Bab 25

971 181 29
                                    

Bab 25

Ketika Anggrek tengah melamun di kamar, seseorang mengetuk pintu dan memanggilnya.

“Anggi, di luar ada temen kamu.”

Anggrek membuka pintu. “Siapa, Bu?

Bu Hafizah menatap wajah kusut Anggrek. “Katanya dia teman kamu, namanya Gathan.”

“Oh.”

“Teman Anggi?”

Anggrek mengangguk. “Iya, teman, ehm, guru les private Anggi. Ya udah Anggi ke depan dulu, Bu.”

“Anggi, makan dulu, ya, kamu dari siang belum makan, kan.”

Anggrek menggeleng. “Nanti aja Bu, belum terlalu lapar.” Lalu tanpa semangat gadis itu melangkah menuju pintu depan yang terbuka. Ia mengerutkan kening melihat Gathan berdiri di teras, dengan kedua tangan di saku jaket. “Ada apa, Bang? Hari ini bukannya nggak ada jadwal les, ya? Atau gue yang lupa?”

“Hari ini libur, kok,” jawab Gathan santai.

“Terus?”

Gathan mengeluarkan tangan dari saku jaketnya. “Ada titipan cilok dari Bu Lilin. Makasih udah bawain makan siang katanya. Gue juga kebagian jatah makan siang. Enak.”

Tiba-tiba, Anggrek teringat kata-kata seorang lelaki yang menabraknya di kampus Daniel tadi siang. Lalu muncul bayangan Windy yang cantik dan bertubuh langsing tengah duduk di sebelah Daniel.

Anggrek tersenyum lesu. Ia mengulurkan tangan untuk menerima sebungkus cilok titipan dari Bu Lilin. “Makasih, ya, padahal nggak usah bawain cilok segala, ngerepotin.”

“Nggak ngerepotin, gue sekalian anter cilok pesenan.”

Anggrek mengangguk. Ia memiringkan kepala dan menatap kosong pada sebungkus cilok di tangannya. “Mungkin ini cilok terakhir yang bakal gue makan.”

“Kenapa? Udah bosen, ya?”

Anggrek mendongak kepada Gathan dan terkekeh. Ia kemudian menggeleng seraya berkata, “Bukan gitu. Gue cuma... mau serius diet.”

Gathan tampak terkejut. “Apa karena gue... suka bilang lo gendut? So-sorry, gue....”

Anggrek tertawa. “Kebiasaan Bang Gathan itu rasa percaya dirinya terlalu tinggi. Tapi nggak apa-apa, bagus, sih.” Anggrek menggeleng. “Udah saatnya gue serius diet, biar bisa pakai baju-baju bagus yang gue pengen tapi ukurannya mini semua.”

Gathan masih menatap Anggrek. “Yakin bukan karena kata-kata gue, lo pengen diet?”

Anggrek teringat pertemuan pertama mereka. Dan hingga sekarang, Gathan masih sering menyebutnya gendut, meskipun tidak pernah lagi mengatainya kudanil. Merasa tidak enak hati, Anggrek hanya mengangkat bahu.

“Gue bener-bener minta maaf. Gue....”

Anggrek menggeleng. “Nggak usah kepedean, Bang Gathan.”

“Kalau gitu...” Gathan menatap Anggrek lekat. “Gue bantu lo diet. Olahraga juga. Udah lama lo nggak lari pagi, kan? Gue ajarin sepeda juga.”

Anggrek mengerjap. “Nggak perlu. Gue bisa sendiri.”

“Kalau ada pelatihnya, lo pasti lebih semangat. Tenang aja, gue nggak bakal narik bayaran.” Gathan menoleh ke belakang ketika mendengar deru mobil Daniel. Ia lalu menyengir kepada Anggrek. “Nah, pas banget suami lo dateng. Minta izin aja sekarang. Gue pulang dulu, ya.” Kemudian Gathan berbalik dan berlari menuju pagar.

Anggrek menatap kosong ke arah Daniel yang membuka pagar dibantu Gathan. Ia bertahan berdiri di teras sampai suaminya menghampirinya dengan senyum tipis.

My Innocent Fat Girl by EmeraldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang