpandangan lalu tertawa pelan. Tawa kecil namun tulus dan begitu lepas tanpa beban.

"Orang-orang sadar ga ya?" kekeh Yola sambil merapihkan kaos Viran yang masih terbuka.

Viran mengusap garis hidung Yola sekilas. "Goyang dikit, ga akan sadar mungkin." jawabnya dengan senyum tipis yang tulus.

Yola pun mengulum senyum, menyandarkan kepala ke jok mobil. "Buat apa lanjut nonton, pulang yuk." ajaknya.

Viran yang lelah memilih mengangguk, tadinya ingin mengajak pulang tapi takutnya Yola belum mau. Jangan sampai bertengkar lagi,

Ingat! Yola sensitif.

"Sini.." Viran meraih tengkuk Yola, dia belum berterima kasih dan setelah melumat sejenak bibir Yola dia pun mengecup keningnya. "Makasih." bisiknya di depan wajah Yola.

Yola mengangguk sambil mengulum senyum, kenapa aura malam ini begitu manis. Yola merasa nyaman.

Di perjalanan pun keduanya beberapa kali ngobrol ringan, tertawa pelan saat bernostalgia. 

***

Yola tertawa pelan saat Viran merangkak dan mengukungnya di atas kasur. "Jangan mulai deh! Masa mau lagi." di cubit dagu Viran yang agak kasar karena belum cukuran.

Kumis tipisnya pun Yola usap.

Viran mengecup telapak tangan Yola yang jemarinya nakal itu.

"Suka banget, bikin geli." kekeh Yola.

Selama di mobil dia hampir saja mendesah kalau bibir Viran bermain di lehernya. Sensasinya geli-geli enak.

Viran tidak merespon, dia sibuk mengecup tangan Yola yang masih saja jemarinya terus mengusap kumis tipisnya itu.

"Kamu pake kumis cocok ga ya?" Yola mengamati wajah Viran.

Viran balik menatap Yola. "Mau coba pake kumis? Ntar besok ga cukuran." balasnya kalem lalu merangkak mundur, dia ingin main dengan perut Yola sebelum tidur.

Baru saja Yola akan menjawab namun ciuman di perutnya membuat dia urung. "Ihhh gelii!" pekiknya refleks.

Viran terkekeh samar lalu merangkak naik dan beralih ke samping Yola, kini Yola yang naik ke tubuhnya walau hanya setengah alias menyamping.

"Kok ada ya yang sahabatan kayak kita." Yola berujar geli.

Viran mengangkat bahu acuh.

"Lo cinta gue ga sih? Eh! Kamu cinta aku ga sih?"

"Harus nih di jawab?"

"Ga usah, ga akan percaya." lalu Yola terbahak pelan.

Viran mendengus malas, dia sudah tahu ujungnya. Nasib-nasib.

 Nasib-nasib

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.





Genting (TAMAT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang