Bab 1

2.5K 265 30
                                    

My Innocent Fat Girl
Bab 1


Anggrek jadi tidak suka kepada laki-laki sejak ia mendengar kakak kelas yang dikaguminya menyebutnya "cewek babi" di belakangnya, beberapa bulan yang lalu. Namun, tentu saja ia masih menyukai ayah juga pamannya karena mereka masih ada hubungan darah dengan Anggrek.

Tapi gara-gara Anggrek tidak suka laki-laki, ia jadi kebingungan ketika ada tugas bahasa Inggris sementara kamusnya tertinggal di sekolah dan ia baru teringat sekarang, jam 20.00 malam!

"Pinjam sama Mas Daniel aja, Nggi, dia pasti punya," ujar sang ayah.

Anggrek tahu, tetangganya itu pasti punya, tapi gadis itu tidak mau lagi berhubungan dengan laki-laki jika tidak terpaksa. Lagi pula, seharusnya sang ayah yang kaya raya mempunyai banyak kamus bahasa Inggris di perpustakaan keluarga mereka. Namun, kenyataannya, ayahnya tidak punya! Katanya hilang karena dipinjam teman-temannya. Yang benar saja!

"Ayo sana, Gi, daripada besok dimarahi Bu Lala," ujar ayahnya lagi.

Anggrek menghela napas. Akhirnya ia memutuskan mengunjungi tetangga sebelah rumahnya, Daniel Chandra, dosen berusia 27 tahun yang sangat tampan dan murah senyum.

Lelaki bertubuh tinggi dan berwajah ramah itu membukakan pintu untuk Anggrek.

"Anggi? Ada apa malam-malam ke sini?"

Anggrek berdiri kaku di teras. "Aku... mau pinjam kamus bahasa Inggris. Om Daniel punya?"

Daniel adalah dosen bahasa Jepang, tapi pasti punya kamus bahasa Inggris, kan? Masa nggak punya? pikir Anggrek.

Daniel berdeham. "Kan sudah berapa kali aku bilang, panggil mas, jangan om, aku kan belum tua-tua banget."

Anggi mengerutkan kening. "Tapi om aku seumuran Om Daniel. Jadi aku nggak salah kan panggil Om Daniel."

Daniel tersenyum lebar. "Iya, nggak salah. Kamusnya ada, ayo masuk dulu."

Anggrek menggeleng. "Aku di sini aja, Om."

Daniel mengangguk kemudian masuk ke rumahnya. Tidak berapa lama kemudian, lelaki itu kembali dengan sebuah kamus berwarna hitam di tangannya. "Aku punya lebih dari satu, jadi kamu boleh mengembalikannya kapan pun kamu mau."

Anggrek tersenyum. "Makasih, Om."

"Sama-sama."

Ketika Anggrek berbalik dan hendak kembali ke rumahnya, Daniel memanggilnya. "Ya, Om?"

"Celana kamu kayaknya terlalu pendek, sebaiknya kalau keluar rumah, pakai yang lebih panjang."

Anggrek tersipu, kemudian mengangguk dan segera pergi dari hadapan Daniel. Ia jadi teringat perkataan Alaz, seniornya, yang mengatai kakinya pendek dan gemuk seperti kaki babi, kepada teman-teman satu gengnya.

Pastinya, Daniel juga berpikir begitu. Ah, bukan hanya Daniel, tetapi juga laki-laki lain. Semua sama saja, pikir Anggrek sedih.

*** 

“Nggi, hari ini Papi harus berangkat pagi-pagi soalnya ada meeting, terus karena mobil Papi masih di bengkel, kamu sama Resti mengalah, ya. Mobil kalian Papi pakai dulu jadi kalian nanti berangkat bareng Mas Daniel. Semalam Papi udah telepon Mas Daniel,” terang Eka, sang ayah, setelah menghabiskan kopinya.

“Loh, Pi, tapi...” protes Anggrek.

“Horee! Resti suka banget kalau berangkat bareng sama Mas Daniel!” Di sebelahnya, Resti yang hanya selisih satu tahun dengan Anggrek, bertepuk tangan.

Anggrek menatap ibunya sekilas kemudian menghela napas.

Murni tersenyum seraya mengusap kepala putri sulungnya. “Mami tahu kamu masih trauma sama laki-laki gara-gara Alaz, tapi buat hari ini aja nggak apa-apa kan satu mobil sama Mas Daniel?”

My Innocent Fat Girl by EmeraldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang